Behind The Scene: Girls Profile Update for BIAAG Campaign (part 2)
Silakan baca part 1-nya disini... :)
Begitu selesai mengupdate profil Anisah, saya beserta rombongan langsung bertolak ke kecamatan Hu'u, tepatnya di desa Marada, yang jaraknya kurang lebih 30 kilometer dari desa Jambu. Jalanan siang itu agak lengang. Hingga pada pintu gerbang masuk ke Kecamatan Hu'u, sempat ada sedikit pengambilan gambar, serta om Bonk yang disuruh membawa mobil maju mundur berulang kali oleh bang Uchin, ceritanya lagi akting mobil Plan lewat. Hehehe... :D. Sempat singgah di salah satu desa juga untuk mengisi 'bahan bakar', akhirnya tidak lama kemudian, sampailah kami di desa Marada yang siang itu terasa agak sejuk.
Om Bonk beserta mobil kesayangan, yang selalu mengantarkan kami kemanapun kami pergi. :D
Begitu sampai di desa Marada, tepatnya di PAUD Raodah, ternyata kegiatan yang diadakan disana belum selesai. Kebetulan saat itu ada kegiatan yang bertema "Pembahasan tentang Dampak Negatif dari Pernikahan Anak". Pas sekali kegiatan ini, karena juga sesuai dengan tema yang diusung oleh Nurhasnah, remaja kedua yang di update profilnya hari itu, yakni berkaitan dengan sosialisasi pencegahan pernikahan anak.
Sempat main ayunan di PAUD. Moga aja gak rusak :| |
Setelah berkoordinasi dengan om Rudi, si empunya acara, yang juga termasuk salah satu staff Plan, kami akhirnya 'meminjam' Nurhasnah untuk dilakukan proses pengambilan gambar terkait kegiatannya Nurhasnah sehari-hari. Setelah selesai, maka pengambilan gambar berpindah ke dusun sebelah. Kami serombongan menyambangi salah seorang anak yang telah menjalani pernikahan anak, kemudian Nurhasnah memberikan sedikit penyuluhan serta semangat supaya anak tersebut tetap mau menjalani hidup dan menghidupi anaknya yang masih sangat kecil.
Untuk informasi saja, yang dikatakan "Pernikahan Anak" atau "Child Marriage" ini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh anak-anak, yakni pada usia kurang dari 18 tahun. Hal ini banyak terjadi di Kabupaten Dompu. Sedangkan untuk penyebabnya, sebenarnya ada banyak, namun dua penyebab utamanya adalah masalah ekonomi dan 'kecelakaan', atau istilah kerennya adalah "MBA = Marriage by accident". Untuk itulah, Nurhasnah memilih tema "Pernikahan Anak" ini sebagai konsentrasinya untuk membuat perubahan di Kabupaten Dompu, terutama di desa Marada, desa tempat tinggalnya.
Jalan kaki, kesana kemari... :| |
Selanjutnya, adalah sesi wawancara. Kalau sebelumnya di pembuatan profil untuk Anisah, sesi ini merupakan sesi terseulit, ternyata tidak pada Nurhasnah. Walaupun sempat ada kendala pula, saat kami akan memulai wawancara yang berlokasi di persawahan dengan pemandangan bukit dan laut, tiba-tiba ada warga yang menyalakan musik dangdut dengan sangat keras. Pastinya mengganggu proses, hingga akhirnya salah satu dari kami memutuskan untuk datang ke rumah warga tersebut dan memohon pada mereka supaya sedikit mengecilkan volume musiknya.
Begitu selesai, kami serombongan akhirnya memutuskan untuk singgah di Pantai Lakey, sambil menikmati sunset di penghujung sore itu. Alhamdulillah...
Sunset yang berawan di Pantai Lakey |
***
Nurhasnah merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara, yang saat ini sedang duduk di bangku kelas 3 di SMK jurusan pariwisata. Gadis berjilbab yang manis ini memiliki cita-cita yakni ingin menjadi bidan, dan ingin menjadi tour guide. Ketertarikannya dalam membantu mencegah terjadinya pernikahan anak, bermula dari pengalaman orang tuanya yang mengalami hal serupa. Nurhasnah juga melihat di sekelilingnya, beberapa orang teman sekolahnya yang juga mengalami pernikahan anak, yang sebagian besar dari mereka berujung pada kehidupan yang tidak bahagia, putus sekolah, serta mengalami masalah ekonomi di keluarganya. Untuk itu, ia bertekad supaya bisa mensosialisasikan tentang dampak negatif pernikahan anak ini tidak hanya di masyarakat desa nya, melainkan juga di tingkat kecamatan, bahkan kabupaten Dompu. Dengan begitu, ia berharap tidak akan lagi ada yang mengalami pernikahan dibawah umur untuk kedepannya.
Yeah,. dua orang remaja putri yang sangat menginspirasi ini sudah selesai di update, tinggal satu remaja lagi, pastinya dengan kisah yang berbeda. Selamat menunggu.. Hehe.. :D
ada typo sedikit mbak "pforil" setelah foto Jalan kaki, kesana kemari...
ReplyDeleteeh beneran disana masih begitu? Saya ikut doain biar allah membuka banyak hidayah didaerah sana :)
pertamax (mengamankan pertamax)hihihi
ReplyDeletetokoh remajanya keren mae..masih skolah sdh jdi inspirator..
waduh...batal deh mngamankan pertamaxnya...dh kduluan 2 menit ne..T_T
Deletemgkin,krn klmaan mikir makanya k duluan ya...heuheu
good Luck mba
ReplyDeletemasih terlalu berat dan dini buat mereka untuk membentuk sebuah keluarga...
ReplyDeleteanyway, baru sadar blognya udah dot com.... wuiiiih....
sama saja dengan pernikahan dini ya?... akhir2 ini tidak hanya di kab dompu. karena tidak ada lagi biaya utk melanjutkan sekolah pihak orang tua terpaksa harus menikahkan anaknya.
ReplyDeletesusahnya jadi anak perempuan...
ReplyDeleteitu suaminya bukan anak2 juga kan, kak?
jadi ingat crita syekh puji-ulfa :)
ditunggu update annya remaja yg satu lagi :)
ReplyDeleteWah hebat ya Nurhasnah :')
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya mbak :D
pantai lakey namanya kaya kebule2an ya hehehe. keren fotonya
ReplyDeletetemplatenya bagus loh Mae :)
ReplyDeletesekadar ngecek apakah sudah ada sticky postnya atau belum
aduh, ada MBA juga ternyata penyebabnya..
ReplyDeleteSmoga penyebab ini segera hilang..
pertamaxnya mbak manis sekedar ngecek saja yah ane salam kenal mbak
ReplyDeletesenengnya jalan-jalan terus.... (~^_^)~
ReplyDeletekeren banget, ditunggu cerita yang ketiga
ReplyDelete