Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 3)
Cerita sebelumnya:
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 1)
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 2)
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 1)
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 2)
Benar yang dikatakan oleh
kawan saya yang sudah pernah ke Tambora. Jalur dari Pintu Rimba sampai Pos 3
boleh dikatakan ‘belum apa-apa’. Karena selepas pos 3, track yang kami lalui hampir semuanya menanjak dengan kemiringan
beranekaragam. Untungnya tongkat sakti sudah ditangan, jadi sangat membantu
saat pendakian. Sebenarnya jarak dari Pos 3 dan Pos 4 tidak terlalu jauh,
kisarannya sekitar 1 km saja. Namun karena tracknya
yang menanjak terus, sehingga alokasi waktu yang dibutuhkan juga lebih banyak.
Jika manusia biasa berjalan di jalan yang rata dan normal butuh waktu sekitar
15 menit untuk menempuh jarak 1 km, maka saat itu kami membutuhkan waktu
sekitar 1 jam.
Ditambah lagi dari Pos 3
sampai Pos 5 banyak ditumbuhi dengan tanaman Jelatan (orang Jawa Timur/Surabaya
biasa menyebutnya “Godhong Jancukan”) yang jika tersentuh sekali saja bisa
menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Campuran antara rasa gatal dan
tertusuk duri tajam. Baru sekali itu saya menemui tanaman serupa, yang ternyata
tersebar cukup banyak di sepanjang kanan-kiri jalan setapak jalur pendakian.
#:-S
Pos 4 (1811 mdpl), yang
terletak diantara rerimbunan pohon cemara, merupakan lokasi yang sangat pas
untuk beristirahat. Pos ini agak berbeda dibandingkan pos yang lain, karena
selain tidak terdapatnya berugaq, Pos 4 adalah satu-satunya pos di sepanjang
jalur pendakian via jalur Pancasila yang tidak memiliki sumber air. Akibatnya,
sekalipun lokasinya luas dan nyaman untuk beristirahat, jarang ada yang
berlama-lama di pos ini, apalagi sampai menginap. Para pendaki lebih memilih
untuk menginap di Pos 5 atau di Pos 3.
Saat di Pos 4, cuaca
mendadak berubah. Seketika mendung datang, dan mengakibatkan kami harus
mengenakan rain coat. Kaki saya masih
nyeri, namun untungnya tidak menjadi semakin parah. Setelah semuanya bersiap
dan mengamankan segala barang bawaan, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 5.
Balok kayu besar sejajar
jalur pendakian menjadi ‘salam pembuka’ untuk perjalanan kami menuju Pos 5. Di
kanan dan kiri jalur tersebut penuh dengan tanaman Jelatan yang siap menerkam
mangsanya. Jadi ingat, sebelum sampai di Pos 4 tadi, kami sempat bertemu dengan
rombongan lain yang turun. Mereka menyampaikan bahwa salah satu anggotanya
sempat terpeleset saat melewati balok kayu raksasa itu, kemudian menjerit kesakitan
karena tubuhnya menimpa tanaman Jelatan. Wuihhh.. Gak kebayang deh bagaimana
sakitnya. Akhirnya, untuk melewati jalur yang sulit tersebut, saya terpaksa
meminta bantuan rekan lain untuk berpegangan tangan. Mencegah lebih baik dari
pada mengobati, bukan?
Jarak dari Pos 4 ke Pos 5
juga sama dengan Pos 3 sebenarnya, tidak terlalu jauh, namun dipenuhi dengan
track-track curam yang makin licin akibat hujan. Butuh ekstra hati-hati untuk
bisa melalui jalur pendakian tersebut. Pada jalur dari Pos 4 ke Pos 5 ini juga
perubahan vegetasi mulai terasa. Tanaman-tanaman dataran tinggi mulai terlihat,
sementara pohon cemara mulai agak renggang.
“Setelah menyusuri
punggung bukit ini, akan ada sedikit turunan, kemudian kita akan sampai di Pos
5…”
Woahh,. Mendengar
informasi dari teman tersebut, kami semakin bersemangat. Dan ternyata benar
juga, tak jauh setelah ada turunan, kemudian kami berbelok ke arah selatan,
sampai juga di tanah lapang yang tidak terlalu luas, dengan beberapa pohon
disana bersematkan papan bertuliskan “Pos 5” (2066 mdpl).
Hari masih siang. Setelah
mendiskusikan beberapa hal, kami akhirnya memutuskan untuk tidak menginap di
Pos 5, melainkan di Pos Kuppluk, lebih di atas lagi. Apa pasal? Waktu masih
banyak, tenaga masih ada, paling tidak ini adalah satu usaha untuk sedikit
mendekat ke puncak, sehingga esoknya tidak akan terlalu banyak waktu yang
terbuang untuk kesana. Apakah kami sepakat? Hmmm.. Tentu saja. Tak ada pilihan
lain yang lebih bagus rasanya.
Para ranger mendapat
tugas tambahan yakni berjalan dari Pos 5 ke Pos Kuppluk sambil membawa tiga
buah jirigen berisi air untuk persediaan air kami semalaman. Mulai dari Pos 5
tersebut, kami harus menghemat air karena persedaiaannya yang terbatas. Begitu
hujan mulai reda, kami langsung melanjutkan perjalanan yang katanya masih
sekitar 1 jam lagi.
Selepas Pos 5, kami mulai
keluar dari hutan, kemudian menelusuri lereng gunung yang cukup curam dengan
vegetasi yang makin renggang, hanya didominasi oleh ilalang dan beberapa pohon
cemara. Begitu jarak pandang benar-benar tak terbatas, pemandangan luar biasa
langsung terpampang didepan mata. Puncak gunung Tambora sudah terlihat,
lereng-lereng serta tebing lainnya disisi kanan dan kiri juga menjulang dengan
megah. Saat kami berbalik badan, ternyata hujan siang itu telah mengusir segala
kabut yang sebelumnya pekat, dan tampaklah laut sebelah utara pulau Sumbawa,
lengkap dengan pulau Satonda dan pulau Moyo yang menjadi penghiasnya.
MasyaAllah…
Kehujanan membuat kami
lelah dan lemas sehingga langkah kami kian lama kian gontai. Sedang beberapa
bukit di depan mata masih bersiap untuk didaki. Para ranger juga mulai
kelelahan dibawah, ditambah beban membawa jirigen penuh berisi air yang
tentunya menghambat laju mereka. 3 orang anggota rombongan baru untungnya masih
bersemangat, hingga mereka yang kala itu menggantikan tugas yang lain, membantu
membawakan ransel kami yang beratnya mulai berlipat karena basah.
Akhirnya sampai juga di
pos Kuppluk pada jam setengah 3 sore, yang berada di ketinggian 2384 mdpl. Pos
yang terletak di tanah lapang di puncak bukit tepat sebelum lereng terjal
menuju puncak gunung Tambora. Begitu sampai, hujan kembali turun. Dengan segera
kami membereskan barang-barang dan mendirikan tenda sekenanya, sekadar untuk
melindungi barang bawaan supaya tidak terlanjur basah semua. Tiga buah tenda
berderet dengan tegak, tepat setelah hujan juga ikut berhenti. Fiuhhh… #:-S
Cuaca di pos Kuppluk
sangat cepat berubah, seketika berkabut, seketika cerah, seketika hujan kecil,
seketika deras. Beruntungnya, puncak tersebut menghadap ke arah barat, dan
tidak terhalang sedikitpun oleh pohon serta benda-benda lain. Salah satu mimpi
di masa lalu akhirnya terwujud juga: menikmati sunset di gunung. Yapp, terlalu
mainstream yah rasanya kalau menikmati sunset di tepi pantai. Kali ini
ceritanya berbeda, dan lagi-lagi sangat luar biasa. Alhamdulillah :)
Tidak banyak rekam foto
yang saya ambil. Selain karena memang ‘ada hal-hal tertentu yang lebih patut
dinikmati oleh mata—saja’, saya juga terlalu sibuk dengan mainan baru yakni GPS
dan Handycam. Jadilah, yang saya rekam kebanyakan momen bergerak, itupun bukan
untuk pamer keindahannya, lokasinya, atau sekadar “SAYA SUDAH PERNAH KESINI
LHO…,” melainkan lebih untuk memberi ruang pada otak, supaya tidak terlalu
bekerja keras karena harus mengingat segala potongan kisah perjalanan itu.
Sehingga akhirnya,
sepaketan mainan baru tersebut kami juluki “Paket Umrah”, lantaran satu tas
kecil yang berisi handycam, GPS, kamera DSLR, serta beberapa handphone dan
terkadang dititipi juga kamera pocket yang lain, jika ditotal nilainya bisa
untuk melakukan ibadah Umrah. Tas kecil yang sangat berharga tentunya, yang
juga berat—tidak hanya dari nilainya, melainkan juga dari beratnya yang
sebenarnya :D
Malam di pos Kuppluk,
dunia makin berbaik hati pada kami. Bintang gemerlap mendominasi hiasan langit
malam itu. Kami berkumpul dalam satu titik, mendekat ke sumber panas, sebagai
satu usaha menghangatkan diri. Sambil bercerita tentang banyak hal, dengan tiga
orang anggota baru rombongan menjadi pembicara utamanya. Selepas makan malam,
kami kemudian memutuskan untuk tidur, karena nantinya, sekitar jam 2 pagi, kami
harus melanjutkan perjalanan menuju ke puncak.
Cerita selanjutnya:
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 4)
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 5)
Cerita selanjutnya:
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 4)
Pendakian Gunung Tambora 2014 (part 5)
foto sunsetnya baguuuuuus banget
ReplyDeleteiyabangetttttt :D
DeleteWowo ... Foto langitnya itu mengingatkan senja di Kinabalu :)
ReplyDeleteKapan aku bisa mendaki ke sana ya?
Kinabalu? belum pernah dengar..
Deletesmoga suatu saat bisa ya mbak :)
Keren bangeeeetttttt kak... masya Allah...
ReplyDeleteIyaaa.. Awa... pake bangettt :D
Delete