Jelajah Potensi Wisata Bawean (part 2)


Tempat wisata yang pertama kali kami kunjungi dalam rangka Jelajah Potensi Wisata Bawean adalah sumber air panas. Lokasi wisata ini masih terletak di Kecamatan Sangkapura, gak jauh dari alun-alun Bawean.

Begitu keluar dari jalan lingkar Bawean, kami langsung memasuki jalan yang sangat sempit. Mungkin lebarnya hanya selebar mobil carry yang kami naiki. Aku bener-bener gak bisa bayangin kalo misalnya mobil selebar Innova atau sejenisnya musti lewat jalan itu, bisa dipastikan gak muat. Dan kau tau? Kalau kita berpapasan dengan pengendara lain, baik itu mobil maupun motor, salah satu dari pengendara harus mengalah. Kalau motor, mungkin masih masuk akal ya, karena mereka bisa menepi bentar terus membiarkan mobil kami lewat terlebih dahulu. Tapi kalau berpapasan dengan mobil juga seperti yang terjadi pada siang itu, maka salah satu harus mengalah dan berjalan mundur, hingga menemukan persimpangan atau lokasi yang cukup luas untuk salah satu mobil menepi.

Satu pelajaran yang aku dapat (lagi), bahwa toleransi di sini amat sangat dijaga. Dalam proses saling mengalah tersebut, gak ada yang ngerasa kesal, gak ada yang ngerasa dirugikan, dan semua tetap saling bertegur sapa jika yang satu melewati yang lain. luar biasa.

Dan pelajaran yang lain, mungkin bagi teman-teman yang berniat untuk jalan-jalan ke Bawean dan menggunakan mobil, ada baiknya sewa mobil sekaligus dengan supirnya (plus bensin, hanya limaratusribu rupiah sehari!!!). ini akan jauh lebih aman. Kamu supir kota? Oke, tapi Bawean bukan kota. Gak ada traffic light. Gak ada marka jalan. Gak ada pom bensin *apapun mobilnya, ngecer semua bensinnyaa*. Dan kalau kamu gak terbiasa dengan kondisi jalan disana, lebih baik cari amannya saja. Oke?

Setelah melewati jalan sempit yang berliku serta pemandangan sawah yang hijau dan bukit-bukit yang masih sangat alami, akhirnya kami sampai juga di desa tempat sumber air panas itu berada. Kami harus berjalan kaki sedikit—mungkin sekitar sepuluh menit—melewati beberapa rumah warga dan beberapa kandang sapi serta sebuah pohon kelapa unik, tanah berlumpur serta galian batu-batu onyx, akhirnya kami sampai di sumber air panas.
Sumber air panas disini masih sangat alami. Belum ada pembangunan sama sekali disekitarnya. Mungkin akan lebih tepat dikatakan kalau agak gak terawat, karena aku ngeliat di beberapa bagian kolam kecil berair panas-hangat tersebut ada lumut (atau ‘hal’ lain berwarna hijau yang aku gak tau namanya) yang mengambang disana. Kesan pertama sih kotor, tapi airnya jernih. Hanya ‘pemandangan hijau’ itu memang terasa sangat mengganggu.

Sempat mencelupkan kaki sebentar, lalu kami meninggalkan kolam kecil itu. Di jalan, kami sempat singgah sebentar di rumah warga yang bagian sampingnya terdapat tumpukan batu onyx berjajar cukup banyak. Ternyata selain terdapat kolam air panas, di desa tersebut juga merupakan penghasil Batu Onyx. Dan berdasarkan informasi, batu-batu tersebut banyak dikirim ke Jawa, terutama di daerah Tulungagung.

Sebelum kembali ke mobil, kami sempat singgah pula ke kolam sumber air panas yang satu lagi. Untuk kolam ini, sudah ada sedikit pembangunan, diantaranya pembuatan dinding kolam yang terbuat dari bata dan semen. Disamping itu, didalam kolam tersebut diberi penutup dari anyaman bambu. Entah tujuannya apa, ada yang berasumsi agar kolam tersebut gak kemasukan kotoran (karena letaknya di tempat terbuka), ada juga yang bilang agar uap panasnya gak hilang. Tapi ada juga yang berpendapat, penutup kolam tersebut digunakan untuk menghindari agar warga gak menceburkan diri di kolam. Yahh,. Apa saja boleh lah. Yang penting kolam tersebut tetap terjaga. Dan menurutku, air di kolam yang kedua ini jauh lebih panas daripada air di kolam yang sebelumnya. Tapi sayang, di bagian belakang kolam tersebut, masih terdapat sampah yang menumpuk banyak, tepat dibawah tulisan, “DILARANG MEMBUANG SAMPAH DISINI”.

Selesai bermain air, kami langsung pergi dan menuju lokasi wisata selanjutnya: PANTAI TENGGEN.

Lokasi pantai Tenggen ini agak jauh dari jalan lingkar Bawean yang merupakan jalan utama. Akses menuju kesana, kurang lebih sama dengan akses menuju ke sumber air panas, dengan jalan yang sempit yang hanya muat oleh satu mobil, jalan yang naik turun, berkelok-kelok, dan gak terlalu bagus. Perjalanan sempat tersendat sedikit karena ada beberapa jalan yang kami lalui yang sedang mengalami perbaikan.

Pantai Tenggen ini sangat sepi. Gak ada pengunjung sama sekali yang terlihat. Namun kata bapak supir yang mengantarkan kami, biasanya pantai itu ramai, hanya pada saat-saat tertentu. Misalnya pada musim liburan, terutama libur hari raya. Selebihnya, kondisinya gak jauh berbeda dibandingkan saat aku kesana.

Pantainya unik. Ada titik dimana kamu bisa melihat laut berada disebelah kanan dan kirimu secara bersamaan. Aku bingung menyebut hal itu bagaimana. Tapi sepertinya, daratan yang aku pijak merupakan sebuah tanjung. Oke, masuk akal kalau seperti itu.

Disini juga ada objek wisata yang lain, yakni makam panjang. Makam panjang itu adalah makam, tempat menguburkan seseorang, yang ukurannya cukup panjang, gak seperti makam pada umumnya yang panjangnya hanya sekitar satu atau satu setengah meter. Makam ini, aku gak ngukur sih, tapi menurutku, panjangnya ada kira-kira lima meter—atau lebih. Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai penyebab panjangnya makam tersebut. Ada yang bilang, memang orang dulu badannya panjang-panjang dan besar-besar, ada juga yang bilang bahwa didalam makam tersebut gak hanya jenazah yang dikuburkan, namun ikut serta juga harta benda milik jenazah. Kalau berdasarkan pengetahuanku sih, lebih tepat pendapat yang kedua. Karena itu juga yang terjadi di makam panjang Siti Fatimah Binti Maimun yang ada di Manyar, Gresik *satu dari sekian banyak Objek Wisata Religi yang ada di Gresik*.

Udah ah, udah selesai foto-foto, udah selesai mengamati keadaan sekitar, bahan untuk ngisi kuisioner juga sudah ada *jangan lupa kalo perjalanan ini dalam rangka survey. Oke?!?!?!*, jadi sudah saatnya untuk pergi dan menuju objek wisata selanjutnya: PENANGKARAN RUSA.

Perjalanan menuju penangkaran rusa hampir sama dengan perjalanan-perjalanan sebelum-sebelumnya *jadi gak usah dibahas lagi*, cuma lagi-lagi pada jalan yang sempit, kami sempat berpapasan dengan mobil penduduk. Yahh,. Sekarang gantian, mobil kami yang harus mengalah dan berjalan mundur. Untuung banget deh ya, bapak supirnya sudah sangat mahir dan biasa aja gitu nyetir jalan mundur dengan kondisi jalan yang sangat sempit. Aku sebenarnya agak mikir jugak sih, itu jalan desa, yang disebelah kanan dan kirinya merupakan rumah penduduk, sebenarnya boleh gak sih di lewati sama mobil? Soalnya beneran sempit banget. Gak jarang juga ini mobil sama tembok halaman rumah warga hanya berjarak beberapa centi saja. Ngerikk deh ya… tapi Alhamdulillah bapak sopir yang profesional itu bisa mengantarkan kami dengan selamat sampai tujuan tak kurang suatu apapun.

Begitu sampai di suatu persimpangan, mobilnya berhenti, dan kamipun turun. Dan aku gak melihat sedikitpun tanda-tanda akan keberadaan penangkaran rusa—karena kami tepat berhenti di tengah pemukiman penduduk. Perkiraanku benar saja, perjalanan masih jauh kawan. Kami harus berjalan kaki, kurang lebih duapuluh menitan lah ya, atau sekitar satu kilometer lebih, naik turun bukit, hingga akhirnya sampai di lokasi penangkaran rusa. Alhamdulillah…


Masih dalam kondisi capek, ngos-ngosan karena sudah lama gak tracking dengan persiapan sangat minim pula *aku pakek sepatu sandal cewek!!! Damn!!! Tau gitu dari rumah bawa sandal gunung T.T*, langsung ngambil tanaman rumput gajah yang ada di sekitar lokasi penangkaran untuk ngasi makan rusa. Rusa disini agak penakut sama orang, kalo gak sambil di iming-imingi makanan, dia nya gak mau deket. Makanya, ini salah satu cara untuk manggil rusa supaya mendekat ke pagar, jadi kita bisa ngeliat lebih dekat. Oia, ngasi makannya ini juga gak boleh terlalu berisik. Rumput yang kita bawa, kita masukin ke sela-sela pagar nya, trus digoyang-goyangin dikit. Ngegoyanginnya juga gak boleh kenceng-kenceng, soalnya nanti bikin rusanya kaget trus malah kabur. Yahh,. Susah-susah gampang ngasi makan rusa ini. Soalnya kadang kita sendiri yang kaget lantaran rumputnya itu ditarik paksa sama si rusa.





Rusa Bawean ini kalau menurutku ukurannya agak lebih kecil dengan rusa di daerah lain *kebun binatang dan taman safari maksudnya, soalnya gak pernah liat rusa selain di tempat itu :p*. dan denger-denger, jumlah rusa betina di penangkaran tersebut lebih sedikit daripada rusa jantannya. Itu jadi salah satu penyebab kenapa angka kelahiran rusa setiap tahunnya hanya sedikit.

Sebenarnya lokasi penangkaran rusa ini juga sedang dalam proses perbaikan. Setelah pintu masuk, kita bisa melihat ada beberapa bagian yang sepertinya baru saja di uruk dan akan dibuat semacam tempat parkir. Yapp,. Harusnya tadi waktu ke lokasi, kita bisa saja tetap mengendarai mobil. Namun karena kondisi jalan yang mengkahwatirkan *becek dan lain sebagainya, karena sedang musim hujan*, jadinya si bapak supir gak berani ngambil risiko. Yahh,. Gak papa lah pak, biar kita bisa olah raga dikit. Hehe…

Doain yah teman-teman, agar pembangunannya lancar, biar nanti salah satu ikon Pulau Bawean ini bisa lebih terjangkau dalam hal aksesnya. Begitu juga dengan tempat wisata yang lain ^^.

Udah sore, udah waktunya balik ke hotel. Dan Jelajah Potensi Wisata Bawean hari pertama cukup sampai disini.

***to be continued, cmiwwwwww***

Comments

  1. kolam air panas yang pertama itu serem ar.. ijo-ijo gimana gitu.. -___-

    pantainya kalau dilihat juga nggak begitu menarik ya ar.. ntahlah, memang karena efek foto atau aslinya memang begitu..

    aku malah lebih tertarik sama penangkaran rusanya itu.. luas nggak sih itu tempat penangkarannya..

    ditunggu lanjutannya ar

    ReplyDelete
  2. selama ini hanya dengar tentang pulau Bawean, tentang penyeberangannya yang tergantung cuaca alam...It's really amazing island *pengen*

    ReplyDelete
  3. sepertinya tu pulau memang belum benar2 tersentuh sepenuhnya yaa Mae.. kolam air panas dan pantainya, kurang menarik mata.. tapi rusa-rusanya ituuu, aduuuuhh lucu pisan.. pesen satu dong Mae.. hehe :D

    ReplyDelete
  4. @Tri Setyo Wijanarko: hihihi.. iya, aku juga ngerasanya serem.
    kalo pantai yang ini memang menurutku agak biasa aja mas. tunggu yang selanjutnya aja yahh

    penangkaran rusanya lumayan luas. dari gerbang yang ada tulisannya itu sampe ke tempat berpagar itu aja ada kali ratusan meter mas..

    ReplyDelete
  5. @Ririe Khayan:iya mbak. penyebrangannya emang dipengaruhi banget sama cuaca. untung pas kemarin kesan pas gak ada ombak :)

    ReplyDelete
  6. @dhenok habibie:iya mbak dhe. makanya itu, di postingan awal kan aku sudah sampaikan kalau ini masih 'potensi wisata', jadi baru berpotensi mbak, belum jadi tempat wisata betulan.
    mungkin karena rusanya kecil kecil yaa jadinya lucu2 :)

    ReplyDelete
  7. @Sang Cerpenis bercerita:yapp,. salah satu tempat liburan yang patut direkomendasikan :)

    ReplyDelete
  8. Dalam rangka apa nih ke Bawean? pengen jalan-jalan, tapi gak bisakemana-mana. hiks

    ReplyDelete
  9. di tempatku juga masih banyak lokasi yang berpotensi jadi tempat wisata sayangnya tidak dilirik oleh pemerintah daerah :)

    ReplyDelete
  10. Wah keren,,, jadi pengen maen ke sono http://ebook-bagus.blogspot.com/2010/01/solmet.html

    ReplyDelete
  11. @Arif Zunaidi Riu_aj: kalo pengen tau dalam rangka apa, silahkan baca part satu nya :)

    ReplyDelete
  12. @honeylizious: iya tante,. disini juga. tapi semoga perjalanan ini bisa membuat mata mereka terbuka akan potensi yang dimiliki namun belum di maksimalkan :)

    ReplyDelete
  13. @mY 53Lf: iya doonk,. Indonesiaa, pasti kerenn :D

    ReplyDelete
  14. baru paham nih mbak kalo onyx itu sentranya di bawean ya..seringnya cuma liat di tivi, lha ini..ada reporter langsung menyiarkan..:)

    ReplyDelete
  15. @ketty husnia: hwaduh, dibilang reporter. jadi malu. hihihi.
    iya mbak, bahkan batu onyx disana dibikin bahan utama untuk jalan desa. orang kaya. haha

    ReplyDelete
  16. gak kebayang kalo bawa mobil di sana trus mogok dan gak ada yang jual bensin eceran. :p

    ReplyDelete
  17. wah ternyata banyak juga yah potensi wisata di pulau bawean yang bisa dikembangkan. Semoga pemerintah dan masyarakat setempat bisa bahu membahu bekerja sama membangun wisata bawean.
    Tentu didukung dengan akomodasi yang oke pula.

    oke nice posting mbak, jadi tahu kondisi bawean karena saya belum pernah kesana ^_^

    ReplyDelete
  18. @NuellubiS:hahaha.. gak usah dibayangin. tapi masalah bensin eceran, sepertinya tidak perlu terlalu di khawatirkan. dimana2 ada jual bensin eceran. apalagi botolnya yg ukuran 2 literan sampe 5 literan gitu

    ReplyDelete
  19. @Fifin Nugroho:iya mas. dan menurutku gak cuma di bawean aja lohh,. di tempat lain juga banyak yang berpotensi jadi tempat wisata tapi belum dimaksimalkan. yahh,. kita cuma bisa bantu doa aja. hehe..

    ReplyDelete
  20. waduh cerita mu tentang jalan-jalan mulu, asyik banget ya mbak.. itu jalan lumpur semua pasti habis dari jalan-jalan bersihin tu mobil hahaha, tapi bawean itu daerah mana ya hehe

    ReplyDelete
  21. eh dhek armae, batu onyx apaan sih? beda ama marmer yah? keren aja kalo marmer jadi jalan desa. wkwkwkw.
    .
    enywey hmm,, pantainya kayak danau sih menurutku. hehe, tapi yang namanya pantai tetep pantai, like it. sebenernya ada berapa pantai disana? keliatannya masih ada lagi nih. ditunggu lagi :)

    ReplyDelete
  22. @auraman:mumpung libur mas. hehe..
    alhamdulillah itu pas ngelewatin jalan berlumpur, mobilnya gak ikutan. jadi jalan kaki. cuma perlu bersihin sandal doank :D
    kalo pengen tau Bawean itu dimana, baca yg part 1 nya ya mas. insyaallah disitu ada infonya :)

    ReplyDelete
  23. @Si Roni:marmer dan onyx?? aku kurang tau itu beda ato gak. maap..maapp -_-"
    tunggu postingan selanjutnya aja yah mas :)

    ReplyDelete
  24. Walah, itu di foto ketiga, foto pohon kelapa atau palem, bentuknya bengkok ya... :O

    ReplyDelete
  25. wah kenapa g ada perhatian dari pemerintah untuk buat tempat itu lebih indah ya...?

    neh pemerintah cuma memfokuskan perhatiannya pada beberapa pariwisata saja..:(

    ReplyDelete
  26. @Dymitra Liandyperjalanan ini juga merupakan salah satu bentuk perhatian pemberintah kok :)

    ReplyDelete
  27. @armae sebenarnya ada banyak tempat yang layak dijadikan tempat wisata mbak, cuma karena kurang dikembangkan dan kurang pembenahan, maka tempat tersebut tidak begitu diketahui oleh masyarakat luar :)

    #makasih mbak atas kunjungan baliknya, salam kenal.

    ReplyDelete
  28. @Dymitra LiandyPastinya semua itu butuh waktu lah, dan dana yang tidak sedikit pula. Jadi pasti akan sangat sulit juga kalau ingin langsung membenahi semuanya..

    Trimakasih kembali :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Speak Up...!!! :D

Popular Posts