Kisah Tanggal Tua ala Ibu Rumah Tangga
Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.
Saya sering tak habis pikir dengan tingkah Kakak perempuan saya, yang sudah lebih dulu menjadi seorang Ibu (dan juga seorang istri, tentunya), saat melihat reaksinya begitu tau ada banyak diskonan—atau semacam ‘beli 2 gratis 1’ di salah satu supermarket terbesar di Banjarmasin. Begitu pula dengan perilaku Tante, yang juga sudah menikah dan punya anak 3, sangat rela berkeliling diantara melimpahnya minimarket di Gresik, hanya supaya mendapatkan harga termurah untuk setiap barang yang dibelinya. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Sampai sebegitukah efek samping menikah dan punya anak? *ups.
Satu tahun menikah tak lantas membuat saya
mengerti tentang perilaku kedua orang keluarga saya tersebut. Bisa jadi karena
saya dan suami sebelumnya masih menjalani kehidupan sendiri, jarak jauh, hanya
bertemu sesekali. Saya masih belum rela melepaskan jabatan sebagai anak kos.
Tapi itu kemarin, dulu, enam bulan yang
lalu.
Kini ceritanya sudah berbeda. Saya dan
suami sudah tinggal satu atap. Jabatan sebagai anak kos sudah saya lepas,
begitu juga dengan status kepegawaian di salah satu I-NGO di kota Malang,
mungkin sedikit ceritanya pernah saya tuliskan waktu itu.
Saya ingat, beberapa waktu yang lalu pernah
menanyakan langsung ke Papa, mengenai pendapatnya tentang keputusan saya untuk
berhenti bekerja. Mengenai kekhawatiran saya tentang, apa-apa yang sudah
‘diinvestasikan’ pada saya dari Papa. Saya sangat bersyukur saat itu punya
keberanian lebih untuk menanyakannya.
“Yaa,
sekolah tinggi kan tidak selalu tujuannya untuk bekerja…”
Hmmm,...
Dan, agak canggung rasanya saat beberapa
waktu yang lalu telponan dengan Papa, dan Papa menanyakan apa aktivitas saya
saat ini.
Saya bilang, “Pergi ke pasar, belanja,
masak-masak, beres-beres rumah, daaan lain-lain.”
“Alhamdulillah…” balasnya.
Entah apa yang ada di pikirannya.
Kemudian saya dibuat terheran-heran, pada
diri sendiri, suatu pagi, begitu pulang dari pasar dan saya mengeluh pada
suami,
“Mas, tahu yang kemarin adek beli harganya
sekarang sudah naik, kemarin Rp 3.000, sekarang sudah jadi Rp 4.000,..”
“Telur juga gitu, kapan hari beli setengah
kilo Rp 9.500, sekarang jadi Rp 10.000”
Saat parkir di depan salah satu
minimarket,..
“Waah, murah banget minyak goreng 2 liter Rp
19.900”
“Emang biasanya berapa?”, suami saya
menimpali
“Kalo gak salah satu literan ada yang Rp 13.000,
ada yang sampai Rp 15.000 juga,..”
Lalu terdengar ledekan dari jauh,
“Ciyee, adek ya, sudah mulai
banding-bandingin harga sembako sekarang,”
Sindrom ibu rumah tangga sepertinya telah
melanda saya. Huhuuuu…
Terjadi perubahan besar yang saya rasakan,
saat ternyata kini memang tak ada lagi penghasilan tiap bulan yang bisa saya
dapatkan sendiri, atur sendiri, nikmati sendiri. Memutuskan untuk jadi freelance-independent-consultant
ditengah jenjang karir yang sebenarnya belum terlalu mumpuni dan belum punya
banyak koneksi, sepertinya bukan pilihan yang cukup menjanjikan. Yah, walaupun
sudah pernah ada juga instansi yang percaya dan menggunakan jasa saya. Tapi
lagi-lagi hal tersebut tidak bisa dijadikan pegangan, tidak bisa diandalkan,
dan ‘menghasilkan’ di tiap bulannya.
Tantangan lainnya adalah saat suami saya
juga memang bekerja sendiri, berwirausaha, hingga tentunya pengaturan
keuangannya tidak bisa sesederhana penghasilan per bulan. Saya jadi kebingungan
sendiri setelah menawarkan diri untuk mengatur keuangannya. Ternyata sangat
berbeda polanya, saudara!
picture source |
Jika saat itu datang, sindrom ibu rumah
tangga yang dulunya sempat menghantui kali ini benar-benar muncul didepan mata.
Hahaha… semacam mimpi masa lalu yang saat ini menjadi nyata.
Kalau di pasar tradisional mungkin tidak
akan sefrontal itu menyebutkan ‘diskon’. Tapi ketrampilan untuk menawar,
memilih barang dengan kualitas yang bagus dengan harga tetap bersaing, sangat
dibutuhkan. Sampai saat ini saya masih belum terlalu terampil sih untuk
menawar, apalagi pasar-pasar tradisional di Jogja sepertinya memang tidak
terlalu senang memasang harga tinggi supaya nantinya bisa ditawar. Yang bisa
kita lakukan biasanya cukup dengan survey harga. Barang yang sama, kualitas
sama, bisa jadi di warung yang satu dengan yang lain harganya berbeda. Yah
selisih Rp 500 sampai Rp 1.000 kan lumayan yaa, buat bayar parkir atau tambahan
beli krupuk.
Nah, beda lagi dengan diskonan yang biasanya ada di minimarket, supermarket, atau department store macam Matahari Mall yang sangat terkenal dengan ‘beli dua gratis satu, boleh barang yang berbeda’ itu. Huaaa,.. bahagia sekali rasanya kalau sudah menemukan tulisan itu terpampang di keranjang—rak—lemari gantung yang ada disana, apalagi dengan menggunakan Matahari Club Card yang doyan banget ngasih kupon belanja atau diskon produk. Dan itulah yang saya incar saat ini. :D
Menjadi ibu rumah tangga baru sepertinya berhasil memaksa saya untuk mengasah skill berhemat. Selain harus pintar memilih dan memiliah barang yang diprioritaskan untuk dibeli, memilih tempat berbelanja juga merupakan suatu hal yang cukup urgent untuk saat ini. Toko-toko semacam minimarket dan lain sebagainya saat ini tak lagi segan untuk mempromosikan produk dengan harga miring, dan kita, sebagai manajer rumah tangga, harus sangat jeli melihat peluang tersebut.
Yah, apapun itu, tetap harus disyukuri. Mari
kita berdoa bersama, semoga tidak hanya penghasilan saja yang sesuai pesanan,
tapi barang belanjaan juga bisa memenuhi pesanan, pesanan diri sendiri
maksudnya.
Tetap belanja dan tetap bahagia yah, kawan. Tak perlu terlalu khawatir, karena masih banyak jalan menuju diskonan, apalagi gratisan. Hehe... :D
#JadilahSepertiBudi
Tetap belanja dan tetap bahagia yah, kawan. Tak perlu terlalu khawatir, karena masih banyak jalan menuju diskonan, apalagi gratisan. Hehe... :D
#JadilahSepertiBudi
Hahahahah, aku sih emang gak suka dan gak jago nawar. Kalo harga gak cocok yaa gak beli. Kalo di pasar tradisional pun gitu, kalo nggak bareng temen, pasti nggak nawar nawar :P
ReplyDeleteI finally visit your blog, Mbak Armae ����
ReplyDeleteIt must be very great experience to be manager for your own family. Trully, I want to visit you and see your daily activities at home as a manager ����
Sepertinya karena sudah master soal mencari harga termurah, boleh lah ya nanti nanyak2 harga pasaran biar ga kecele. Taulah, daku mah ogah nawar, dibilang segitu ya kukasihlah segitu ��
I finally visit your blog, Mbak Armae ����
ReplyDeleteIt must be very great experience to be manager for your own family. Trully, I want to visit you and see your daily activities at home as a manager ����
Sepertinya karena sudah master soal mencari harga termurah, boleh lah ya nanti nanyak2 harga pasaran biar ga kecele. Taulah, daku mah ogah nawar, dibilang segitu ya kukasihlah segitu ��
Ternyata nggak jauh jauh beda sama tanggal tuanya mahasiswa ya mbak wkwkw
ReplyDeleteBabang gak bakat tawar menawar. kalo lagi belanja di pasar tradisional liat yg jualan jadi kasian lah jadi lupa buat nawar
ReplyDelete