Jingga Selat Lombok
Sebaik apapun hasil dari suatu spontanitas, saya tetap selalu percaya bahwa jika semua hal direncakanan dengan baik, pasti hasilnya akan jauh lebih baik. Yapp, saya suka perencanaan yang matang, dan saya, hingga saat ini tidak terbiasa jika harus melangkahkan kaki dari rumah hanya dengan berbekal, "kita lihat saja nanti...". Begitu juga dengan hari itu, disiang menjelang sore itu, saat perencanaan yang menurut saya cukup matang, dihadapkan dengan keinginan diri yang cukup kuat namun tidak terlalu memaksakan. Hasilnya? Kami dipertemukan dengan banyak sekali orang baik. Alhamdulillah... :)
Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara. Jingga keemasan disana seolah menjadi 'gerbang selamat datang' menuju Gili Trawangan. Tempat yang asing namun juga bersahabat. Beberapa orang disamping saya duduk, tengah memperhatikan saya yang sibuk bermain-main dengan G12. Dermaga yang cantik, dengan latar oranye yang belum terlalu tajam, serta beberapa kaki yang melangkah diatasnya. Another sunset party, if I could say...
Ini sudah orang baik yang kesekian, yang sangat membantu dalam kelancaran perjalanan sederhana ini. Tanpa diminta dan tanpa persetujuan, beliau mengantarkan salah satu dari kami menuju loket pembelian karcis untuk penyeberangan ke Gili Trawangan. Mungkin, perjalanan itu memang mendapat berkah dariNya, karena sungguh, tak ada satu hal pun dari tiap kejadian seharian itu yang memberatkan langkah kami.
Sang raja hari mulai turun. Beberapa perahu kecil, yang salah satunya akan mengantarkan kami membelah selat lombok sudah terparkir rapi di bibir pantai. Seorang Ayah dengan dua anak laki-laki kembarnya juga ikut meramaikan pantai sore itu. Pun juga beberapa orang yang sebenarnya belum kami kenal, namun ikut menyapa dan meramaikan sore kami karena rombongan tersebut jugalah yang kami temui pada perjalanan sebelumnya.
Hingga tiba saatnya untuk menyeberang. Jingga yang tentunya istimewa, yang saya nikmati dari atas perahu kayu.
Gili Terawangan itu, mungkin sebuah tempat, atau nama, yang sudah cukup akrab ditelinga, namun asing dimata. Sekian kali mendapat kesempatan untuk singgah di Lombok, baru kali itu diri ini akhirnya memutuskan untuk kesana. Segala informasi tentang ke-tidak-eksotis-an Gili Trawangan kami abaikan, karena menurut informasi, Gili, tepatnya tiga Gili yang ada disana --Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, memang lokasi yang tepat untuk diving dan snorkeling, namun bukan untuk para penikmat pantai macam saya. Ahh, sudahlah. Mungkin memang bukan pantai yang saya cari saat ini. Tapi orang-orang baik yang tersebar diseluruh penjuru bumi. Sudah, itu saja.
Ini sudah orang baik yang kesekian, yang sangat membantu dalam kelancaran perjalanan sederhana ini. Tanpa diminta dan tanpa persetujuan, beliau mengantarkan salah satu dari kami menuju loket pembelian karcis untuk penyeberangan ke Gili Trawangan. Mungkin, perjalanan itu memang mendapat berkah dariNya, karena sungguh, tak ada satu hal pun dari tiap kejadian seharian itu yang memberatkan langkah kami.
Sang raja hari mulai turun. Beberapa perahu kecil, yang salah satunya akan mengantarkan kami membelah selat lombok sudah terparkir rapi di bibir pantai. Seorang Ayah dengan dua anak laki-laki kembarnya juga ikut meramaikan pantai sore itu. Pun juga beberapa orang yang sebenarnya belum kami kenal, namun ikut menyapa dan meramaikan sore kami karena rombongan tersebut jugalah yang kami temui pada perjalanan sebelumnya.
Hingga tiba saatnya untuk menyeberang. Jingga yang tentunya istimewa, yang saya nikmati dari atas perahu kayu.
Gili Terawangan itu, mungkin sebuah tempat, atau nama, yang sudah cukup akrab ditelinga, namun asing dimata. Sekian kali mendapat kesempatan untuk singgah di Lombok, baru kali itu diri ini akhirnya memutuskan untuk kesana. Segala informasi tentang ke-tidak-eksotis-an Gili Trawangan kami abaikan, karena menurut informasi, Gili, tepatnya tiga Gili yang ada disana --Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, memang lokasi yang tepat untuk diving dan snorkeling, namun bukan untuk para penikmat pantai macam saya. Ahh, sudahlah. Mungkin memang bukan pantai yang saya cari saat ini. Tapi orang-orang baik yang tersebar diseluruh penjuru bumi. Sudah, itu saja.
Gili Trawangan. Yapp,.. Kesanalah kami menuju, sore itu :) |
Jingganya subhanallah bgt,
ReplyDeleteiri sama rie yg bisa liat jingga secantik itu
Jingga di kotanya Dian juga bagus kok. Percaya deh :)
DeleteBakalan bersambung nih ceritanya ya Maee?
ReplyDeleteGili Trawangan, menurut aku bagus. Sangat bagus malah :)
Itu sambungannya barusan publish :D
Deletepengen kesana, liat langsung...
ReplyDeletehuhu :(
Yukkk,.. Hihi
DeleteSubhannalalh indah sekali warna jingganya
ReplyDeleteJingga gitu.. Hihi
Deletewalopun bukan pantai yg diinginkan tp suasana senjanya bagus, ya. Apalagi foto yg langitnya spt ada pelangi itu :)
ReplyDeleteWaaahh,. Ternyata gak cuma saya yang mengira goresan awan itu mirip pelangi :D
Deletedari tulisan kak armaee, kayaknya tempat ini punya kenangan tersendiri ya? atau mungkin ada kenangan tercipta saat mengunjunginya... :))))
ReplyDeleteKasi tau gak yaaaa... hehehe :p
DeleteSenja yang terlihat menawan. Saya suka photo mbak yang ke-3 dari pertama. Sekumpulan perahu siap mengantar mbak ke Gili Trawangan. Kebetulan saya mau nulis tentang senja. Hehehe ...
ReplyDeleteWaah, terimakasih yaa :)
Deletekeren banget ya Lombok, udah mirip kayak pas nyebrang ke Pulau Tanah Laut, rasanya menuju peradaban yang purba....
ReplyDeletePulau Tanah laut? Kalimantan selatan kah?
DeleteSetuju sekali, dengan perencanaan maka persiapan juga bagus kan.
ReplyDeleteBetul banget *sepakat* :-bd
DeleteBlm pernah ke gili tapi tahu gili banyak dibicarakan sama blogger traveller he he
ReplyDeleteAku juga baru tau kemarin mas.. Hehe
DeletePemandangannya sungguh sangat luar biasa ..
ReplyDeletewah asik nih buat spot mancing
ReplyDeleteamazing!!!!!!!!
ReplyDelete