Terimakasih Untuk Lautnya

Beruntungnya aku, tahun ini berhasil terpilih menjadi salah satu panitia untuk kegiatan Masa Orientasi Siswa, dan hari minggu ini merupakan persiapannya. Tidak banyak yang harus diselesaikan, aku beserta kawan-kawan yang lain hanya perlu menyiapkan tiga buah kelas untuk basecamp panitia serta beberapa kegiatan lainnya, berkoordinasi dengan bapak dan ibu guru untuk pembagian kelas murid-murid baru, menempelkan peraturan-peraturan tertulis untuk para siswa baru, dan sebagainya. Ku kira kegiatan ini akan berlangsung hingga petang, namun ternyata tidak. Saat jarum jam di tangan kananku masih menunjukkan angka 10, seluruh persiapan sudah selesai dilakukan.


Tiba-tiba terlintas ide di ruang kepala, hingga aku mengambil telepon genggam di dalam ranselku, kemudian mengirimkan pesan singkat ke seseorang,

“Kegiatannya udah selesai, tapi gak pengen pulang. Enaknya ngapain ya?”
…dan tidak butuh waktu lama, nada dering favoritku mengudara.
“Dimana? Sekolah? Ok, aku kesana sekarang. Tunggu ya…”
“Okesip. Jangan lupa bawa helm…”
…dan saat-saat menunggupun dimulai.

Belum genap sepuluh menit, telepon genggamku kembali berdering. Sesaat setelah membacanya, aku segera pamit pada teman-teman yang masih nongkrong didepan kelas yang baru selesai kami rapikan. Sambil setengah berlari, aku segera menuju ke pagar depan sekolah, dan akhirnya sesosok laki-laki tinggi besar dengan rambut cepak ala tentara muncul di ruang penglihatanku. Seketika langsung meraih helm yang dijulurkannya padaku, dan aku langsung naik di bagian belakang jupiter merah yang ia tunggangi. Motor langsung melaju, dengan kecepatan sedang.

Menyengaja tak ingin membuka obrolan, aku hanya menikmati pagi menjelang siang kota Gresik yang sedang sejuk dalam diam. Motor yang ku tumpangi tetap melaju dengan lancar, meninggalkan hiruk pikuk kota, mengarah ke barat, terus dan terus, hingga keluar dari perbatasan dan memasuki kabupaten baru. Rasanya percuma juga jika aku angkat bicara dan bertanya akan kemana laki-laki tersebut membawaku. Seperti yang sudah-sudah, mungkin jawaban yang terlontar darinya tidak akan jauh dari kata-kata, “Sudah, ikut saja…”, atau “Nanti juga tau..”.

Aroma amis lautan memenuhi ruang penciumanku, membuatku tersadar bahwa saat ini aku sedang berada di kawasan pesisir. Tidak lama setelah itu, dari jauh, disebelah kanan jalan terdapat sebuah bangunan tinggi besar dengan atap berbentuk unik berwarna-warni. Semakin mendekati bangunan itu, semakin aku dibuatnya penasaran. Hingga bangunan itu tepat didepan mata, dan motor yang ku tumpangi berbelok, menyeberang jalan, masuk ke pelataran parkir bangunan unik tersebut. Hmmm.. Sepertinya kami sudah sampai ditempat tujuan, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat rekreasi Wisata Bahari lamongan.

Siang-siang bolong wisata bahari…? Pikirku…

Aku mengikuti saja kemana langkahnya pergi. Tetap berjalan beriringan, namun arahnya ia yang menentukan. Posturnya yang tinggi besar membuat langkah-langkahnya cukup lebar, dan tak jarang pula hal itu membuatku kewalahan. Naik turun tangga, berbelok kenanan, kemudian kekiri, menghindari beberapa orang yang juga sedang berjalan atau tiba-tiba terhenti, akhirnya kami sampai juga di sebelah barat bangunan beratap unik berwarna-warni yang ternyata cukup besar itu. Foodcourt!!!

“Belum makan kan?”
Ishh,. Sok taunya orang ini mulai kambuh, pikirku.
“Sudah, tadi pagi”, jawabku singkat.
“Sekarang, belum lapar? Sudah siang loo.. Tadi habis bersih-bersih kan?, pasti capek, dan lapar”
Aihhh.. Lagi-lagi sok tau banget. Walopun apa yang ia katakan tidak sepenuhnya salah. Setelah mendiamkanku sejenak, akhirnya dia angkat bicara lagi. Sepertinya dia tau betul kalau aku sedang berpikir,
“Jadi, mau makan apa?”
Sekilas aku menatap ke sekeliling, menu-menu yang ditulis tidak ada yang membangkitkan selera makan. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku memilih menu paling ‘aman’, yang biasanya hampir selalu ada, dan jika rasanya tidak enak pun masih bisa ditoleransi.
“Nasi goreng saja”, jawabku sekenanya.

Kemudian laki-laki itu segera meniggalkanku terpaku sendirian ditengah keramaian foodcourt, menuju ke salah satu stand yang menjual nasi goreng. Sambil menunggunya, aku segera menuju ke meja-kursi terdekat yang kosong. Setelah mengalihkan pandangan sejenak, ternyata sosok yang ku kenal itu sudah hilang dari pandangan, dan tiba-tiba muncul dihadapanku begitu saja.

“Tunggu sebentar ya, masih dibuatin nasi gorengnya…”. Aku hanya membalasnya dengan senyuman, singkat.

Keheningan menyapa kami. Entah ada apa dengan hari ini, seolah masing-masing dari kami segan untuk memulai pembicaraan. Tak seperti biasanya, saat apapun bisa menjadi bahan pembicaraan. Namun untungnya kejadian itu tak berlangsung lama. Seorang perempuan paruh baya datang ke meja kami sambil membawa sebuah nampan berisi seporsi nasi goreng berwarna coklat, lengkap dengan irisan timun serta cabai merah, kerupuk, dan telur mata sapi yang terlihat matang sempurna. Akhirnya nasi goreng tersebut mendarat dengan mulus dihadapan saya.

“Selamat makan…”, katanya seketika.
“Lha…? Kamu sendiri gak makan?”
“Sudah makan tadi, tepat sebelum jemput kamu di sekolah”

Errrrrrrrrrrrrr… Bingung deh jadinya. Salah tingkah juga. Dianya sudah repot-repot memesankan sekaligus membelikan makanan, ternyata aku makan sendiri. Tau begini tadi tidak perlu makan, cukup jalan-jalan saja. Dengan enggan kumakan sesendok demi sesendok nasi goreng yang ada dihadapanku. Rasanya cukup enak, dan memang tidak salah pilihanku, nasi goreng merupakan menu yang paling aman, jika kita berkunjung ke tempat makan yang jarang kita datangi. Tak butuh waktu lama, kusudahi acara makan siang sendirian ditemani seorang laki-laki berpostur tinggi besar dengan potongan rambut cepak ala tentara itu. Kami kemudian kembali berjalan-jalan, dan berhenti tepat di jendela kaca raksasa yang menghadap ke laut.

“Kita gak masuk?”, tanyaku dengan polosnya.
“Nggak laah, rugi kalo masuk sekarang, sudah siang. Kalau mau kesini tuh, baiknya berangkatnya pagi,”
“Kenapa begitu?”

“Yaaa, namanya juga tempat rekreasi, banyak permainan-permaiannya. Kalo berangkatnya siang, ntar gak dapat apa-apa. Antrinya juga lama…”
“Hooo… Trus? Sekarang ngapain donk?”
“Gak ada, ngeliatin laut aja. Kamu suka laut kan?”
“Hmmmm… Iya, sukak…”


Sepertinya ini akan menjadi ‘me time’ ku. Jadi aku memutuskan untuk mencoba menikmati suasana sekitar yang sungguh sangat asing. Di depan mataku terhampar laut yang luas, dengan beberapa perahu kecil menjadi penghiasnya. Ada pula disekelilingku, orang-orang dengan berbagai macam gaya, kesibukan, pekerjaan, perbincangan, dan lain sebagainya. Aku suka, saat-saat seperti itu, dimana aku merasa sendiri, tak perlu berbuat apapun dan tak ingin berbuat apapun, hanya menikmati apa yang ada di sekitarku.

Sedang laki-laki dengan sosok tinggi besar berambut cepak ala tentara itu masih berdiri tepat di samping kananku, sepertinya juga melakukan hal yang sama. Mungkin dia tidak menyadari, kalau salah satu objek yang kuperhatikan sedari tadi juga dia. Dia yang nampaknya sedang sibuk menikmati hamparan laut lepas, laut utara pulau jawa, lengkap dengan sapuan ombaknya yang tenang.

“Makasih ya….”, kataku perlahan.

Seketika dia menoleh ke arahku, dan menyunggingkan senyuman khas dirinya. Manis sekali. Tak lama kemudian dia mulai beranjak, melangkahkan kakiknya keluar bangunan, dan menuju tempat parkir sepeda motor. Sedang aku mengikutinya dari belakang.

Belum jauh jupiter merah itu melaju, aku kemudian membuka obrolan. Bukan sih, bukan obrolan. Lebih tepatnya aku menyampaikan sesuatu, yang sebenarnyapun tak butuh jawaban.

“Besok besok, main kesini lagi ya? Tapi harus masuk…”, kataku sambil sedikit merajuk
“Hahahaha… Iyaa,.. Iyaa,. InsyaAllah. Tunggu liburan agak panjang aja ya…”
“Janji???”
“Iyaaa.. Janji”

 
picture source

Aku memang tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajahnya saat mengucapkan janji itu. Tapi aku dapat merasakan, ada kepuasan dalam dirinya, juga diriku. Hmmmm,.. Lagi-lagi aku merasa sepesial kali ini. Salahkah? []

*note, 
Ini merupakan seri ke empat kisah Sang Pecinta Hujan, dan semoga akan terus berlanjut. Untuk seri-seri sebelumnya, dapat dilihat di tautan link berikut: Seri Pertama [klik], Seri Kedua [klik], Seri Ketiga [klik]

Comments

  1. aaah.. pengen bisa bikin cerita jugaak.. :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kalau belum pernah masak mau bikin juga sekalian mbak arme

      Delete
    2. Terserah, silakan kalo ingin mencoba

      Delete
  2. ini mah bukan 'laut', tapi 'lauk' :d

    ReplyDelete
    Replies
    1. :))
      Tau aja nihh.. Jangan buka rahasia yaahh?? Malu sayaaa :p

      Delete
    2. malu tapi habis juga :))

      Delete
    3. Faril: apaaa hayoo ternyata ternyataa?? :p

      Sam: Ishhh,,. jangan jadi orang sok tau jugak, emangnya di cerita itu bilang gitu kalo abis??? :D *ngeles mode: ON

      Delete
    4. Gak habis juga sih, tp nyisa seupil.... wakakakakakakakak.... #superjeniussoktahubangetmodeon hahahahhaha

      Delete
    5. Wakakakakkak... Sampe di perhatiin gitu seupilnya. Tapi upil sapa dulu nih??? *mulai jorokkkk :))

      Delete
    6. tebakan saya seukuran upil loh sisanya, bukan upilnya...

      Nah loohhh.... ada yg sedang buka identitas dirinya... :d

      Delete
    7. Kenapa jadi bahas upil gini yakkk??? I-)

      Delete
  3. loh, ini cerita nyata apa enggak sih?
    hoh, cewek itu suka sama co yg semisterius itu ya?? hmmm..

    ReplyDelete
  4. ahhh.. ga ada fotonya :3 ga mau komen :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lhaaa trus ini apaaa... I-)

      Delete
    2. ehh.. ini lagi komen yaa ? wkwkwk
      ajarin nulis kyk gini mba mae :(

      Delete
    3. ada yang mau pendekatan nih cie cie

      Delete
  5. baca baris pertama, kirain ada anak yg di ospek kasih gambar laut atau ngasi hadiah yg menggambarkan laut. eh malah heem eheemm

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ada yang masih setia dengan kontes seo yah semoga menang bang ane koment di moderasi ndak nih di tempat abang

      Delete
    2. Ahahaha... baca keseluruhan baru boleh menyimpulkan ;)

      Delete
  6. aku gak bakal komen tentang wanita dan laki-laki dengan sosok tinggi besar berambut cepak, tapi aku melihat tulisan Rie makin indah mengalir halus...

    eh apakah ini yang mau diceritain kemaren..? ups...!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiii kakaaakk..

      Hmmm,. bukan kok. Lain lagi yg mau di ceritain. Eh tapi apa ya??? Jadi lupa. Hahaha

      Delete
  7. kalau ke sana lagi mau ngikutin aah... biar ga penasaran sama yang tinggi besar dan cepak itu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. :)) Yaa nanti kalo mo pergi lagi saya pengumuman dehh

      Delete
  8. nahhhh terus ini cerita tentang rasa kah atau hanya seorang cewe yang lagi suka cowo *ah iya kali yah*

    ReplyDelete
  9. ngak salah kok perasaan special di share...hihiihiii asik.....bisa dirasain rasa cinta itu... special banget tu.. :)

    suka juga sama pantai....Tapi sudah lama pergi jauh dari pantai..Takut dilambung ombak sekali lagi..Perlu waktu yang sesuai selepas ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Whowww.. Bisa merasakan juga? Alhamdulillah :)

      Delete
  10. nyata... tidak...nyata....tidak....nyataaa...

    ah, pasti ada selipan kisahmu kan mae. heheh

    ReplyDelete
  11. w_O_w
    kenangan romantis nih ceritanya ... :)

    ReplyDelete
  12. Ini fiksi mbak??? Hmmm... @.@
    Unyu banget itu cowoknya... mau juga dong diajakin ke pantai @.@

    ReplyDelete
  13. cit cuit ne pengalaman pribadi admin yah?

    ReplyDelete
  14. sy ikut penasaran sm si tinggi cepak yg udah bikin seseorang merasa spesial :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo penasaran tunggu kisah selanjutnya yahh ;)

      Delete
  15. Waaah, keren ceritanya kaaak :)
    Kayaknya pengalaman pribadi nih. Hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih yaaa.. :D
      Silakan menilai sendiri, ini kisah nyata atau fiksi :)

      Delete
  16. orang yang menarik...
    hmm.. hmm..

    *sok berwibawa banget ini ngomongnya*

    ReplyDelete
  17. Aku juga suka laut, pake bangettt :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahha.. iya. Udah tau kalo itu mbak :p

      Delete

Post a Comment

Speak Up...!!! :D

Popular Posts