dua kesempatan (bukan emas) yang terlewat
Beberapa waktu lalu akhirnya
memutuskan untuk mulai mencari kerja. Jabatan baru, seorang ‘job
seeker’, begitulah istilah keren yang aku katakan ke seorang teman,
saat dia tanya, “sedang sibuk apa???”, dan teman itu langsung tersenyum mendengar
jawabanku. Entah maksudnya apa, gak berani menduga juga.
Dua buah email akhirnya aku
kirimkan, melalui beberapa situs pencari kerja *beginikah istilahnya???* di internet. Kata teman yang lain, ini
boleh diandalkan. Usaha minimal, dengan hasil yang gak jelas—sepertinya tidak
cocok dengan kata-kata diandalkan ya. Hehe
Satu buah map coklat tanpa
stempel pos juga sudah aku titipkan ke seorang teman, karena katanya ada lowongan
kerja sebagai nutrisionis di salah satu rumah sakit di Surabaya. Dan yang
terakhir, menyusul dua lagi, dengan amplop coklat berisi serupa. Kali ini PT
Pos Indonesia yang ambil bagian. Satu ku tujukan untuk sebuah perusahaan
distributor produk susu ternama di Surabaya, satu lagi untuk perusahaan produk
susu dan makanan bayi-balita regional Jogja. Ya,. Jogja. Ada keinginan untuk
menghabiskan beberapa waktu disana. Kota yang cantik.
Tak ada kabar dari media
internet. Setiap hari mencoba mengecek e-mail, tetap saja tak ada pemberitahuan
lain. yang ada hanya copy-an surat lamaran yang dikirim oleh situs pencari
kerja—salah satu bukti otentik aku telah mengajukan lamaran. Selebihnya??? E-mail
spam dari beberapa teman kuliah yang belakangan makin marak.
Siang itu, hari Jumat lalu. Ada telpon
di rumah. Sengaja gak kuangkat karena tante biasanya yang angkat. Dan ternyata
itu panggilan untuk wawancara, di perusahaan di Surabaya. Whaoww.. sepertinya
PT Pos Indonesia yang akan berjaya dalam proses pencarian kerjaku.
Sempat kacau. Bingung harus
seperti apa. Kurang dari duapuluhempat jam waktu yang kupunya, dan aku tak tau
harus menyiapkan diri bagaimana. Tanya-tanya kanan kiri depan belakang, tentang
harus berpakaian apa, menyiapkan apa, dan lain sebagainya. Sempat sedikit
frustasi juga karena ternyata semua yang harus ku siapkan tak ada satupun yang
kupunya—baju, celana kain, dan sepatu kerja. Ya, gak ada sepatu yang cocok buat
kerja. Semua sepatuku yang bertema ‘cewek’ masih terlalu ‘cewek’, warna hijau
tanpa hak, coklat-putih kotak-kotak dari kain, dan yang terbaru sebenarnya
masih layak pakai, sayang pernah tertukar dengan milik orang lain di mushola
kampus, hingga akhirnya aku memutuskan sepatu tesebut amat sangat tidak nyaman
untuk digunakan.
Papa, Papa, sms Papa. Dan Alhamdulillah
semua lancar, beberapa menit kemudian, beberapa lembar ratusan ribu sudah
ditangan.
Ada yang berbeda saat aku memacu
sepeda motor di perempatan jalan sore itu. Semacam, gairah yang sangat luar
biasa. Passion, atau apalah itu istilahnya. Dan ya, tak ada yang bisa
menghalangi imajinasiku, tentang apa yang akan terjadi besok. Karena jujur aku katakan,
aku lebih tertarik dalam bidang industry daripada rumah sakit. Maka dari itu
juga, surat lamaran yang aku ajukan, lebih banyak ‘bergenre’ industry. Dan panggilan
pertama dari perusahaan. Yeah… I’m happy—for a while.
Berbekal google-map, dan sedikit ingatan tentang jalan kota menuju Bandara
Juanda, aku memacu si hitam dengan kecepatan sedang. Sempat nyasar juga di
daerah waru, karena seharusnya aku belok kiri ke arah timur, tapi sayangnya
tidak aku lakukan. Jadilah, putar balik, lalu putar balik lagi, dan aku kembali
ke jalur yang semestinya.
Begitu sampai di lokasi, sempat
menunggu sebentar sebelum dilakukan tes psikologi dalam bentuk tulisan. Ngantuk.
Semalaman tak bisa tidur nyenyak karena grogi. Ditambah soal tes yang sangat
membosankan. Jadilah… dapat giliran kedua, dan saat-saat paling aku khawatirkan
datang juga: wawancara.
Blank, mungkin itu yang terjadi. Bahkan
saat disuruh presentasi tentang diri sendiri pun aku sangat gugup. Lupa semua. Lupa
kalau aku anak kedua dari empat bersaudara. Lupa kalau aku sangat gemar
membaca. Lupa kalau belakangan memiliki aktiftas lain—blogging. Lupa kalau pernah ikut pelatihan ini itu, seminar ini
itu, organisasi ini itu, dan lain sebagainya. Bahkan lupa akan kepribadian diri
sendiri. Hingga tak tau harus berucap apalagi.
Lebih parah saat ditanya tentang “mau
gaji berapa???”, yang begitu semua usai dan aku diskusikan dengan Papa,
jawabanku amat sangat tidak bijak ternyata *jangan
tanya ya jawabanku seperti apa. Hahaha*. Sempat ditawari untuk posisi lain
juga, tapi tidak sesuai dengan yang aku ajukan di lamaran. Dan sepertinya *ini feelingku aja*, seandainya aku mau
menerima tawaran itu, mungkin saat ini aku sudah tidak berlaber ‘pengangguran’.
Tapi yasudah, toh yang ditawarkan itu juga bukan bidang yang aku minati,
sekalipun masih ada sedikit kaitan dengan bidang yang aku pelajar—hanya sedikit.
Dan karena penolakan itu juga, akhirnya hingga saat ini aku tidak berharap
banyak.
Yahh,. Minimal ada dua hal yang
bisa aku ambil untuk pelajaran, (1) ternyata wawancara kerja itu sulit. Bahkan jauh
lebih sulit dibandingkan berorasi didepan mahasiswa se-fakultas hanya untuk
mencari dukungan suara dalam pemilihan dewan perwakilan mahasiswa. Atau lebih
sulit daripada presentas tugas akhir didepan tiga orang penguji yang sudah
sangat expert dibidannya. Sangat-jauh-berbeda!!! Dan yang ke (2)
setidaknya jika ada panggilan untuk wawancara lagi, tak perlulah aku bingung
menyiapkan celana, sepatu, dan baju. Semua sudah ada. Alhmadulillah…
Oke, satu kesempatan terlewat. Dan
kemarin siang, lagi di rumah sakit, nungguin antrian temen yang mau berobat. Hp
bunyi. Nomor yang gak dikenal. Ternyata dari perusahaan yang di Jogja. Panggilan.
Ke Jogja. Untuk, saat itu juga!!!
Dan saat itu juga aku tau kalau
ternyata itu hanya sebatas event,
dua bulan, duabelas desember hingga duabelas februari. Dan aku tidak bisa
melewatkan sepuluh januari jauh dari rumah. Gak bisa. Hanya itu yang
terpikirkan sementara. Aku bingung. Sedangkan suara mbak Eki—di telepon, sudah
menunggu. Maaf, aku gak bisa menerima ini…
Sepanjang perjalanan pulang,
temenku nyindir sedikit-sedikit, “lihat deh, ni ada orang sedang melakukan
usaha untuk mencari pembenaran atas keputusan diri sendiri.” Hahaha..
itu kata-katanya bikin tambah ngeness. Kepikiran Jogja, tapi kepikiran sepuluh
januari. Dan kepikiran lamaran di tempat lain yang bukan sekedar event. Kepikiran
semuanya.
“Dear calon Nutritionist Milna Integra,
seleksi diundur jadi besok, 6 Desember 2011 jam 8.30 di Kalbe. Alamat gd. Enseval
jl.ringroad barat Kaliabu, Banyuraden, Gamping, Sleman. Tlpn. 0274627xxx.Thx.Eq
netmed”
Dan sms mujarab—penyebab galau
ini mendarat dengan selamat di hp ku tepat pukul 4.34 pm. hassssss… mikir lagi
deh jadinya.
Papa, Papa, Papa, telpon papa,
secepatnya. Cerita, seperlunya. Dan pencerahanpun diberikanNya. Makasiih..
makasih juga buat papa. Semua sudah jelas. Dan sudah, tak ada lagi ragu. Bismillah….
*sms terabaikan*.
Jam tujuh malem kurang dikit,
Mbak Eki ternyata telepon lagi. Dan menjelaskan kalau misalnya aku join, gak
perlu lewat seleksi. Langsung training. Langsung di terima. Langsung kerja untuk
dua bulan kedepan. Ya Allah.. cobaan lagi. Akhirnya aku minta waktu satu jam
buat mikir. Papa sudah, sekarang, ganti, Ai…
Sambil agak nangis, karena
bingung—salah satu kebiasaanku, kalo panik biasanya langsung nangis. Ini katanya
S1???? Gak bangettt *emang hubungannya
apa ya S1 sama nangis???*. obrolan lumayan panjang,
pendapat-sanggahan-pendapat lagi-disanggah lagi, diskusi tak berujung, hingga
akhirnya keputusan sudah bulat.
Sambil menunggu satu jam berlalu,
mencoba mengalihkan perhatian ke yang lain. dan jam delapan lebih sedikit, aku
menghubungi mbak Eki.
Cuma inget satu pesan Papa, jika
menolak yang seperti itu, sampaikan sehalus mungkin. Jangan lupa minta maaf
juga. Dan ya, hanya itu yang bisa aku sampaikan. Alhamdulillah mbak Eki-nya
ngerti. Baik banget mbak itu, berasa sudah kenal lama. ahh…
gambarnya bikin sendiri. tapi tulisannya nyomot dari salah satu bukunya mas Edi Mulyono *one of my favorite author from Indonesia*. pengen tau blognya??? klik disini!!! |
Dan malam ini masih terpikir.,, Ya Allah..
semoga keputusan yang kuambil, itulah yang terbaik untukku.
Pokoknya kalo ada kesempatan ambil aja mbak, yg penting udah usaha. Kayaknya gue bakal mengalami hal yg sama bentar lagi, huaaaa..
ReplyDeleteDua minggu yg lalu juga ikut wawancara nih.. jadi tau banget gimana rasanya pas diwawancarai. tapi sayangnya hasilnya masih blm tahu. kemaren baru dikasih lampu kuning. akan ada wawancara lagi sampe menjadi lampu ijo.
ReplyDeletetapi senenglah ya.... secara udah dapet lampu kuning, jadi tinggal mempersiapkan lagi wawancara selanjutnya.
Btw, good luck ya.... semoga pilihan yg ini tepat. amin.
wah sy jadi ikut deg2an deh :D
ReplyDeletejadi pengen cepet2 lulus untuk merasakan passion itu :D
yang penting jangan menyerah aja... tetap berusaha dan berusaha.. kalo rejeki mah ga akan ke mana-mana... :)
ReplyDeletealhamdulillah ya papanya ready 24 jam..(hehhehe) jadi banyak pengalaman nih mbak ar..sip deh, ini bisa jadi buat pegangan ke depan..:)
ReplyDeletePerjuangan dengan sabar dan doa Insya Alloh akan kita temukan dimana kelak kita mendulabg rejeki. Semoga makin banyak kemudahan untuk itu
ReplyDelete@Feby Oktarista Andriawan:kesempatan yang seperti apa dulu, kalau sesuai pasti diambil donk, insyaallah.
ReplyDeletesmangat yaa buat kamu :)
@Arif Zunaidi Riu_aj:hwii.. kabar baik tuh. smangat yaaa... sukses juga buat kamu :)
ReplyDeleteamiinnn
@Fiction's World:yeah.. susah ngejelasinnya mbak. pokoknya ada sesuatu yg berbeda, semacam semangat positif gitu. nantilah mbak Tiara bakal tau sendiri :)
ReplyDelete@Sam:sipp... insyaallah.. malah sekarang semakin bersemangat rasanya :)
ReplyDelete@ketty husnia:iya mbak, alhamdulillah banget punya Papa. :)
ReplyDeleteinsyaallah pengalaman ini bisa dijadikan sebagai pelajaran :)
@Djangan Pakies:amiin..amiin..amiin.. makasih Pak Ies :)
ReplyDeletewah kalau aku paling gak bisa wawancara hehehe suka bingung :)
ReplyDelete@Zh!nTho:sama,. aku jugakk -_-"
ReplyDeletesaran aja ya,liat dulu latar belakang tuh perusahaan jangan sampai nyesel kemudia hari,trus kira2 kamu bisa mandiri kagak kalau diterima kerja diluar kota & yang paling penting ikutin passion dalam hati kita kunci utamanya yang selalu saya pegang hingga saat ini & selamanya
ReplyDeletekarena kerja tuh kagak mesti mikirin duit mulu,tapi kesenangan batin kita terhadap apa yang kita lakukan dengan hati bukan dengan duit
pesan terakhir,kalau wawancara santai aja kagak usah gugup soalnya yang menentukan skill bukan pas di tes psikotes
10 januari kenapa emangnya? padahal kalo alasannya gak terlalu penting, mestinya diambil aja lho. tapi ya kalo memang udah keputusanmu gak papa. mungkin memang belum berjodoh kerja di sana.
ReplyDeleteyang penting kan alhamdulillah Mae, sekarang udah punya pengalaman di wawancara.. semangaaatt terus!! insya Allah, nanti pasti akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan :)
ReplyDeletesemangat dear, ditunggu kabar selanjutnya :)
ReplyDelete@Andy:iya mas, itu juga tawaran yg pertama kan aku tolak karena aku kurang ada minat. dan kirim lamaran kerjanya juga cuma beberapa, bener2 yg aku pengen yg aku masuki..
ReplyDeletekalo masalah grogi itu, sepertinya memang harus banyak belajar ya.. hehe
makasih banyak yaa mas Andy atas sarannya :)
@Sang Cerpenis bercerita:sebenarnya alasan yg lebih memberatkan ya karena kerjanya cuma dua bulan itu mbak, sedangkan aku uda kirim lamaran ke tmpat lain jugak. nah, kalo pas kerja 2 bulan itu trus ada panggilan gimana? kan sayang, padahal panggilannya untuk pegawai tetap..walopun yg itu belum pasti jugak.
ReplyDeletemaslaah sepuluh januari, nanti diceritain kok, insyaallah :)
@dhenok habibie:amiinn..amiinn.. iya Mbak Dhe. aku juga mikirnya gitu, kalo emang nanti ada dan sesuai, pasti waktu, bidang, tempat, dll nya sesuai juga. :)
ReplyDelete@honeylizious:insyaallah makin semangat ntee.. makasi yaa :)
ReplyDeletesemoga waktu diterimanya nanti, gak absen ngeblog kayak si nova miladyarti itu... jadi kangen sama tulisannya dia. :(
ReplyDelete@1mmanuel'Z-Note5:jyahaha.. om Nuel curhat.
ReplyDeletenanti dulu lah masalah itu, yg penting sekarang gimana caranya bisa dapet kerja dulu :D
semoga diterima ya mbak...
ReplyDeletejangan lupa makan-makan...
dan kalo udah kerja jangan lupa ngeblog dan BW...
:)
semoga sukses yah nyari kerjanya. :)
ReplyDelete@zone:amiiiiiin.. makasi doanya.
ReplyDeleteyah semoga aktifitas lain gak ngeganggu aktifitas blogging nantinya *juga sebaliknya* :)
@ROe: amiin.. makasih mas Roe :)
ReplyDeletemoga sukses y mbak,
ReplyDeleteasli.. membaca ini jadi ingat pengalamanku 3-4 tahun yang lalu. Mungkin akan lebih heroik dibanding pengalaman mbak mae ^_^.
ReplyDeletesemangat ya mbak... insyaAllah perjuangan yang tak kenal lelah akan memberikan hasil yang membahagiakan. Trust me..
Sabar ya dhek. . . kata orang 1000 peperangan 1000 kemenangan. makin banyak pengalaman makin mudah sukses diraih dhek. semangat! :)
ReplyDeletesulit sekali mencari kesempatan di kehidupan kita :) sayang sekali
ReplyDeleteoke... yang penting Semangkaa..
ReplyDeleteternyata sudah S1 ya.. ummm #barutahu
jadi kangen masa masa pusing tujuh keliling jadi asongan lamaran kerja...
ReplyDeletedulu kayaknya pengen banget kerja tuh gausah nyari
tapi setelah itu tercapai, malah pengen balik lagi kayak dulu
seolah ada sesuatu yang susah diungkap dengan kata kata tuh saat terima panggilan
@gunawan:amiiinn.. makasiii yaa :)
ReplyDelete@Fifin:seru tuh pengalamannya kalo di ceritain juga mas :)
ReplyDeleteamiin.. sip sipp. insyaallah akan terus berjuang. :)
@Si Roni:iya mas. aku tetap semangat, bahkan makin semangattt. hehe..
ReplyDeleteamiiinn.. makasi ya mas :)
@Farixsantips:memang tidak selamanya kesempatan akan datang dua kali. tapi kesempatan seperti apa dulu..
ReplyDeleteyah, semoga kesempatan yg lebih baik, ato bahkan yg terbaik itu segera tiba :)
@Ikbal Rizki:siaaaappp!!! hheehhe..
ReplyDeleteeh,. kenapa?? keliatannya masih SMP ya? aku emang awet muda kok. hahahaha.. :D
@Rawins:hihi.. iya nih mas. kemarin waktu dapat panggilan aja sudah senangnya minta ampun. gimana kalo udah keterima ya?? tapi bener deh ini semua merupakan salah satu pengalaman berharga. minimal bisa jadi cerita :)
ReplyDeleteBagi orang yg sudah (kelamaan) kerja, rasanya kok enak masa-masa sekolahkuliah ya? Coba ada yg mau jd donatur kuliah sampe S3 gitu...langsung deh resign dr kerja dengan suka rela gak pake pikir2...Ups, just intermeso loh...
ReplyDeletebetul apa yang dibilang papa..krn baik tidaknya itu dari bahasa...
ReplyDeletesemoga enjoy dng kerjaannya yaa..
salam kenal..makasih udah mampir ke blogku... :)
haha baca-baca ada pos nya jadi semangat nulis, alhamdulillah sudah setahap lebih maju dirimu, tenang saja mbak orang pintar seperti dirimu pasti dicari oleh perusahaan manapun, sayah yakin itu :D
ReplyDelete@Ririe Khayan:hihi.. temenku yg sudah kerja (walopun belum lama) juga bilang paling enak emang kuliah mbak.
ReplyDeleteyahh.. kalo ada yg mau bayarin sih mau mau aja aku. sampe S sepuluh juga ayok.hahaha
@windflowers:iya,. dan sepertinya aku masih harus banyak belajar tentang bahasa mbak :)
ReplyDeletesalam kenal juga.. trimakasih kembali sudah berkunjung :)
@auraman:ahahayy.. waktu nulis tentang PT Pos juga ingetnya sama mas Auraman. :D
ReplyDeleteamiin.. amiin.. makasih atas doanya mas :)
Kenapa tidak berpikir untuk berwira usaha sendiri, kalau dari disiplin ilmunya sptnya gak susah2 amat utk diterima dimasyarakat...
ReplyDeletecoba rubah mainside-nya jgn hanya puas digaji orang, tapi berusaha utk menggaji orang...
coba dipikirkan juga saran sederhana ini..
jadi inget pas setelah selese kuliah, pas sebelum nikah, mati2an cari kerja. udah berlembar2 lamaran, wawancara udah sering, apalagi tes cpns tapi anehnya gagal semua. eh baru aja nikah lima bulan, tes cpns langsung lulus. sekarang udah jadi guru SD. semoga dapet kerja yang cocok
ReplyDelete@Insan Robbani: keinginan itu sudah ada sejak lama mas Insan, apalagi di UB kan memang sudah diterapkan sistem agar mahasiswanya bisa berwirausaha. tapi dari diri sendiri rasanya masih belum berani memulainya..
ReplyDeletesemoga suatu saat bisa. trimakasih sarannya :)
@rusydi hikmawan:subhanallah... ternyata jalannya menikah dulu ya pak guru..
ReplyDeleteamiin.. makasih doanya :)
Tisu mana tisu, yaang?? :(
ReplyDeleteTisu di toko. Beli sendiri yaaaa.. :p
Delete