serunya berteka-teki

Disuatu malam, beberapa tahun yang lalu, tiba-tiba seorang teman mengirim sms seperti ini:

VYBIRLBH

“without wax”

Clue: ½=13

Message details:

From: a friend <+628563279xxx>

Subject: VYBIRLBH

Date: xx.xx.xx

Time: xx.xx PM

Type: Text message

Hampir semalaman mikir lamaaaa banget tentang teka-teki diatas. Bukan masalah huruf-huruf acaknya, melainkan clue-nya. Karena kalo clue-nya gak ketebak, huruf-huruf tersebut gak akan  kebaca. Ditambah lagi ada kalimat “without wax” yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia adalah “tanpa lilin”. Namun sayangnya, arti kata tersebut tetap masih tidak menunjukkan apa-apa.

***beberapa bulan kemudian***

Suatu malam, aku jalan-jalan ke toko buku diskon Toga Mas sama seorang temen. Pas nyari-nyari buku yang bagus, tiba-tiba ketemu sama buku terbarunya Dan Brown, judulnya Digital Fortress (Benteng Digital). Waktu itu aku baru selesai baca ketiga buku pertamanya, dan sangat antusias. Jadi tanpa pikir panjang, akhirnya aku membeli buku itu. Delapanpuluhsekianriburupiah melayang begitu saja. Hmmmmm…

Sepulang dari Toga Mas, gak langsung balik ke kos, melainkan di ajak temen nongrong di warung kopi daerah Kawi. Aku gak ngerti persisnya alamatnya dimana karena warung tersebut semacam berada di ujung gang. Dan jalan untuk kesana berkelok-kelok cukup rumit. Yahh,. Tak perlu dijelaskan lah kalau begitu. Dan begitu sampai di lokasi, aku langsung memesan menu favoritku, kopi susu tanpa gula.

Sambil menunggu pesanan datang, aku membuka buku Digital Fortress yang baru saja ku beli. Sekilas dari sampulnya, buku tersebut dapat diketahui menceritakan tentang kode-kode rahasia, dunia para cryptograph (pemecah kode), serta tulisan khas seorang Dan Brown yang selalu memicu para pembaca karyanya untuk senantiasa berpikir cepat, berpikir kritis, tanpa melupakan sedikitpun petunjuk-petunjuk yang tersebar di tiap halaman. Sangat menarik. Dan aku tidak sabar untuk mulai membacanya.

Halaman tiga puluh, merupakan halaman pertama yang kubuka. Disitu langsung terlihat jelas empat kata, terdiri dari beberapa huruf yang tersusun acak tak terbaca. Aku membaca beberapa paragraf sebelum dan sesudah deretan huruf tersebut, dan menyimpulkan bahwa itu merupakan sebuah kalimat yang sebenarnya pemecahannya sederhana, yakni hanya mengubah setiap huruf dengan huruf berikutnya yang sesuai dengan urutan alphabet—“A” menjadi “B,” “B” menjadi “C,” dan seterusnya. Secara tiba-tiba, aku langsung teringat dengan teka-teki yang diberikan temanku. Aku langsung membuka hp, dan membaca ulang smsnya beberapa kali. Dan seketika, aku langsung paham apa maksud dari clue ½=13!!!

Awalnya pengen langsung minta kertas dan pulpen di warung kopi tersebut untuk memecahkan kodenya, karena biar bagaimanapun, aku perlu menulis. Tapi ku urungkan. Akhirnya dengan terburu-buru, aku langsung meminta pulang agar bisa langsung memecahkan teka-teki tersebut di kos.

Begitu sampai di kos, langsung ku ambil selembar kertas dan pulpen pilot hitam kesayanganku, lalu ku tulis:

½ = 13

1  = 26 (dan 26 merupakan jumlah alphabet!!!)

Lalu aku langsung menulis juga:

A  B  C  D  E   F  G  H   I   J   K  L  M

N  O  P  Q  R  S   T  U  V  W  X  Y  X

Dan seketika semua jelas. Jika huruf-huruf VYBIRLBH di gantikan dengan huruf di seberangnya (lihat deretan huruf diatas), maka huruf-huruf tak terbaca itu akan menjadi suatu kalimat yang aku yakin sudah tidak asing lagi di telinga teman-teman semua. Saat itu juga aku langsung mengirim sms balasan ke temanku itu, namun ternyata masih belum terjawab sepenuhnya, karena aku masih belum tau apa maksud dari “without wax” atau “tanpa lilin” dalam teka-teki itu. Hmmm,.. aku masih punya PR ternyata.

***beberapa hari kemudian, saat-saat terakhir membaca Digital Fortress***

Di halaman lima ratus enam puluh pada buku tersebut, ada tulisan,

Sambil menggosok matanya yang masih mengantuk, Susan membalut dirinya dengan selimut dan membaca catatan itu,

“Susan tersayang,

Aku mencintaimu.

Tanpa lilin, David”

Whewww… ternyata memang kuncinya terdapat di buku tersebut. Walaupun teman yang memberikan teka-teki itu tidak memberikan petunjuk sama sekali tentang kaitan antara teka-tekinya dengan salah satu buku Dan Brown. Dan pada halaman selanjutnya, dipaparkan dengan jelas dan gamblang mengenai apa yang dimaksud dengan “tanpa lilin”, atau “without wax”.

Rahasia di balik “tanpa lilin” terlalu manis. Sejarahnya kuno. Selama zaman Renaisans, para pematung Spanyol yang membuat kesalahan saat memahat marmer mahal biasanya menambal bagian yang sompal dengan cera—“lilin”. Sebuah patung yang tidak bercela dan tidak membutuhkan tambalan disebut sebagai sebuah “patung sin cera”, “patung tanpa lilin.” Frase itu akhirnya berubah arti menjadi jujur atau benar. Kata dalam bahasa Inggris “sincere” (tulus) berasal dari bahasa Spanyol sin cera—“tanpa lilin.” Kode rahasia “tanpa lilin” sebenarnya bukanlah sebuah misteri. David hanya menandatangani surat-suratnya “Sincerely” atau “Dengan tulus.”

Note: saat semua terpecahkan, aku baru ingat kalau teman yang memberikan teka-teki tersebut, juga merupakan penggemar berat Dan Brown, sama sepertiku. Ughhhhhhh…

*postingan ini diikutsertakan dalam acara giveaway mbak Fanny yang bertema 

"Pengalaman Saya Bermain teka-teki"*