aku gak mau disebut bodoh

banyak pendapat mengenai definisi bodoh.
bahkan tidak hanya itu, ada juga yang menyampaikan bahwa sebenarnya tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, yang ada hanya orang yang tidak atau belum menemukan guru yang tepat.

tapi aku tidak setuju dengan pendapat itu. aku tetap merasa bahwa istilah bodoh itu perlu, yaitu digunakan untuk orang-orang yang melakukan KESALAHAN yang SAMA DUA KALI bahkan LEBIH (yang di caps-lock itulah poinnya).


kalau sekali melakukan kesalahan, wajar. mungkin orang tersebut belum tahu kalau yang dilakukan adalah suatu kesalahan. setelah proses tersebut, sewajarnyalah ada yang mengingatkan dan memberi tahu yang sebenarnya. nah, disinilah letak seseorang itu layak dikatakan bodoh atau tidak. setelah dia tahu, namun dia tetap melakukan hal yang sama seperti yang pertama kali dilakukan, layaklah slogan "BODOH" disematkan didahi orang ini, ini menurutku. entah yang lain mungkin punya pendapat yang beranekaragam. silahkan berkomentar... (promosi euiyyy..hihi...)

right, kembali ke aku.
kalau aku, pastinya tidak ingin dikatai bodoh, apalagi sampai disematkan sesuatu ditubuhku yang menunjukkan kalau aku bodoh. uhhh,... memalukan.
tidak hanya itu, aku juga akan merasa sangat merugi. rugi banget pokoknya. mengingat tiap detik dalam kehidupan tidak bisa terulang, dan saat melakukan hal yang mengakibatkan aku dikatakan bodoh itulah titik puncak kerugianku.

saat ini, aku dihadapkan pada masalah yang sama, tidak benar-benar sama sih, tapi setipe lah, dengan yang aku alami beberapa tahun silam, tepatnya saat aku masih memakai si abu-abu putih lengkap dengan dasi dan ikat pinggang.

aku gak akan membahas masalah apa itu, karena kalau dibongkar, maka akan mengguncang kedamaian dunia yang saat ini sudah terjalin dengan indahnya (lebayy.. -_-'). bukan, maksudnya aku tidak mau ada tali silaturrahmi yang putus atau mendadak kusut antara aku dan dia, dia dan dia, dia dan mereka, aku dan mereka, dan lain sebagainya. sudahlah, tidak perlu dilanjutkan.

jadi, saat itu, saat masalah itu datang, aku lebih memilih untuk diam. mengapa???jawaban seorang anak SMA yang masih lugu, "karena aku tidak ditanya". terkesan pendiam sekali ya aku pada saat itu... mungkin diawal, dengan kediamanku 'terlihat' lebih memudahkan semuanya. tapi ternyata, menyisakan pertanyaan yang cukup besar di hati dan pikiranku, hingga beberapa bulan, bahkan beberapa tahun kemudian.
apakah seperti ini?
apakah seperti itu?
benarkah perkiraanku sekarang?
bagaimana ya seharusnya?
lalu, aku musti gimana?
daaaaan laiiiiiiiiiiinnnn sebagainyaaaaaaaaaa... yang belakangan kuketahui tidak hanya terjadi pada diriku, tapi juga dia, mereka...

hingga tiba saatnya kesempatan untuk mengklarifikasi itu datang. dan memang hal itu juga berawal dari keberanian untuk bertanya, dan keberanian untuk menjawab. sudah bukan saatnya lagi untuk diam, sudah bukan saatnya lagi untuk memendam sendiri, sudah bukan saatnya lagi untuk merahasiakan, karena memang hal ini tidak hanya menyangkut diriku, tapi juga dirinya, dan mereka.

taukah apa hasilnya???semua perkiraanku SALAH TOTAL!!!
akibat aku tidak ditanyai dan aku tidak memberi tahu karena tidak ada yang bertanya padaku, dia, mereka, menganggap yang terjadi adalah justru yang sebaliknya dari apa yang seharusnya.
dan bisa kau bayangkan apa yang aku rasakan saat itu, penyesalan. ya, penyesalan yang amat dalam. aku ingat betul saat itu aku sedang duduk mendengarkan kuliah, dan pengklarifikasian itu terjadi lewat sms, setelah aku tau semuanya, mata ini sempat berair. bukan, bukan hanya berair, beberapa tetes juga sempat menyentuh bumi, menyentuh jilbabku, membasahi rok yang ku kenakan, dan aku hanya bisa terdiam sambil menggenggam erat tangan sahabatku yang duduk disebelah kiriku. aku benar-benar menyesal.

right, cukup kilas baliknya.

dan sekarang, aku dihadapkan kembali pada masalah yang hampir sama. masalah yang cukup rumit, namun sebenarnya hanya perlu sedikit keberanian untuk bertanya, sedikit saja keberanian untuk menjawab, sedikit keberanian untuk berbicara, dan sedikit keinginan untuk mendengarkan.

aku tidak mau kesalahan yang aku perbuat tempo hari terulang, aku tidak mau hanya karena tidak ingin, hanya karena jaim, hanya karena mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi, hanya karena takut apa yang disampaikan berbeda dengan apa yang ingin didengar, kebenaran yang seharusnya tampak itu sama sekali tidak terlihat. aku tidak mau hal itu terjadi lagi, aku tidak mau disebut bodoh, apalagi oelh diriku sendiri.

bicaralah, aku akan mendengarkan. nanti juga akan kusampaikan apa yang seharusnya kusampaikan.

Comments

Popular Posts