Rammang Rammang
10 Agustus 2013, jam 1 lebih 37 menit, siang.
Hari terakhir di Bone, salah satu kabupaten yang cukup luas di Sulawesi Selatan. Jangan tanya bagaimana saya bisa ada disana saat itu. Ceritanya panjang, sedang diri ini tak ingin membahasnya saat ini. Siang itu, saya melayangkan satu pesan singkat untuk seorang sahabat yang baru saya temui dua kali,
"Kak, pengen ke rammang rammang"
sejurus kemudian,
"Ayuk, ntar Uchank yang jadi guidenya, nanti kakak kabari mereka,"
Kemudian besoknya,..
Sekitar jam 9 pagi waktu setempat, saya sudah berada di rumah kak Pipi. di Maros, Sulawesi Selatan. Disana sudah ada Uchank dan Emi juga. Uchank, baru ketemu pertama kali, tapi sudah bisa menebak sedikit-sedikit orangnya seperti apa *halah, sok tau banget :D, sedangkan Emi, beberapa hari sebelumnya sudah pernah ketemu, di Bandara Sultan Hassanuddin Makassar, pas pertama kali saya sampai disana.
Tak ingin membuang waktu lama, karena memang waktu saya tidak banyak, kami akhirnya memutuskan untuk berangkat, bersama Fidya *semoga gak salah ketih namanya, adeknya kak Pipi, plus dua orang temannya, kami ber-lima naik mobil. Sedangkan Uchank dan Emi naik motor. Sempat ada sedikit adegan nyasar, tapi untungnya Allah kembali menuntun kami semua ke jalan yang benar. Jalan yang sedang diperbaiki, yang akhirnya memaksa kami untuk berhenti menggunakan mobil ditengah jalan, dan berganti dengan satu-satunya alternatif kendaraan yang bisa kami gunakan, yakni ngojek! *opsi jalan kaki dicoret tentunya yahh.
Masih di atas sepeda motor ojek, tapi pemandangan pagi menjelang siang itu sudah tidak biasa. Sebisa mungkin saya mengambil beberapa gambar dengan posisi yang sebenarnya agak sulit dan jalan bergelombang. Happp,. dapat dua jepretan!
Kami berhenti di satu sungai yang
lebarnya sekitar lima meter. Ada jembatan kayu sederhana disana, yang
cukup memungkinkan kendaraan bermotor roda dua untuk melintas. Setelah
Emi bernegosiasi dengan salah seorang pemilik perahu menggunakan bahasa
Bugis Makassar *yang ternyata beda banget sama Bugis Bone sampai saya gak bisa ikutan nimbrung, apalagi paham :|,
akhirnya kami bertujuh naik perahu kecil untuk menuju sebuah Dusun yang
bernama Rammang Rammang. Dusun yang terletak di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan, yang terkenal dengan batu Karst-nya.
Anyway, saya sebelumnya mengetahui tentang keberadaan dusun Rammang Rammang ini dari tulisannya Uchank. Untuk itulah kami bersepakat menjadikan dia sebagai tour guide saat itu. Okesip.
Saya merasa berada di dunia yang berbeda. Di kanan kiri saya hanya ada air sungai berwarna hijau kecoklatan, serta tanaman-tanaman hijau yang tentunya tidak saya kenali. Di ujung jauh, batu-batu karst berwarna hitam sudah mulai terlihat. Tidak ada suara bising kendaraan, kecuali yang dihasilkan dari mesin pendorong perahu. Sunyi, menenangkan.
Ada
satu momen sebelum kami tiba di lokasi, dimana kami, lengkap dengan
perahu kecil yang meliuk-liuk melawan arus sungai, seolah masuk kedalam
sebuah goa dengan kanan-kiri berupa batuan kasar berwarna abu-abu yang
berusaha ingin menghimpit kami. Ternyata belum sampai di lokasinya,
perjalanan menuju kesana sudah menjadi satu 'nilai wisata' tersendiri.
Whaowww...
Dan begitu sampai disana,.. Oke. Saya akan coba mendeskripsikan apa yang saya rasakan dalam beberapa paragraf berikutnya *dan juga beberapa fotonya.
Rammang
rammang, sungguh jauh dari hiruk pikuk kota. Tidak ada listrik, tidak
ada kendaraan bermotor, tidak ada kebisingan, tidak ada polusi.
Rumah-rumah kayu masih terpisah jarak yang cukup jauh, diselingi
beberapa petak sawah yang baru saja dipanen. Kehidupan disana, seolah
menggambarkan apa yang biasa kita sebut dengan "Menyatu dengan alam".
Ditengah mangkuk raksasa yang dikelilingi oleh karst menjulang
membentuk satu deret perbukitan indah, hijau dan hitam berbaur menjadi
satu. Benar-benar menyejukkan mata.
Sebenarnya, saya sedikit merasa bersalah saat sampai disana, saat kami sedikit banyak membuat kegaduhan sambil sibuk berfoto-foto ria. Semoga tidak menimbulkan kebisingan bagi warga sekitar, yang saya yakin sudah teramat akrab dengan ketenangan jiwa.
Jika memang kelak ada kesempatan lagi, saya ingin kembali kesana. Tanpa perahu motor, cukup perahu dayung saja, juga tanpa kamera, tanpa handphone, tanpa gadget lainnya. Menghabiskan berjam-jam di sana, mengistirahatkan otak, menjamu pikiran, menenangkan raga. Ya, saya pikir Rammang Rammang adalah lokasi yang cukup tepat untuk menghilang dari semesta, sementara.
*note: foto-foto di postingan ini merupakan gabungan dari kamera yang saat itu saya bawa dan kamera kak Pipi. Free of watermark, karena bingung ini jepretan siapa, itu jepretan siapa. Hehe...
:D
Hari terakhir di Bone, salah satu kabupaten yang cukup luas di Sulawesi Selatan. Jangan tanya bagaimana saya bisa ada disana saat itu. Ceritanya panjang, sedang diri ini tak ingin membahasnya saat ini. Siang itu, saya melayangkan satu pesan singkat untuk seorang sahabat yang baru saya temui dua kali,
"Kak, pengen ke rammang rammang"
sejurus kemudian,
"Ayuk, ntar Uchank yang jadi guidenya, nanti kakak kabari mereka,"
Kemudian besoknya,..
Sekitar jam 9 pagi waktu setempat, saya sudah berada di rumah kak Pipi. di Maros, Sulawesi Selatan. Disana sudah ada Uchank dan Emi juga. Uchank, baru ketemu pertama kali, tapi sudah bisa menebak sedikit-sedikit orangnya seperti apa *halah, sok tau banget :D, sedangkan Emi, beberapa hari sebelumnya sudah pernah ketemu, di Bandara Sultan Hassanuddin Makassar, pas pertama kali saya sampai disana.
Tak ingin membuang waktu lama, karena memang waktu saya tidak banyak, kami akhirnya memutuskan untuk berangkat, bersama Fidya *semoga gak salah ketih namanya, adeknya kak Pipi, plus dua orang temannya, kami ber-lima naik mobil. Sedangkan Uchank dan Emi naik motor. Sempat ada sedikit adegan nyasar, tapi untungnya Allah kembali menuntun kami semua ke jalan yang benar. Jalan yang sedang diperbaiki, yang akhirnya memaksa kami untuk berhenti menggunakan mobil ditengah jalan, dan berganti dengan satu-satunya alternatif kendaraan yang bisa kami gunakan, yakni ngojek! *opsi jalan kaki dicoret tentunya yahh.
Masih di atas sepeda motor ojek, tapi pemandangan pagi menjelang siang itu sudah tidak biasa. Sebisa mungkin saya mengambil beberapa gambar dengan posisi yang sebenarnya agak sulit dan jalan bergelombang. Happp,. dapat dua jepretan!
Batu-batu karst nya sudah mulai terlihat |
Ada juga yang tau-tau nyembul di pinggir jalan :D |
Anyway, saya sebelumnya mengetahui tentang keberadaan dusun Rammang Rammang ini dari tulisannya Uchank. Untuk itulah kami bersepakat menjadikan dia sebagai tour guide saat itu. Okesip.
Itu yang sedang mengacungkan angak "2" adalah Emi --bukan kampanye |
Saya merasa berada di dunia yang berbeda. Di kanan kiri saya hanya ada air sungai berwarna hijau kecoklatan, serta tanaman-tanaman hijau yang tentunya tidak saya kenali. Di ujung jauh, batu-batu karst berwarna hitam sudah mulai terlihat. Tidak ada suara bising kendaraan, kecuali yang dihasilkan dari mesin pendorong perahu. Sunyi, menenangkan.
Rekan seperjalanan |
Dan begitu sampai disana,.. Oke. Saya akan coba mendeskripsikan apa yang saya rasakan dalam beberapa paragraf berikutnya *dan juga beberapa fotonya.
Kiri-kanan: Uchank, saya, kak Pipi, Emi. Jadi, temanya pink-merah, begitu? :D |
Sebenarnya, saya sedikit merasa bersalah saat sampai disana, saat kami sedikit banyak membuat kegaduhan sambil sibuk berfoto-foto ria. Semoga tidak menimbulkan kebisingan bagi warga sekitar, yang saya yakin sudah teramat akrab dengan ketenangan jiwa.
Owyeahh.. I have been there! |
Jika memang kelak ada kesempatan lagi, saya ingin kembali kesana. Tanpa perahu motor, cukup perahu dayung saja, juga tanpa kamera, tanpa handphone, tanpa gadget lainnya. Menghabiskan berjam-jam di sana, mengistirahatkan otak, menjamu pikiran, menenangkan raga. Ya, saya pikir Rammang Rammang adalah lokasi yang cukup tepat untuk menghilang dari semesta, sementara.
*note: foto-foto di postingan ini merupakan gabungan dari kamera yang saat itu saya bawa dan kamera kak Pipi. Free of watermark, karena bingung ini jepretan siapa, itu jepretan siapa. Hehe...
:D
view tempatnya keren banget, Mae! sayang jauh ya dari sini. moga kapan2 bisa main ke sana, hehe :D
ReplyDeleteDekaat kok Ilaa.. tinggal naik pesawat sekali :D
DeleteTempatnya menenangkan teh :D
ReplyDeleteBangeetttt :D
DeleteCEMBURU pake BUTA alias Cemburu Gila! #eh
ReplyDeleteIni lokasi yang kemarin liat di malesbanget.com. -___-
Emi, Uchank, Pipi, Rie, kalian bener2 TEGA!
:D
Delete*aku senyum aja deh kang... *sambil ngakak boleh ya? :)) =))
wah ada batu dipinggir jalan
ReplyDeleteHehe.. iya mbak..
Deletebaguuuus, sukaaaa
ReplyDeleteYuk yuk kesana :D
Deleteayuuuuk..ngebolang lagi kitaaaaa. kk tunggu yaaaa.. ;)
ReplyDeleteSiaaaaaappp... Undangannya mana nih undangan? plus tiket yahh :D
DeleteSaya punya teman sekarang di Bone. Namanya Dodi. Pegawai PLN di sana. Selama ini sering kontak kontakkan via BBM. dIA Jarang cerita tentang kota BONE, jadi saya harus car cari informasi sendiri, dari Google tentang kota BONE. Wah kebetulan ada artikel ini, jadi bisa menambah perbendaharaan saya tentang BONE. Luar biasa pemandangannnya. Foto fotonya bagus bagus, cerah, dan suasananya sudah mirip di luar negeri. Very cool
ReplyDeleteMakasiiii :D
DeleteTapi ini lokasinya bukan di Bone pak, melainkan di Maros. Berbeda kabupaten, tapi berdekatan :)
Keknya aku pernah kasih komen disini deh.. :mikir:
ReplyDeleteOhh iya, itu saat postingan ini belum selesai ya? itu postingan tidak sengaja ter publish padahal masih dalam proses penulisan. Kemudian postingannya saya hapus dan saya ganti yang baru, makanya komennya juga hilang. Maaf yaaa :D
DeleteHohoho.. makanya.. aku tadi heran.. Haha..
DeleteOke deh, aku tulis kembali komen yang pernah aku tulis disini.
Rammang tu bukannya nama pesepakbola Indonesia tahun 70an dulu ya?
Ramang, kalau itu. Andi Ramang. Dan setelah baca beberapa biografinya, sepertinya tidak ada hubungan antara penamaan lokasi ini dengan pemain sepak bola tersebut. *CMIIW :)
DeleteTapi sama-sama di sulawesi bukan?
DeleteYapp,.. tepatnya sama-sama di Sulawesi Selatan :)
DeleteSubhanallah
ReplyDeleteIndah bangeeeetttt...
iyadonk.. Indonesia gitu :D
Deleteiya subhanallh bener indah, jd pengen kesana, salam perkenalan ya
ReplyDeleteSalam kenal juga Putri :)
DeleteLama tidak ngeblog, lama tidak menulis dan lama tidak berkunjung ke blog sahabat. Hemm masih seperti yang dulu, armae dengan tulisan petualangan. Kali ini di Maros ya. Suasananya asyik. Bener-bener jauh dari nuasa keangkuhan kota.
ReplyDeleteSebenarnya di kampungku juga begitu, tetapi tak seindah foto-foto diatas ::)
Hehe.. iya nih mas Fin, saya juga baru ingat kalau sudah lama gak main ke blognya mas Fifin.. Smoga senantiasa sehat yaa :)
Deletesubhanalloooh bagusnyaaa,,,
ReplyDeletemengingatkanku pada ZhangJiaJie...
ZhangJiaJie?? :o
DeleteGak pernah dengar...
Kapan kapan ajak Dija ke sana juga ya Tante,,,
ReplyDeleteInsyaAllah... atau kalo Dija mau main sendiri juga boleeeehh :D
Deletesudah sampai ke ramang2 rupanya ya...saya malah belum sempat ke tempat yg menenangkan jiwa ini....,
ReplyDeletepadahal rasanya sudah lama sekali mau nginap di tempat yg sepi dari kontaminasi tehnologi ini...,
keep happy blogging always...salam dari makassar :-)
Hehe,. iyaa, alhamdulillah. Dikasih kesempatan ke Makassar dan bisa dimaksimalkan :0
ReplyDeletewwuiiih, keliatannya asik banget >.< *cakar mbak mae yg biki ngiri
ReplyDeletewahaha.. bahaya nih udah main cakar-cakara :))
Delete