FILMOVIE : eat pray love


satu komentar pembukaan, aku gak suka banget kalau kata-kata "eat, pray, love" ditranslatekan ke bahasan Indonesia. makan, doa, cinta. anehhhh...!!! -_-'

eat, pray, love (EPL), menurutku, sudah jadi kebutuhan pokok manusia untuk saat ini, atau mungkin lebih tepatnya beberapa golongan manusia, belum semua. kalau eat saja, mungkin masuk akal. kalau pray, belum tentu. karena pada kenyataannya menurut yang aku tau, masih ada orang atheis di dunia ini. selain itu, love. mungkin yang satu ini juga merupakan kebutuhan pokok manusia, namun, tidak semua orang bisa dengan nyaman dan leluasa menyatakan bahwa masing-masing dari dirinya membutuhkan cinta.


semenjak dimulainya publikasi tentang rencana pembuatan film ini, aku sudah bertekad di dalam hati, besok kalau sudah tayang kudu musti harus wajib nonton. gak boleh nggak. dan akhirnya, tanggal 19 januari 2011 kemaren keturutan deh, walaupun lagi lagi, bioskop di malang yang super lelet ini tergolong sangat terlambat dalam penayangannya.

Julia Roberts, sang aktris utama, berperan sebagai Liz Gilbert, merupakan sosok wanita karir yang modern dan  dapat dikatakan sudah memiliki semua hal yang diidamkan para wanita; pendamping, pekerjaan, sahabat, serta rumah yang indah. namun sepertinya, dari dalam dirinya sendiri belum siap menerima keberhasilan itu, karena setelah dia pahami betul, kesemuanya itu tidak--atau belum cuku--untuk membuatnya bahagia.

berawal dari gumaman "aku tidak bisa merasakan apapun..." dan "aku tidak tahu apa yang akan kujadikan menu makan siangku nanti", Liz memutuskan untuk meninggalkan semua yang dia miliki--termasuk suaminya--lalu melakukan perjalanan ke beberapa negara, Italia, India, dan Indonesia (entah pemilihannya berdasarkan apa, tapi baru kusadari kalau semua negara itu ternyata diawali dengan huruf I).

sebuah kata untuk Italia, cantik. dan dinegara ini, Liz belajar tentang bagaimana menikmati hidup, belajar bahasa Italia yang menurutku sangat anggun, mencoba bersosialisasi dengan orang-orang baru, dan kesemuanya itu berhasil dia lakukan. pizza, spaghetti, ice cream, serta makanan-makanan lain khas Italia menemani sepanjang perjalanannya disana. hingga akhirnya, saatnya berpisah.

India merupakan negara tujuan kedua. seperti yang sudah kita ketahui, negara ini memiliki kebudayaan dan kepercayaan yang sangat kuat, termasuk agama hindu-nya. disini, Liz belajar tentang kekuatan doa, meditasi, mencintai orang lain, merindukan orang lain, mengungkapkannya, menyampaikannya, lalu melupakannya. kalau ingin dibuat gampang, di Italia Liz belajar tentang hubungan horizontal sedangkan di India ini dia belajar tentang hubungan vertikal. ditemani Richard (Ricchard Jenkins) yang juga seorang bule dari Texas yang memanggil Liz dengan sebutan "makanan", Liz akhirnya berhasil menemukan apa yang ia cari.

di Bali, dibimbing oleh Ketut Liyer untuk memadukan apa yang sudah didapatkan Liz di Italia dan India, serta Wayan Nuriyasih (Christine Hakim) yang juga cukup mengisnpirasinya, Liz mulai menata hidupnya kembali, melalui keseimbangan antara hubungan horizontal dan vertikal. saat keseimbangan itu telah tercapai, Liz dihadapkan kembali dengan batu sandungan kecil yang cukup membuatnya hampir mengambil keputusan besar yang salah. "bali adalah tempat menemukan cinta", begitulah kira-kira ucapan salah satu aktor di film itu. dan benar saja, akhirnya Liz menemukan cintanya disini, bersama Felipe (Javier Bardem).


...jika kamu cukup berani untuk meninggalkan apapun dan keluar dari zona nyaman yang kamu miliki, kebencian yang terpendam, dan melakukan perjalanan baik keluar maupun kedalam diri sendiri,
dan saat kamu benar-benar mau melihat segala sesuatu yang terjadi padamu sebagai sebuah tanda dan kamu menerima semua orang yang kamu temui sepanjang perjalanan itu sebagai guru, dan jika kamu telah siap untuk menerima semua dan memaafkan kenyataan terburuk yang pernah terjadi padamu, maka kebenaran tidak akan disembunyikan darimu... -Liz Gilbert, Eat, Pray, Love-

satu kata untuk Liz, "attraversiamo". ^^

Comments

Popular Posts