Rumah Pertama

Alhamdulillah, saat ini sudah memasuki tahun ke 3 saya tinggal di Jogja. Salah satu kota yang dulunya sempat saya benci, karena ada pengalaman tidak menyenangkan saat saya berkunjung kesini, tepatnya saat rekreasi sekolah dasar. Juga kemudian seiring berjalannya waktu menjadi salah satu kota yang sempat saya ikrarkan ingin saya tinggali, dan menghabiskan beberapa tahun usia saya. Begitu mudahnya memang Allah membolak-balikkan hati manusia ya...

Saat ini saya tinggal di kawasan Wirosaban. Perumahan Wiromulyo Indah lebih tepatnya. Ini adalah hunian ketiga kami semenjak tinggal di Jogja, dan hunian kedua di kawasan Wirosaban. Hunian pertamanya sebenarnya tak jauh juga lokasinya, hanya terpisah jalan raya Tritunggal. Mungkin kami memang termasuk kaum yang sulit move on.

Saya terpikir untuk membuat tulisan ini saat rebahan di salah satu kamar di hunian yang kami tinggali saat ini. Ceritanya Mas sedang tidur, dan saya menemani disampingnya. Di kamar yang berukuran tak lebih dari 3x3 meter, dengan penerangan dan sirkulasi udara seadanya, ditengah senja kota Jogja yang masih terasa gerah.

Saya jadi teringat awal mula tinggal di Jogja, saat itu Mas masih ngekos di daerah Pakel namanya, yang dekat dengan jalan Tritunggal itu tadi. Kamar kosnya sangat sederhana. Penerangan seadanya, sirkulasi sekenanya asal masih bisa terasa udara  dari luar masuk. Kalau saya mau ke kamar mandi, harus tengok-tengok dulu, karena pada dasarnya itu kos-kosan laki-laki, jadi semua penghuninya laki-laki. Walaupun mereka semua juga tahu sih kalau Mas sudah menikah dan saya sesekali juga datang dan menginap disana.

Image result for anak kos
picture source
Ruang kamar yang tak terlalu luas itu diisi dengan beberapa gelintir perabot. Meja komputer kesayangan yang selalu dibawa kemana-mana, laptop butut yang usianya sudah lebih dari 10 tahun namun performa masih bisa diadu, lemari kabinet 4 susun, kasur busa tipis tanpa seprei, serta kipas angin mungil yang kami beli di toko dekat malioboro. Oh ya, tak lupa 1 buah bantal dan 1 buah guling yang kalau saya disana, tiap malam jadi bahan rebutan saya dan Mas.

Saya tinggal di kos-kosan Mas sebenarnya tidak lama, karena di waktu yang sama saya juga tercatat sebagai penghuni kos di Malang. Ya, saat itu kami memang masih menjalani hubungan jarak jauh. Namun ternyata tidak terlalu lama karena saya juga gak betah sendirian di Malang.

Akhirnya pada tahun kedua pernikahan kami, saya memutuskan untuk pindah ke Jogja. Saat itulah petualangan bersama Rumah Kedua dimulai. 

Comments

  1. Lah, terusin donk ceritanya. kayaknya ini baru prolog deh. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh,. ada kak Rika.. lama tak jumpa. Hehe.. btw kok uda bisa baca dan komen di postingan ini ya? padahal blognya dengan nama yang baru belum kedetect di google. Huhuu

      Delete

Post a Comment

Speak Up...!!! :D

Popular Posts