Please,.. Berhenti Eksploitasi Ahli Gizi!!!
Perjuanganku dalam mencari pekerjaan belum berakhir. Dan sepertinya --seperti kata Bapak-bapak yang Aku kenal disalah satu sesi interview kerja-- pencarian kerja itu gak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Hal ini terkait dengan sifat manusia yang tidak pernah puas. Dan hal ini juga berlaku di dunia kerja. Selalu berusaha, mencari lebih lebih lebih dan lebih baik lagi. Saat Aku mendengar yang demikian itu, hati kecilku nyeletuk, 'Well, setidaknya Aku ada temannya'. Hahaha.. Entah ini maksudnya apa. :))
Setelah kisah yang terdahulu, rasanya Aku belum bercerita lagi ya tentang hal yang satu ini. Jadi bingung harus bercerita mulai darimana. Seingatnya saja deh.
Sampai saat ini total lamaran kerja yang sudah ku ajukan, ada 6 paket lamaran kerja via pos yang ku kirim, 1 paket lamaran kutitipkan seorang teman, *dan stok 'paketan' lamaran ini sudah habis, karena entah kenapa Aku hanya menyiapkan tujuh eksemplar. Tujuh!!!*, 6 paket lamaran via email, dan 1 paket email ku kirimkan ke seorang teman --semoga berguna. Mengenai panggilan kerja, Alhamdulillah sampai saat ini sudah 7 perusahaan yang menanggapi lamaran yang ku ajukan, namun 2 diantara 7 perusahaan tersebut tidak kutindaklanjuti panggilannya, karena satu dan lain hal.
Dari 5 panggilan kerja yang Aku 'tanggapi', Aku secara pribadi menyimpulkan bahwa tiap-tiap perusahaan memiliki karakteristik masing-masing. Ada yang menghubungi via telepon rumah, ada yang langsung ke self phone ku, ada juga beberapa yang melalui pesan singkat *sampai sempat terpikir bahwa 'ini perusahaan gak bondo banget yaaa'*, dan ada juga yang via email. Mana yang lebih akurat? Menurutku sama saja. Yang penting bisa mengingat pernah memasukkan lamaran kemana saja, karena tiap perusahaan pastinya akan mengkonfirmasi terlebih dahulu sebelum memberikan informasi tentang proses seleksi selanjutnya yang harus dijalani.
Dan perjalanan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya pun beragam...
Ku kira ini merupakan proses yang harus kujalani dalam mencari kerja. Setidaknya dengan seperti ini, mungkin kelak jika Aku sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai, Aku akan bisa lebih menghargainya --setidaknya itu yang ada di pikiranku. Tidak hanya pengalamannya, tapi jauh lebih kompleks daripada itu. Mendapat teman baru, pengetahuan-pengetahuan baru, passion yang tidak terduga, goncangan emosi yang beragam, dan semua itu mengantarkanku pada suatu pemikiran: Aku tidak boleh menyimpulkan kalau semua ini adalah proses yang sia-sia!!!
Satu perusahaan pertama *pernah sedikit ku singgung disini*, yang menghubungi via pesan singkat, sempat Aku curigai kevalidannya. Ditambah dengan diriku yang lupa, bahwa Aku pernah mengirim lamaran ke perusahan bersangkutan. Lengkap sudah kecurigaanku. Namun setelah membuka sent item di email, barulah kecurigaanku berakhir. Oke, Aku pernah mengirim lamaran ke perusahan terkait. Dan pada hari H, Aku datang memenuhi panggilan.
Seleksi administrasi, tes psikologi, dan interview pertama berhasil kujalani dengan baik. Sampai pada interview kedua *yang kata Bapak HRD merupakan seleksi terkahir, dan biasanya pada proses ini tinggal mempertimbangkan masalah beban kerja dan salary*, Aku harus berhadapan dengan owner dari perusahaan tersebut. Masalah beban kerja, oke, Aku menyanggupinya. Dan pada saat itu, kukira akan langsung beranjak ke bahasan tentang salary. Tapi ternyata Aku salah. Beliau, membahas masalah jilbab. Atau mungkin lebih tepatnya mempermasalahkan tentang jilbab. Speechless, bingung, agak panik, sedikit emosi, dan segudang pertanyaan. Dan sepertinya tidak perlu ku ceritakan bagaimana akhirnya.
Ini, bagian paling menyebalkan dari perjalanan mencari kerja-ku. Sangat sangat sangat menyebalkan. Bahkan saat perjalanan pulang, Aku ingat kalo sempat beberapa kali meneteskan air mata :((. Pertanyaanku simpel. Jika memang hal itu yang dipertimbangkan sejak awal, Kenapa tidak dicantumkan di persyaratan lamaran??? Kenapa Aku diloloskan seleksi administrasi??? Kenapa Aku diloloskan tes psikologi??? Bahkan kenapa Aku diloloskan saat interview pertama??? Kenapa??? Kenapa??? Kenapa??? Dan jika tidak dalam bentuk usaha untuk menghibur diri, ku kira diriku tidak akan menemukan jawaban dari segala pertanyaanku itu.
Oke, penolakan karena jilbab sudah pernah ku alami, lalu apa selanjutnya?
Whaowww.. pertanyaan yang menjatuhkan, sekaligus memberi motivasi yang luar biasa buatku. Simpel, Aku hanya berpikir, mungkin Aku harus melalui berbagai macam penolakan terlebih dahulu, hingga pada akhirnya akan ada perusahaan yang tepat yang menerimaku??? Who knows...
Dua hari yang lalu, juga ada panggilan untuk interview. Di Surabaya. Sempat nyasar sedikit, efek dari salah memasukkan kata kunci di google map. Hahaha.. Oke, ini kebodohanku sendiri. Namun beruntungnya perusahaan yang bersangkutan bisa mengerti, dan Aku tetap diterima untuk menjalani proses interview.
Informasi tentang lowongan di perusahaan ini sangat minim. Aku hanya mendapatkan jarkom tentang info lowongan kerja, lalu bisa menghubungi siapa untuk contact person --yang sayangnya tidak ku hubungi. Di info yang Aku dapat, tertulis kode lowongannya adalah NC. Hmmm.. NC bukan akronim yang asing ditelingaku, karena saat duduk di bangku kuliah, banyak kata/kelompok kata yang berakronim NC. Nutrition Counselor, Nutritional Care, Nutrition in Clinic, Nutrition in Community, serta salah satu domain untuk problem gizi, itu juga disingkat NC. Aku bingung. Tapi dari sekian banyak itu, sepertinya yang paling cocok adalah Nutrition Counselor. Oke, sepertinya memang itu. Dan itulah yang Aku tulis dalam surat lamaran. *gak jelas banget??? Iya. Sangat!!! :p*
Begitu di interview, si mbaknya terkesan keburu-buru. Oke, ketidak-beresan mulai terasa. Disamping itu, Aku gak ditanyai satu hal pun yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang kudapat dibangku kuliah. Aneh!!! Sampai pada akhirnya, si mbaknya ngejelasin tentang tugasku --kalau Aku bersedia bergabung. Kalau!!!. Dan rasanya, ingin saat itu juga Aku menolak dan pergi dari tempat itu. Namun Alhamdulillah, si mbaknya memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu tentang keputusan yang akan kuambil, kemudian berharap keesokan harinya Aku akan datang --yang berarti pula bahwa Aku bersedia bergabung. Sayangnya sebelum beranjak dari tempatku duduk, keputusanku sudah bulat. Aku tidak akan bergabung!!!.
Kenapa sesimpel itu? Apa tidak perlu dipertimbangkan? Apa tidak terlalu terburu-buru? Jawabanku tetap sama, Tidak!!!
Dari penjelasan dari mbak-mbak yang menginterview diriku, Aku mengetahui bahwa perusahaan itu merupakan perusahaan distributor salah satu produk susu dan makanan bayi ternama. Sebelumnya Aku sudah tau bahwa 'risiko' seorang ahli gizi jika memutuskan untuk terjun ke bidang industri, adalah akan sedikit banyak terkait dengan bidang marketing. Istilah kerennya adalah "Medical Representative", atau pada perusahaan yang ku sebutkan diatas adalah NC=Nutritional Care *ternyata Aku salah. :))*. Tapi marketing seperti apa? Itulah yang perlu disadari dan diketahui sepenuhnya.
Pengennya berbeda, harusnya berbeda, dan sebaiknya memang berbeda jika dibandingkan dengan Sales Promotion Girl/Boy. Karena biar bagaimanapun, sebenarnya seorang Ahli Gizi tidak boleh berpihak pada salah satu produk tertentu. Prinsipnya, semua produk susu dan makanan bayi pasti ada kelebihan dan kekurangannya, dan HANYA Air Susu ibu (ASI) yang merupakan makanan paling sempurna. Tapi sayangnya perusahaan tersebut tidak berpikir demikian.
Mungkin ada beberapa yang sudah mengetahui tentang bagaimana gencarnya pemerintah bersama dengan LSM atau NGO terkait, untuk mempromosikan tentang ASI. ASI, ASI, dan ASI. Hingga pada akhirnya memunculkan suatu kebijakan, bahwa DILARANG mempromosikan produk susu dan makanan bayi, untuk usia dibawah satu tahun dalam bentuk apapapun!!!. Dan perusahaan tersebut mencoba melanggar aturan itu, yang istilah mereka adalah 'memasuki area abu-abu' dengan menggunakan Ahli Gizi sebagai tameng. Sh*thead!!! *ups*.
Sistemnya sederhana saja. Perusahaan tersebut menggunakan Ahli Gizi, untuk 'menyelundup' ke bidan-bidan praktek swasta, untuk selanjutnya mempromosikan produk susu dan makanan bayi untuk usia dibawah satu tahun ke para bidan itu. Harapannya sih, bidan-bidan tersebut akan meneruskan promosi itu ke pasien-pasien yang menggunakan jasanya pada saat melahirkan. Lalu kenapa harus Ahli Gizi jika sistemnya hanya begitu? Rasanya tanpa background gizi, siapapun bisa melakukannya. Hanya bermodal wajah melas dan sedikit merayu saja kan???. Lagipula, lucu rasanya jika harus menggunakan Ahli Gizi untuk melakukan tugas semacam itu. Suatu profesi yang seharusnya justru menentang promosi susu dan makanan bayi dibawah satu tahun, suatu profesi yang seharusnya mendukung pemberian ASI Ekslusif sampai enam bulan dan berlanjut hingga dua tahun, malah ditugaskan untuk melakukan hal yang menurutku bertentangan dengan hati nurani, dan juga etika profesi. Oke, ini kedua kalinya Aku bertemu dengan perusahaan semacam itu. Semoga tidak terlalu kejam jika Aku menggunakan kata 'Eksploitasi' dalam kasus ini.
Sistemnya sederhana saja. Perusahaan tersebut menggunakan Ahli Gizi, untuk 'menyelundup' ke bidan-bidan praktek swasta, untuk selanjutnya mempromosikan produk susu dan makanan bayi untuk usia dibawah satu tahun ke para bidan itu. Harapannya sih, bidan-bidan tersebut akan meneruskan promosi itu ke pasien-pasien yang menggunakan jasanya pada saat melahirkan. Lalu kenapa harus Ahli Gizi jika sistemnya hanya begitu? Rasanya tanpa background gizi, siapapun bisa melakukannya. Hanya bermodal wajah melas dan sedikit merayu saja kan???. Lagipula, lucu rasanya jika harus menggunakan Ahli Gizi untuk melakukan tugas semacam itu. Suatu profesi yang seharusnya justru menentang promosi susu dan makanan bayi dibawah satu tahun, suatu profesi yang seharusnya mendukung pemberian ASI Ekslusif sampai enam bulan dan berlanjut hingga dua tahun, malah ditugaskan untuk melakukan hal yang menurutku bertentangan dengan hati nurani, dan juga etika profesi. Oke, ini kedua kalinya Aku bertemu dengan perusahaan semacam itu. Semoga tidak terlalu kejam jika Aku menggunakan kata 'Eksploitasi' dalam kasus ini.
Jika memang harus promosi produk, sebenarnya Aku tidak masalah. Seperti di perusahaan pertama yang Aku sebutkan *yang bermasalah dengan jilbab :(*, posisiku berada dibawah marketing. Tapi sistem marketing mereka berbeda. Mereka membagi beberapa golongan customer, dan menyesuaikan metode marketing yang mereka gunakan. Khusus tugas untuk Ahli Gizinya, adalah dengan melakukan promosi melalui seminar atau kegiatan semacamnya, dengan sasaran utama adalah golongan ekonomi menengah keatas. Sedangkan untuk sasaran lainnya, akan ditangani oleh SPG, serta beberapa bagian lain yang tergabung dalam manajemen marketing mereka. That's great. Setidaknya selain menggunakan otakku, Aku juga bisa mengasah kemampuanku untuk berbicara didepan orang banyak.
Tapi sungguh berbeda dengan perusahaan kedua ini. Hemmm... Aku sampai bingung bagaimana menjelaskannya. Sudah terlanjur emosi tingkat dewa sih. :p
So, melalui postingan ini, Aku ingin menyampaikan. Kamu, kamu, dan kamu, para distributor produk susu dan makanan bayi ternama, Aku paham kalau angka penjualan merupakan goal kalian. Aku paham dalam dunia kerja, proses tidak lagi dinilai --beda dengan kuliah. Aku paham kalau kalian tidak mencapai target penjualan perbulan, perusahaan kalian cepat atau lambat akan tutup buku. Aku paham dengan semua itu. Tapi bukan berarti lantas kalian melakukan segala cara --termasuk melanggar peraturan-- untuk mencapai target kan? Mau terselubung atau terang-terangan, itu semua sama saja, salah!!! Apa susahnya sih mematuhi peraturan? Toh selain produk untuk anak usia dibawah satu tahun, masih banyak produk lain yang bisa di promosikan. Dan disisi lain, Aku percaya bahwa masyarakat kita makin maju. Informasi makin mudah didapat. Dan pengetahuan mereka juga cukup baik, terutama masalah ASI yang sudah digembar-gemborkan sejak lama, juga termasuk larangan mempromosikan produk untuk usia dibawah satu tahun. Satu lagi. Jika memang ingin menggunaka jasa Ahli Gizi untuk membantu mempromosikan produk kalian, pergunakanlah mereka dengan cara yang semestinya. Mereka jual otak, bukan cuma jual gelar. Jika pada kenyataannya dilapangan hanya diperlukan untuk merayu customer dan berdandan yang cantik, pakai saja SPG.
Aku cuma bisa senyum-senyum sendiri kalau ingat strategi marketing yang mbak-mbak itu sampaikan. Lucu!!! Atau mungkin lebih tepatnya konyol!!!
gambar pinjem dari sini |
NOTE: Kebijakan pemerintah yang dimaksud diatas hanya sebatas promosi/iklan. Tidak ada larangan bagi produsen untuk memproduksi susu dan makanan bayi untuk anak usia dibawah satu tahun.
Hmm...pengalaman yang unik Kak,,siapapun itu pasti pingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tapi kalau pekrjaan itu sudah tidak sesuai dengan prinsip kehidupan dan aturan yang ada sebiknya cari aja yang lain..baru tau kalau ada larangan bagi produsen untuk memproduksi susu dan makanan bayi untuk anak usia dibawah satu tahun.
ReplyDeletewokeh...Rie... selamat datang di dunia yang sangat berat, butuh kesabaran yg luar biasa, dunia bekerja sangat beda dengan dunia waktu masih kuliah, kalo tidak punya idealis yg kuat maka akan terperosok ke lingkaran abu-abu, tetapi salut untuk kekuatan idealismu Rie..., dan tetap semangat meraih impian....
ReplyDelete@SofyanLarangan untuk promosi Kang, promosi. bukan produksi. kalau produksi tidak masalah, tapi promosinya itu yang di larang. jangan sampai salah paham kalau bagian ini yahh.. ;)
ReplyDelete@Insan RobbaniSemoga untuk idealisme yang satu ini bisa ku bawa sampai kapanpun Mas. Hwaaa.. memang sudah terasa berat. butuh banyak bimbingan nihh dari yang sudah senior ;)
ReplyDeleteandai semua orang berpikir sama..maka aku ingin sekali, produk susu kaleng sapi itu menjauh dari lingkup rumah sakit dan klinik bidan..tuink2..maaf ya mbak..jadi melenceng dari postingan,,, soalnya aku mengalami yang namanya ditawarin susu bayi padahal akan mau melahirkan..jengkel banget tuh hehehe
ReplyDelete@ketty husniaitulah yang justru bikin miris mbak. sudah tau gak bener tapi masih di dukung oleh instansi terkait. sebel juga aku jadinya X-(
ReplyDeletekalo emang masih bisa nolak, di tolak aja mbak. oke oke oke?? :)
dari postingan ini dhe baru bener2 ngeh kalo ternyata mae itu seorang ahli gizi, hehe :D
ReplyDeletetapi sereem jugaa yaa mae tentang pengalaman kamu di NC, kurang lebih mereka memanfaatkan kamu kan yaa?? jadi sekarang bagaimana mae, udah bekerja dimana??
@dhenok habibienggak papa Dhee. soalnya emang baru kali ini aku bikin postingan tentang gizi. :p
ReplyDeleteMemanfaatkan, yaa semacam itu laah. sekarang masih belum kerja Dhe.. perjuangan masih belum berakhir!!! :D
wew salut dengan istiqamah nya kamu mae..kan bisa saja kamu trima kerjaan itu, ternyata masih ada juga perusahaan di negri kita yg mempermasalahkan jilbab yah..trus smngat smoga suatu saat dapat pekerjaan yg baik..
ReplyDelete@meutia rahmahMasih ada Kak, dan rasanya masih banyak. tapi ya gitu, mereka tidak mencantumkan di pengumuman lowongan kerja, dan baru dipermasalahkan saat proses interview.
ReplyDeleteAmiinn.. makasi doanyaa :)
wah pengalaman mencari pekerjaan yang berliku, tapi ndak papa, nanti ketika mendapatkan pekerjaan yang sesuai maka akan sangat menghargainya. Sehingga bekerja dengan cinta.
ReplyDeletemengenai SUSU FORMULA... hemm... sudah banyak yang membahasnya.
hidup ASI untuk bayi!!
hanya bisa ngasih *freepukpuk
ReplyDeleteDitolak gara2 jilbab? Wow...
ReplyDeleteJadi inget pengalaman pribadi...ditolak gara2 agama kita beda, padahal masih tetanggaan...hehehe
Sabar ya Armae, teruslah berjuang sampe dapet kerjaan yg cocok! =)
harap maklum aja soalnya kamu tinggal di Indonesia,yang hak & kewajiban sebagai warga negara masih sangat kurang diperhatikan
ReplyDeleteyang namanya cari kerja aku aja dulu,mpe minjem duit Mama buat ongkos pulang pergi,tapi untung aku selalu lucky pas ngelamar kerja
soalnya milih ngelamar yang sesuai + tau trick'a,hehehe
semangat yg tak pernah padam akan membuahkan hasl yg maksmal
ReplyDeleteaku pernah mengalami mbak waktu melamar pekerjaan dulu bukan masalah jilbab sih tapi masalah lainnya
ReplyDelete@Fifinbekerja dengan cinta. Hassseeekk :D
ReplyDelete@Honeylizious Rohani Syawaliahmakasii tante cantikk :*
ReplyDelete@Claude C KenniHmmm.. ternyata tidak hanya yg berjilbab saja ya yg mengalami kejadian serupa.
ReplyDeleteInsyaAllah akan terus sabar dan berjuang. Makasi Kev :)
@AndyWahh.. sepertinya haru berguru pada mas Andy nih. boleh donk bagi-bagi triknyaa ;)
ReplyDelete@katilsYapp.. Semoga akan selalu seperti itu :)
ReplyDelete@Lidya - Mama Pascalpermasalahannya memang macam-macam setauku. jilbab hanya satu dari sekian hal lain yg jadi pertimbangan :)
ReplyDeletesetauku susu buat bayi, batasnya buat yang lebih dari 6 bulan deh.
ReplyDeleteoh ternyata kamu ahli gizi toh...btw, kenapa gak bolehpake jilbab ya? aneh juga..staff saya aja pake jilbab. gak masalah. malah dia juga saya kasih wkt utk sembahyang.
ReplyDelete@susie ncuss [Hikari Azzahirah]itu aturannya, tapi ada juga kok produk susu yg disediakan untuk anak dibawah satu tahun, bahkan mulai 0 bulan sudah ada..
ReplyDelete@Sang Cerpenis berceritakatanya sih kalo dari ownernya gak masalah. cuma khawatir kalo ada customer yg keberatan kalo harus berinteraksi dengan orang berjilbab. entahlah Mbak..
ReplyDeleteaku nganggur juga mbake,,nyari kerja,...
ReplyDeletetapi malah gagal di psikotestnya,,apes...
wah ...mb anak gizi yah...jd ingat temen aku yg ke sana-ke mari cari kerja di bidang yg sama juga. Dan akhirnya dia ketrima di sriboga ratu raya (tepung). Semangat ya mbak..kejujuran akan bawa berkah..amin..^_^
ReplyDeletekalau pertanyaan-pertanyaanmu itu mungkin jawabannya, kalau dirimu diloloskan hingga ke tahap akhir, mungkin dirimu bisa dirayu untuk mau melepas jilbab, tapi sayang gagal... #ups... hahaayyyyy.... :))
ReplyDeletetentang pemasaran itu, namanya juga sistem kompetisi, walaupun ada aturan yang mengikat tetapi masih saja bisa diakali secara samar agar kelihatan masih terikat dengan aturan itu. Dan coba, orang yang idealisnya (bukan gede alisnya) seperti dirimu ini ada banyak dan mau berpegang teguh pada ideliasmenya itu, mungkin yang namanya akal-akalan dalam aturan itu tidak akan ada. :)
Tetap semangat aja nyari kerjanya... dan jangan berhenti sampai ketemu yaaaaa.... :)
@rezKY p-RA-tamatetap mencari dan tetap semangat!!! pasti ada jalan!!! ;)
ReplyDelete@Nick SalsabiilaHwii.. di industri yaa.. aku juga pengeenn. hihi
ReplyDeleteAmiin, makasih doanya Nick ;)
@Sampertama.
ReplyDeletekalo aku mikirnya kebalik. jika sejak awal di pengumuman lowongan dituliskan gak boleh berjilbab, merek yg sudah pake jilbab tapi bersedia copot, pasti akan tetep ikutan ngelamar juga tho? lagipula gak efisien jadinya, dari sisi perusahaan. karena proses seleksi itu prosesnya cukup panjang.
makin ditulis makin bingung aku bedakan maka idealis mana gede alis =))
siaaapp.!!! insyaAllah akan terus berjuang!!! :D
*bisa komen eiuy,. Alahmdulillahh.. :))
welcome to the real work mae.. soalnya kejadian kayak gitu hanya seujung kuku aja koq.. kadang perusahaan yang kita pikir akan kita masuki udah idela, tapi selalu aja ada banyak hal yang bakalan membuat diri kita mikir lagi.
ReplyDeletewell, semoga dimudahkan untuk mendapat yang terbaik. jangan brenti berjuang yaa!!
@GapheAmiinn.. InsyaAllah :)
ReplyDeleteDunia kerja emang keras. Masalah jilbab yang kita anggap bukan suatu penghalang ternyata bisa menjadi 'batu kecil' untuk medapatkan pekerjaan. Masih banyak pekerjaan yang sesuai dengan visi misimu. Salut buat kamu, tetap semangat :)
ReplyDeleteOh, iya... kunjungi blogku juga, yah... wury-mars.blogspot.com. Lebih seneng lagi kalo kamu mau jadi temanku :)
Wah..lagi cari2 kerjaan yah....semangat...
ReplyDeleteSalam kenal yah..
Ahli Gizi negeri ini seharusnya jangan ikut-ikutan menjadikan bayi seperti gambar pada akhir posting tanpa keterangan
ReplyDeletebayi yang pas dan cocok adalah ASI bukan SAPI
semoga segera menemukan pekerjaan yang pas mbak
salam dari pamekasan madura
@WuryYap,. aku juga percaya kalau pasti ada jalan. dan akan kutemukan pekerjaan yang sesuai dengan minatku, dan pastinya tidak bertentangan dengan hati nurani serta idealisme :)
ReplyDelete@MaryoSalam kenal jugaaa :D
ReplyDelete@CitrosblogHihi. iya. karena bayi anaknya manusia, bukan anaknya sapi :D
ReplyDeleteAmiin,. makasi mas Citro :)
Baru 7 paket. Dulu saya waktu baru akan lulus kuliah jualan fotokopian CV dsb belasan paket.
ReplyDeleteEh, mengapa tidak jadi konsultan gizi independen saja? Bikin blog khusus gizi untuk mulai. Bikin rubrik konsultasi gizi.
@KomborItu semacam memberi target buat diri sendiri jugak. Karena menurutku, semakin banyak menyiapkan CV, berarti semakin gak PD donk kalo bakal di terima di perusahaan.hihi..
ReplyDeleteKalo konsultasi gizi secara independen belum berani, belum punya Surat Tanda Registrasi Ahli Gizi. Akhir bulan ini baru dapat, insyaALlah :D
jangan lepas jilbabmu, saranku coba cari kerja di bidang syariah, ga harus bank, tapi bisa juga lembaga ZIS, macam Dompet Dhuafa, Rumah zakat, dll
ReplyDelete"Asi emang asik untukku" kata sang Bayi...
ReplyDeletetenang aja mbak, mbak nda diterima diperusahaan yang mempersoalkan jilbab berarti pekerjaan itu bukan yang terbaik bagi mbak,,
ReplyDeletedan 1 hal yang saya yakini ialah, Tuhan slalu menunjukkan jalannya dengan cara yang misterius..
@armaemerek yang sudah pake jilbab... emang merek apaan yang pake jilbab??? :o
ReplyDeletejiaahhhh... malah fokus ke kata Gedealias...wkwkwkwkwk :))
siiippppppppp.... :)
bisa komen tapi masih tersendat-sendat dan akhirnya hilang sama sekali lagi... ini baru normal lagi dan bisa jalan-jalan lagi... :D
@Samhwaduuhh.. salah ketiik. mereka maksudnya, MEREKA. Mereka yg sudah pake jilbab tapi bersedia copot jilbab kalo emang perlu. gitu. oke?? ;)
ReplyDeleteAlhamdulillah kalo emang bisa normal lagii. Selamaaaat. Selamat jalan-jalan jugaak. Ati-ati nyasar dan lupa jalan pulang :p
semoga satu hari nanti ditemukan dgn tempat kerja yang sesuai dengan impiannya ya
ReplyDeletesusah dan aneh juga kalau ditolak hanya gara gara pakai jilbab
saya baru tau ada larangan mempromosikan produk susu dan makanan bayi, untuk usia dibawah satu tahun. dan klo difikir2 emang jarang (gak ada) ya di tivi :P
ReplyDeleteyang soal jilbab itu ngingetin gue sama kasus yang nimpa kakak gue fulu. dia pernah ditolak gara2 di CVnya nyantumin pengalaman organisasi rohaninya. WTF!!! masih jaman yah bawa2 kehidupan rohani orang? :(
ReplyDeletebtw gue baru pertama kali baca postingan lu dengan tone yang keras. :D
hahhaha
sepertinya sebentar lagi, saya akan menjalani rutinitas yg sama dg mbak: nyari kerja :)
ReplyDeleteWahhh salut aku mbak, tetep istiqomah...masih ada ya perusahaan yang melarang karyawannya berjilbab..idih
ReplyDeletesmoga mbak Rie bisa dpt kerjaan yang nda nuntut 'gituan' aamiin..^^
Wow. Hebat. Inilah perjuangan keras para pencari kerja.
ReplyDeleteSaya terus ndukung Mae! Maju terus! ^^
Oh ya, dan saya salut dengan keteguhan Mae yang menolak pekerjaan yang kedua. Itu emang aneh banget, pelamar gak bisa mengetahui jobdesc sebelum bergabung. :(
@Ario AntokoKalau untuk jilbab tidak akan ada toleransi, dan semoga akan bisa tetap seperti ini :)
ReplyDelete@choirunnangimhihihi... :)
ReplyDelete@EndyJalan yang misterius, sukak banget sama itu. Yahh,. karena hanya Tuhan yang tau apa yang terbaik untuk kita ;)
ReplyDelete@Ely MeyerAmiiiinnn. Makasi yaa doanyaa :)
ReplyDelete@AnggaBukan jarang lagi, tapi emang gak ada. Dan gak cuma di TV, di media cetak, di internet, dan dimanapun sumber informasi ya gak akan ada, kecuali kalo emang cari masalah :D
ReplyDelete@1mmanuel'Z-Note5Gak cuma dulu, Nuel. Buktinya sekarang masih ada :)
ReplyDeleteHahaha.. Beneran deh pas nulis ini lagi emosi banget. Tapi aku gak khilaf. Melainkan emang sengaja :D
@catatannyasulungWhaaoowww.. Selamaaaaattt. Semoga sukses yaaa ;)
ReplyDelete@Phuji Astuty LipiAmiiinn.. Makasi yaa doanyaaa ;)
ReplyDelete@AsopIya aneh. dan menurutku, kalo misalnya job descnya dijelaskan, rasanya gak bakal ada yang mau ngelamar di perusahan itu dehh yaa.. :D
ReplyDeleteAssalamualaykum Mbak Armae ...
ReplyDeletehmmmmm .... saya jd tahu info tentang larangan promosi yang itu. hehe .Lulusan GIZI mana Mbak???
salam kenal :-)
@Lelya AriWaalaikumsalam, salam kenal juga Leyla Ari :)
ReplyDeleteAku dari Gizi Brawijaya, Malang. :D