Aku Mau Jadi Anakmu
Ini kisah, tentang seseorang yang pernah kujumpai dulu, dulu sekali, dalam kesempatan tak terduga dan tak terencana. Bisa jadi karena ketidaksengajaan itu, lantas mata hanya merekam sosoknya sesaat, otak tak menyimpannya rapat-rapat, karena tak menyangka juga bahwa memori itu akan berguna suatu saat nanti, atau lebih tepatnya hari ini.
Hingga tiba kesempatan kedua menatap raut mukanya, dalam sebuah benda mati dua dimensi yang cukup jujur dalam mendeskripsikan kerut-kerut wajahnya yang penuh makna. Seketika dalam diri berucap,
"Aku sama sekali tak mampu mengingat bagaimana kau dalam pertemuan tempo hari itu. Tapi memandangmu saat ini, sama sekali tak memberi kesan asing dalam diri. Pandangan matamu dalam kanvas itu sangat bersahabat, hingga aku tak segan untuk berusaha mengingat dan menatapnya lekat-lekat. Aku seolah mengenalmu, tapi tidak seperti mengenal orang lain pada umumnya..."
Di sudut ruang yang lain, di lorong-lorong sepi lemari kayu usang, kembali kutemukan mata yang teduh itu menatapku ramah. Dengan mudah kudapati sosoknya diantara beberapa kepala. Ternyata tak butuh waktu lama untuk mengukir kenang tentangnya. Kali ini aku bisa ingat, dan semoga akan selalu ingat dengan garis-garis wajahnya yang sangat bersahabat.
Dalam pertemuan nyata di beberapa menit selanjutnya, tak banyak kata yang terucap. Aku menjawab dengan tergagap beberapa tanya yang mengudara, lengkap dengan gesture yang entah seperti apa kacaunya. Dadaku berdegub, telapak tanganku sudah basah oleh gugup. Ada syahdu saat dahi ini sempat menempel di punggung tangannya yang renta. Kukira, beliau memang sosok yang sama yang sempat pula kujabat tangannya lima tahun silam.
Semoga akan ada pertemuan selanjutnya setelah ini, yang tak perlu menunggu hingga bertahun-tahun lagi. Ingin rasanya diri ini bisa menyapamu setiap pagi, dan menambahkan namamu dibelakang deretan panjang mereka-mereka yang senantiasa kusebut namanya di setiap akhir fadhuku, di sela-sela rinduku.
"Bapak, aku mau jadi anakmu, insyaAllah..."
Semoga akan ada pertemuan selanjutnya setelah ini, yang tak perlu menunggu hingga bertahun-tahun lagi. Ingin rasanya diri ini bisa menyapamu setiap pagi, dan menambahkan namamu dibelakang deretan panjang mereka-mereka yang senantiasa kusebut namanya di setiap akhir fadhuku, di sela-sela rinduku.
"Bapak, aku mau jadi anakmu, insyaAllah..."
dah lama gak maen kesini... haloo mbakkk :D
ReplyDeleteHaloo juga mbak Hesty... Iya yah? Aku juga rasanya uda lama gak main ke si qebo :p
DeleteKalo yang ini harus wooww pokoknya... =))
ReplyDeleteCamer cameeerrr... cie cieee...
Errrrrrrrrrrrrr.... I-)
DeleteWoiya... ada lagu yang pas nih =p
ReplyDelete*Harap kata "teman" diganti dengan "camen"
Aku ingin jadi teman baikmu
Aku ingin jadi teman baikmu
Aku ingin jadi teman baikmu
Teman baik teman baik teman baikmu.. =))
Aku tidur sajaaaaaaaaahhhh *sambil ayun-ayun tangan* :))
Deletejangan sampai Bapaknya, bilang" aku di kemanain nduuuk" ^_^
ReplyDeleteHehehe... Semoga enggak :D
DeleteIngin rasanya diri ini bisa menyapamu setiap pagi, dan menambahkan namamu dibelakang deretan panjang mereka-mereka yang senantiasa kusebut namanya di setiap akhir fadhuku, di sela-sela rinduku..
ReplyDeleteaamiin.. :)
jd pengen triak ke orang yang udah jd anaknya si bapak, "hei kamu, kapan kamu menjadikan mae sebagai anaknya bapakmu juga? #eh :D
Kalo gitu bukan aku yang harusnya jawab pertanyaan kak Pipi ini yaa... :p
DeleteNice story...
ReplyDeleteKalau dilihat sekilas, kayak FF, Mae...
Aku masih kebingungan mendefiniskan tentang FF...
Deletebapak mertua aku ingin jadi anakmu?
ReplyDelete#eh
Bapak ajaa mas, gak usah ditambah-tambahin :p (dalam hati: aamiin :D)
DeleteSemoga kelanjutannya lancaaarrr...
ReplyDeleteAaamiiin... :)
Deletebapak nya jadi dua dong, ihirrr :D
ReplyDeleteEnak kaan punya Bapak banyak :D
DeleteMba maeee... aku mau jadi adek muu ~
ReplyDeleteJyahaha.. boleh bolehh :D
Delete"anakku pasti akan sangat bahagia nanti saat bersama dengan mu" jawab si bapak :D
ReplyDeleteCieee cieee Arif... Sudah jadi Bapak yah sekarang? *ehh
DeleteDalem banget tulisannya :')
ReplyDeletesalam kenal ya mbak'e ^ ^
Salam kenal mbak Mita :)
DeleteHehe..
ReplyDeletebener kata Rio..
itu mah buat mertua kayaknya...
:D
Iyakah??? :p
DeleteSerius buat camer? Semoga Beliau lihat ini, entah gimana caranya :)
ReplyDeleteAku anggap sebagai doa saja yah,. Terimakasih :)
Deletesemoga rindu bisa terlampiaskan pada pertemuan selanjutnya sambil berucap bapak aku sudah jadi anakmu.....salam :-)
ReplyDeleteAaamiin ya rabbal aalamiin :)
Deletecaranya ya di kasih liat tulisannya mbak mae ini dihadapan camernya. :)
ReplyDeletekunjungan pertama dari mba,, sering ngintip tapi malu menyapa.
salam kenal.
Ehh,. kenapa pake malu-malu segala? hehe.. Salam kenal juga yah Astinih :)
Deletemba' mae, diksinya asik... :)
ReplyDeletelama nih g main kesini...
Makasih, Falra :)
Deleteapa kabar mbak? maaf baru bisa mampir ,kemarin agak kurang sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah, baik mbak Lid. Wah,. habis sakit? Semoga segera sembuh dan senantiasa sehat yaa :)
Delete