First Love ~ Just Enjoy this 'Moment Shit Waiting'
Entah karena bawaan panik waktu Cia nyatain perasaannya ke
aku atau kesambet setan yang hobi curhat, akhirnya aku putuskan untuk
menceritakan semua ke mama. Biasalaahh,. Sudah jadi hukum alam rasanya kalo
seorang anak cowok lebih dekat dengan mamanya dan anak cewek lebih dekat dengan
papanya. Dan gak tau juga dapet kekuatan dari mana, aku menceritakan hal
tersebut dengan cara yang sedikit berbeda dari biasanya.
“Mam,. Ada yang pengen aku ceritain…”
“ada apa? Cerita aja…”
“tentang pacaran…”
Dan hening
“well,. Ada yang datang…”
“lalu??? Ada masalah?”
“ada. Masalahnya adalah aku juga sukak…”, dengan suara yang
semakin pelan dan redup.
“hmmmm,… coba kasih tau mama apa yang kamu suka dari dia?”
Untuk sejenak aku diam dan berpikir
“nggak tau. Nggak ada mungkin…”
“nahh,. Disuruh menyebutkan apa yang disukai saja masih
bingung… jadi?”
“jadi???”
“mama gak pernah ngelarang kamu pacaran, Keven,.. Sama
sekali gak pernah. Tapi yang mama tau, pacaran adalah salah satu usaha kita
untuk bisa mengenal orang lain, orang yang nantinya akan bersama kita, dan
menjalani hidup dengan kita. Inget pesan mama yah Kev, jangan sampai kamu
menikah dengan orang yang tidak kamu kenal. Tapi, untuk saat ini, mama tanya,
apakah kamu sudah siap untuk menikah?”
Buseett,. Baru SMP dan bau kencur uda ditanyain macem
begituan. Jadi mikir lagi kenapa tadi curhatnya ke mama >,<
“belum lah mam,. Masih sekolah ini…”
“yasudah,. Kalau memang kamu mau pacaran sekarang, ya gak
papa. Tapi sekarang coba di pikir dulu, kamu masih SMP, belum SMA, trus kuliah,
habis gitu kerja,. Lama sekali ya pacarannya???”
Dan diskusi malam itu berakhir. Dan beruntungnya aku jadi
tidak menyesali apapun keputusanku untuk cerita ke mama. Sedikit banyak hal
tersebut bisa membantu.
17 November 2001
hari yang sudah kunantikan sejak hampir setahun lamanya
akhirnya datang juga. Cia udah di Jakarta sejak seminggu yang lalu. Dan hari ini,
dia berencana untuk ke Bandung, dan aku sudah bikin janji dengannya untuk
ketemuan disuatu tempat. Dengan berbekal foto yang sudah aku cetak, plus info
umum layaknya orang mau ber-kopi darat, setelan baju warna ini dengan bawahan
gini dan aksesoris seperti ini aku menyambut datangnya sore itu.
Yang aku rasakan??? Panik, bingung, seneng, gak sabar,
takut, semua campur aduk jadi satu. Dari kemarin-kemarin udah senewen ajah.
Makan gak enak, tidurpun tak nyenyak. Mama yang merhatiin aku malah lebih
bingung lagi. Tapi beliau tau, aku bingung karena terlalu senang, bukan bingung
seperti kejadian beberapa tahun yang lalu. Jadi yaa,. Dibiarin aja aku bingung
sendirian. Huhhh… !!!
Oia,. Aku mau sedikit cerita. Sebelum Cia datang ke
Indonesia, aku sudah sampaikan ke dia, bahwa aku gak akan jawab pertanyaannya
di telpon tempo hari sebelum aku bisa ketemu langsung dengan dia. Dan mungkin
hal itu pula yang membuat aku sangat panik. Bahkan sampai saat ini, hingga
waktu pertemuanku dengannya tinggal menghitung jam, aku belum bisa memutuskan
apa-apa. Hanya bisa berharap supaya dikasih petunjuk sama yang diatas tentang
apa yang akan terjadi nanti. Berasa mimpi buruk??? Iya. Sangat. Berasa dream
come true??? Lebih iya lagi kalo yang ini.hehe..
Tepat jam setengah tiga sore aku ninggalin rumah, buat
ketempat yang sudah kami tentukan untuk ketemuan yang jaraknya hanya sekitar
beberapa kilometer dari rumahku. Tempat itu sebuah taman, yang sangat asri,
terletek ditengah perumahan milik salah satu perusahaan swasta terbesar di
Bandung. Dibagian tengahnya ada semacam bundaran yang ada air mancurnya, yang
entah kenapa jugak gak pernah berhenti buat muncratin air dengan ketinggian
sekitar tiga meter. Disekeliling air mancur tersebut terdapat jalan melingkar
berpaving yang bagian tepinya dikelilingi bunga berwarna warni. Taman itu
berbentuk persegi. Ada beberpa patung hewan besar di beberapa sudutnya, sebut
saja gajah, dan jerapah. Ada juga beberapa ayunan, baik yang berhadapan maupun
yang hanya untuk satu orang namun berjajar tiga buah. Tepat disebelah timur air
mancur, terdapat satu set permainan untuk anak anak, berupa jembatan gantung,
permainan naik-turun tangga yang aku gak tau namanya, perjalanan ke
lorong-lorong berpagar yang nantinya berujung pada beberapa perosotan dengan
ketinggian yang bervariasi, serta bak pasir yang merupakan lokasi pendaratan
yang sangat sempurna. Dan dibagian paling barat, ada dua lapangan kecil, yang
satu lengkap dengan ring basket yang berukuran lebih kecil dan lebih rendah
daripada ring basket pada umumnya. Disebelahnya lagi, dengan arah yang saling
silang, ada sebuah lapangan yang multifungsi, terbukti dengan beberapa garis
berbeda warna yang terdapat dilapangan tersebut. Terkadang aku melihat ibu-ibu
yang tinggal di kompleks perumahan tersebut bermain bola voli, namun ada
kalanya juga anak-anak muda dengan riuhnya bermain sepak bola, dengan batasan
gawang sekenanya pastinya, misalnya dengan menumpuk beberapa alas kaki atau
batu yang didapat di sekitar taman.
Kalau menjelang sore, taman tersebut biasanya akan ramai
dikunjungi orang, baik yang hanya berjalan-jalan saja, atau mengantarkan adik
kecil mereka untuk bermain perosotan dan ayunan. Ada pula beberapa penjual
makanan kecil, misalnya es krim dan bakso. Tapi sore itu, setibanya aku di
taman, Nampak tidak terlalu banyak orang yang kutemui. Hanya ada beberapa
beberapa orang mbak-mbak yang duduk di gazebo sebelah selatan, serta seorang lagi
sedang menjaga adik perempuannya yang ingin mecoba perosotan tertinggi. Juga
seorang penjual es krim walls keliling.
Aku memilih duduk di ayunan sebelah utara, tepat dibawah
pohon beringin yang akarnya sudah menggantung cukup panjang, menunjukkan bahwa
pohon itu sudah berdiri sejak lama. Sepertinya aku datang terlalu cepat. Karena
begitu tiba di lokasi, waktu masih menunjukkan jam tiga kurang tujuh menit,
sedangkan aku dan Cia berjanji untuk bertemu di taman itu jam setengah empat.
Hmmm,.. tak apalah. Aku sudah menunggu momen ini sejak lama. tak akan ada
bedanya jika aku harus menunggu beberapa menit lagi.
Tepat jam setengah empat sore itu, tiba-tiba ada seorang
gadis menaiki ayunan di sebelahku, dengan arah yang berlawanan. Dengan kaos
lengan pendek berwarna abu-abu tua, serta celana jeans hitam selutut yang
bagian ujungnya ada tali menjuntai membentuk pita yang cantik, dia mulai
menggerakkan ayunan yang dinaikinya. Mulanya aku bingung harus bersikap seperti
apa, karena aku tau, orang yang ada disampingku inilah yang sedang aku tunggu
sedari tadi, ohh,. Bukan. Sedari beberapa bulan dan beberapa tahun yang lalu.
“Apa kabar Kev…?”, suaranya timbul tenggelam mengikuti
gerakannya menggerakkan kaki agar ayunan tersebut tetap bergerak kedepan dan
kebelakang.
“ha???”, ughh,. Gak di telpon gak ketemu, sama aja
responnya!!!
Gadis disebelahku lantas tersenyum. Mungkin karena melihat
wajahku yang terlampau begok atau kupingku yang rada’ gak beres karena responku
yang seperti itu.
Mendadak hening. Dia tidak lagi mengulang pertanyaannya,
tapi terlihat olehku bahwa dia berusaha untuk menghentikan laju ayunannya. Aku
lantas berdiri, menuju si penjual es krim yang sedari tadi duduk manis sambil
membunyikan lagu-lagu khas produknya yang sudah ku hafal sejak lama. tidak lama
kemudian, dua buah conello classic sudah berada di tanganku.
Sambil berjalan menuju tempatku semula, mataku hanya tertuju
pada kedua buah es krim yang baru saja kubeli. Sejujurnya aku katakan, aku
benar-benar tidak tau harus melakukan apa setelah ini. Karena yang sedari tadi
kupikirkan hanya, pada saat dia datang, aku akan membelikannya es krim. Sudah
itu saja. Tanpa tau dari mana harus memulai obrolan, karena memang rasanya
sangat berbeda. Sekalipun kami sudah pernah beberapa kali berkomunikasi
langsung lewat telepon, tapi yang ini benar-benar berbeda. Dan lagi-lagi aku
merasa panik.
“tadi naik apa kesini?”, ahh,. Akhirnya dia berbicara juga
setelah ayunannya benar-benar berhenti.
“naik sepeda. Tuh….”, sambil menunjuk tempat parkir khusus
yang sudah disiapkan untuk pengunjung di taman tersebut. “kamu???”
“oh,. Aku tadi diantar. Tapi sekarang ditinggal pulang.
Katanya nanti kalau sudah selesai mereka akan menjemputku…”
“Oooo…”, dan hening lagi. Ughhhhh….
“so…? Ada yang mau kau sampaikan?”, entah karena pengaruh usia
atau yang lain, sepertinya Cia lebih bisa menguasai situasi, dan emosi
pastinya.
“bagaimana kabarmu?”, haduuuhh,. Gak ada yang lebih keren
apa Kev tanya’nya???
Sambil tersenyum dan membuka bungkusan es krim ditangannya,
Cia mulai membuka suara,
“aku baik,... heyy… ini tamannya asri sekali, sepertinya
sepanjang aku di Jakarta kemarin gak pernah ketemu tempat seteduh ini….”
Yaaa iyalaaahh teduh,. Pohon beringinnya aja segitu gede!!!
*ups*
“iya,.. aku sukak banget sama tempat ini. Dulu pertama kali
kesini sama papa, pas aku masih kecil dan mau belajar naik sepeda…”
Dan akhirnya keakraban itupun kembali. Keakraban yang
awalnya kubayangkan hanya akan ada di chat atau di telepon, akhirnya bisa
muncul juga di dunia nyata. Kami saling mengobrol satu sama lain, apa saja kami
ceritakan, bahkan seingatku, ada beberapa hal yang kami bahas yang sebelumnya
sudah pernah kami obrolkan lewat chat, tapi mengulang semua itu menurutku bukan
suatu hal yang merugikan. Karena pastinya berbeda sekali saat mengobrol lewat
tulisan, telepon, ataupun bertemu langsung. Mata seseorang itu bisa berbicara. Senyum
yang tersungging dengan tulusnya itupun bisa berbicara. Bahkan mungkin bisa
jauh lebih jujur dari kata yang terucap oleh sebuah lidah manusia. Itulah pentingnya
bertemu, itulah pentingnya berbicara langsung (dan berbicara lewat telepon
tidak termasuk dalam hal ini lo yaa…), karena aku merasa akan mendapatkan
banyak hal lebih, disamping apapun yang kami bicarakan sore itu.
Suara Cia renyah sekali (sejujurnya aku agak bingung
mendeskripsikan renyah ini seperti apa), jauh lebih renyah dan menyenangkan
daripada di telpon. Dia tak henti-hentinya tertawa saat mendengarkanku
bercerita, tentang belajar naik sepeda, tentang nyasar waktu pulang ke rumah
naik angkot, dan lain sebagainya. Aku juga bingung sebenarnya, bagaimana bisa
aku bicara sebanyak itu didepannya??? O.o
“aku punya banyak mimpi…”, mendengar hal itu tiba-tiba tawa
Cia terhenti. Hening.
“dan aku ingin mengejarnya…”, hanya bisa tertunduk saat
mengatakan ini. Aku tau persis kalau Cia sedang memperhatikanku, sekalipun aku
tidak memandangnya. Tapi jujur, aku mengatakan yang sebenarnya aku rasakan. Memalingkan
muka dari wajahnya bukan berarti aku bohong, aku hanya takut aku tidak mampu
menyampaikan apa yang seharusnya akan aku sampaikan.
“aku punya mimpi, dan terimakasih banyak kamu sudah
mengembalikan ingatanku atas mimpi-mimpiku itu…”
Cia hanya diam, mungkin dia memberi kesempatan padaku untuk
berbicara.
“aku ingin jadi orang,... aku gak mau jadi sandal, walaupun
saat ini aku bukan sandal. Tapi yang aku tau, sekarang aku masih bukan
siapa-siapa…”, yang terpikir hanya itu, karena saat itu mataku tajam tertuju
pada sandal yang ada dibawahku.
“aku pengen kamu percaya, kalo suatu saat aku bakal jadi
orang. Dengan begitu aku juga akan lebih mudah untuk mempercayai mimpiku yang
satu itu. Dan kalau saat itu tiba, aku ingin bisa datang lagi ke kamu,… dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang aku punya. Aku akan jadi orang,.. dan aku
yakin aku bisa…”
Selang beberapa detik, aku baru berani untuk mengangkat
kepalaku. Dan saat itu juga, aku melihat senyumnya, sangat manis. Senyum paling
manis yang pernah kulihat sepanjang aku bisa melihat. Cia tidak mengucapkan
sepatah katapun. Tapi aku tau, aku tau arti senyuman yang ia berikan itu. Dan semua
itu sudah cukup…
‘terimakasih telah memberikanku tidur yang sangat nyenyak
dan mimpi yang sangat indah untuk malam ini, sesuatu yang beberapa hari ini
hilang, hanya untuk menanti kedatanganmu’
***
Perjuangan belum berakhir. Aku masih meraih mimpi-mimpiku. Satu
demi satu, perlahan tapi pasti, wishlist yang kubuat ku coret dengan spidol
merah, pertanda aku sudah menggapainya. Tapi semakin banyak ku coret, semakin
banyak pula yang ku tulis. Hanya bisa berharap, cepat atau lambat saat-saat
menjadi ‘ORANG’ itu akan datang, pasti. Dan aku masih menyimpannya, dan
mengingatnya disudut memori di otakku, serangkaian angka belasan digit yang
akan mengantarkanku padanya. Aku akan selalu ingat, dan mungkin yang pertama
kali akan kuingat saat pertama kali aku jadi orang. NANTI. SUATU SAAT. Dan PASTI!!!.
tulisan ini diikutsertakan dalam lomba "First Love ~ Create Your Own Ending" yang diadakan oleh Emotional Flutter dan Sequin Sakura
Jadi intinya si Cia ditolak ya?
ReplyDeleteNice story, settingnya detail banget
Thanks ya udah ikutan ;p
intinya,.. silahkan perkirakan sendiri. pastinya seperti katamu juga Kev, aku gak terlalu sukak cerita yang 'terlalu' happy ending. hehe..
ReplyDeletetengkyuuuu *ngarep onigiriiiiii* :D
wah iyah bener...
ReplyDeletesetting tempatnya detail banget,sampai2 gw kira udah gw udah ada disana..
nice story :)
good luck for u :)
teteh ikutan, juga bukan. dikira pas baca awalnya kisahnya teteh,
ReplyDeletetahunya nerusin sambungan,tapi keren>.<mau belajar kya teteh ah.
good luck :)
ReplyDeletewah ikutan juga toh moga menang ya.
ReplyDelete@Claude C Kenni: Dipuji Bang Keven! :D
ReplyDeletearma arma arma arma.....
ReplyDelete1 kata ma... SSssUgooiii....!!!!
ga nyangka sahabat yg satu ni bisa nyerpen juga....
tak support ma!! *gaya siap bwa spanduk poster kampanye
nb: eh bikinin cerpen tntg kisah awak dong..wkwkwkwk
wkwkwkwk.. lagi musim nih, demam curhat :D
ReplyDeletesemoga menang ya mbak,..kalo aku jurinya, bakal bingung deh :)
ReplyDeleteoia, maaf lahir batin dulu ya..maaf baru berkunjung :)
semoga menang ya mbak,..kalo aku jurinya, bakal bingung deh :)
ReplyDeleteoia, maaf lahir batin dulu ya..maaf baru berkunjung :)
semangkaaa..
ReplyDeletesetuju dengan teman di atas, detail sangat! serasa aku ada di sana (serasa jd tukang eskrim yg melihat mreka) :)
ReplyDeleteMantapz ceritanya.......
ReplyDeleteTerhibur...terhibur....hehehehehe
coba settingannya digunung Ma, kan kamu suka tuh berkelana ke gunung.. hehe :D
ReplyDeletehwaaaa... banyak banget yang kasi dukungan. trimakasih atas doa dan dukungannya yhaaaaa... *beneran deh ngarep banget tuh sama si onigiri.hehehe...
ReplyDeleteedja: cerpen tentangmu?? hmmm.. perlu wawancara eksklusif dulu rasanya. oia,. makasih buat inspirasi judulnyaaaa...hehe
mas Andy: kayak sampean gak lagi demam curhat aja. hohoho...
mbak kenia: sama2. minal aidin wal faidzin jugakkk *kangen sudah lama gak muncul*
dhenok: mmmmhh,. gak ada modal kalo ke gunung. kan settingnya masi SMP.hehe,.. enwy, kita pernah kenal kah sebelumnya?? kok kamu tau? -_-"
wah berbakat jadi penulis nih kamu :D wkwkkwkwkwk terimalah komen spam dari saya ini
ReplyDeleteihiyyyy si keven jual mahal buakakakakaka
ReplyDeleteandanda: trimakasiii,. dan aku terima dengan lapang dada spam-mu.hehehe
ReplyDeleteinggit: hahaha.. iya tuh. *sambil ngebayangin si keven sok jaim :p
nice story.... :)
ReplyDeleteSenang berada disini, cerita2nya bisa membawa ku seakan berada di antara tokoh2nya... inilah khasanah blogger nusantara yang unik punya ciri khas masing..
ReplyDeletealpha: trimakasih banyaak :)
ReplyDeletemjumani: aku juga sangat senang kalau pembaca bisa merasa ikut ambil bagian dalam tokoh yang ku tulis. trimakasih banyak yaaa :)
ceritanya bagus. semoga bisa dikembangkan lebih jauh lagi, syukur bisa diterbitkan...
ReplyDeletesalam kenal...
amiiiiiiiiinnnn... trimakasih farel,.. salam kenal jugak :)
ReplyDeletekeren ceritanya...
ReplyDeletesenang bisa baca-baca di sini.. hehee
trimakasih ikbal,.. salam kenal :)
ReplyDelete