BOOK REVIEW: Rahasia Kaum Falasha

Judul: Rahasia Kaum Falasha
Pengarang: Mahardhika Zifana
Tebal: 424 halaman
Tahun Terbit: 2009
Penerbit: Edelweiss bekerja sama dengan Mizan

buku petualangan muslim pertama di Indonesia ini, menceritakan perjalanan seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Pendidikan Indonesia bernama Maheswara Wiradika yang biasa dipanggil Esa untuk menemukan harta karun peninggalan Raja Solomon (Sulaiman as). cerita diawali dari meninggalnya Heri, sahabat Esa, saat melakukan riset untuk bahan desertasi program Doktoralnya di Monash University, Australia, yakni tentang filologi (ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa berdasarkan bahan-bahan/peninggalan tertulis) bangsa Afrika.


Heri dan temannya Indra, seorang pengoleksi barang-barang antik, menemukan manuskrip kuno tentang orang-orang Beta-Israel--anak cucu Menelik, putra Raja Sulaiman dan Ratu Saba. kaum Beta-Israel ini juga dikenal sebagai Kaum Falasha, dan salah satu harta karun yang disebut-sebut dalam manuskrip tersebut adalah Tabut Perjanjian (The Ark of Covenant), yakni sebuah benda yang sangat disucikan oleh umat Yahudi. bertahun-tahun setelah wafatnya Raja Sulaiman as, Tabut Perjanjian tersebut dikabarkan hilang. namun, beberapa literatur masih menyebut tentang keberadaan tabut perjanjian tersebut hingga saat ini, diantaranya Alkitab (2 Tawarih 8:11), Kebra Nagast, serta Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 248. didorong rasa khawatir harta karun Sulaiman bisa jatuh ke tangan Knight of Zion yang terobsesi mendirikan The Kingdom of Heaven di tanah Israel, Indra nekad membakar kelima manuskrip tersebut. kini, isi lembar kelima itu hanya ada dalam kepala Indra. dan karena itu pula Indra menjadi buronan para Ksatria Knight of Zion yang berbahaya.


berdasarkan instruksi dari Heri pada saat-saat terakhirnya, Indra mau tidak mau memutuskan untuk melibatkan Esa dalam pencarian harta karun tersebut. dan tidak hanya Esa, Nisa, Bayu--saudara kembar Indra, Syaikh Rashed dan istrinya, Ummi Alifa, seorang ulama di Australia yang juga merupakan guru mengaji Heri, serta Younnes dan Hashem, murid-murid Syeikh Rashed juga ikut terlibat. dibayang-bayangi oleh Ksatria Zion yang memiliki akses kemana saja dengan mudah serta teknologi yang menunjang, mereka akhirnya bisa menemukan tempat persembunyian Indra dan kawan-kawan. pertumpahan darah pun tidak bisa dihindari. satu demi satu nyawa melayang, hingga akhirnya yang tersisa hanya Esa, Nisa, dan Indra.


Buku ini merupakan salah satu karya yang 'berbeda' dari kebanyakan penulis di Indonesia. jika membaca bagian awal, yang dimulai dari fakta, kemudian diikuti prolog, lalu masuk ke inti dari isi buku ini, yang tiap babnya sangat memungkinkan menyuguhkan cerita baru dengan perpindahan tokoh, alur cerita, dan tempat yang sangat cepat, serta diakhiri dengan epilog, mungkin bagi sebagian pembaca, akan mengingatkan pada salah satu penulis ternama yang beberapa karyanya sangat fenomenal, Dan Brown. merupakan salah satu buku ensiklopedi terbaik di Indoenesia, yang memadukan antara kehidupan seseorang yang sangat sederhana, dengan ilmu pengetahuan serta mitos-mitos kuno, ditambah fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang cukup akurat. riset yang dilakukan penulis selama kurang lebih tiga tahun untuk mengumpulkan 'bahan' dari buku ini merupakan suatu usaha yang patut dihargai. buku ini menjadi sesuatu yang layak untuk dibaca karena memberikan banyak pengetahuan umum tentang Kerajaan Sulaiman as, bangsa Beta-Israel, kaum Yahudi dan Zionis yang ternyata merupakan dua hal yang berbeda, serta pengetahuan-pengetahuan lain yang mungkin hanya bisa di dapatkan di buku sejarah.

ensiklopedi dan kucuran pengetahuan menjadi nyawa dari buku ini. jika terlepas dari kedua hal tersebut, maka buku ini tidak jauh berbeda dengan buku petualangan lainnya yang sudah banyak dipasaran. pada bagian tengah, penulis dinilai cukup berani dengan membuat beberapa tokoh penting yang ada dalam buku ini meninggal, mengingat hal ini jarang sekali ditemukan pada buku-buku Indonesia. namun, pada akhirnya unsur 'sinetron Indonesia' juga masih kental mengisi setiap lembar buku ini. akhir cerita yang 'terlalu happy ending' dengan penulisan yang sangat biasa--karena sudah terlepas dari nyawa ensiklopedinya, beberapa tokoh yang dibuat terlalu sempurna dan kombinasi adegan yang satu dengan yang lain yang kadang terlalu memaksa atau terlalu kebetulan, sedikit banyak mengurangi poin keindahan dari buku ini.

namun terlepas dari semua itu, khas sebuah buku ensiklopedi masih tertanam dengan jelas dan pasti, bahwa setiap akhir dari sebuah kisah, tidak mengindikasikan bahwa semua rahasia telah terungkap.

Penilaian Subjektif:
Skor: 83
Status: seperti membaca 'majalah ensiklopedi' dengan dibumbui unsur fiksi yang sangat kental, minimal bisa sangat membantu dalam mengingat runtutan kejadian yang ada
Best Quotes: gak ada!!! (baru ini nemu buku yang gak ada quotes-nya -_-")

Comments

  1. ehm...ehm... alhamdulillah ya... sampe dibikin resensi berarti sesuatu banget...

    ReplyDelete
  2. eeebuseeett... ni orang ikut2an SESUATU jugakkk!! oh nooo -_-"

    ReplyDelete
  3. Beneran, ngebaca resensinya jadi ngebayangin novel-novel Dan Brown kebanyakan, mungkin cuma latar ceritanya yang beda... tapi untuk ukuran Indonesia, kayanya novel ini tampil bedaa...

    hahahha... rasa sok tahuku mulai menjamur...hahaha

    ReplyDelete
  4. COmment sama denagn Sam, mungkin kaya punya Dan Brown ya fiksi berdasarkan riset....tapi itu yang kadang bikin penasaran hingga akhirnya sampai ditengah langsung ke halaman belakang :D

    ReplyDelete
  5. aku ga ikutan "sesuatu" lho Arm,...:D
    salut dengan penulisan cerita yang detil banget. Karena bisa kubayangkan bgmn proses buatnya yang hati2..agar pembaca bisa menikmati setiap bab dengan runut.

    ReplyDelete
  6. Wow. Saya masih bingung nih. Ini novel fiksi apa catatan perjalanan beneran?

    Sama nggak buku ini seperti buku "The Greatest Design" karya Zaynur Ridwan? :)
    Buku Ridwan ini novel petualangan, tokoh utamanya mahasiswa indonesia di mesir, yang sedang memecahkan misteri gitu. Ada hubungannya dengan new world order, illuminati, dan sejenisnya gitu deh.

    ReplyDelete
  7. belum baca... baca resensinya, hmmm, pengen baca gak ya?

    mending cari perbandingan dulu di Goodreads :)

    ReplyDelete
  8. Sam: enggak papa. sok tau gak bayar kok.hehe..

    Pendar Bintang: iyah,. kurang lebih begitulah. tapi kalau bacanya gak runtut bisa pusing jugak. :)

    mbak kenia: penulisan yang mana nih? resensi atau novelnya? kalo novelnya iya, jadi emang detail banget penjelasan tentang mitos2 dan sejarahnya.. :)

    Asop: persis seperti novelnya Brown. fiksi ilmiah. jadi Esa, Indara, dkk-nya fiksi, tapi knight of Zion, tabut pernjanjian, lokasi2 penyimpanannya bener2 ada. kurang lebih seperti itu.
    wuihh,. buku apa ya itu? jadi penasaran.belum pernah denger jugak soalnya.

    yogyakarta: thankyou :)

    bang Adhi: yaaa,.. pengen baca ato gak kok tanya'nya sama akuu >,<

    ReplyDelete
  9. wah pinter banget mereferensikan sebuah buku...
    dua jempol buat mbak Rie Ramadhanie...

    ReplyDelete
  10. berharap bisa membaca quotesnya

    hmmmmmmmmmm

    ReplyDelete
  11. Nuel: tengkyuuu :)

    insan Rabbani: hehe,. trimakasih yaaaa :)

    tante Hani: sebenarnya aku gak yakin juga kalo gak ada. mungkin saat membaca, aku terlalu fokus pada alur ceritanya serta pengetahuan-pengetahuan yang kudapan sepertinya.. :(

    ReplyDelete
  12. bukunya keren kayaknya.tapi KEBERATAN KAPASITASNYA buat otak gue yg sering ngadaat -__-

    ReplyDelete
  13. temenku pernah bilang, "biarkan buku sendiri yang bercerita kepadamu",. dan itu sangat membantu saat aku mulai ingin membaca buku2 yang menurutku berat, yang ternyata setelah selesai, tidak seberat yang kukira pastinya. salam kenal Dinda :)

    ReplyDelete
  14. @Sam: Saya sudah baca 4 buku karya Dan Brown, selalu puas, mudah2an juga dengan membaca novel ini.

    ReplyDelete
  15. Abi: empat?? berarti masih kurang satu lagi donk :)

    ReplyDelete
  16. hmmm aku udah lumayan lama punya ni novel, tapi gemanah yahhhh. menurutku cara penulisnya menggambarkan suatu keadaan agak2 kurang pas, jadi imajinasi kita agak terlalu keras bekerja mbayangin yang penulis maksud. itu menurutku loh. buku ketiganya aku masih nyari nih, blom ketemu :D

    ReplyDelete
  17. @hestyeh iyaa.. kata temenku buku ketiganya gak ada. dya juga nyari tapi gak nemu-nemu. hemmm... beneran ada gak sih ya???

    ReplyDelete

Post a Comment

Speak Up...!!! :D

Popular Posts