Pedoman Mendaki Gunung
Di ketinggian sekian ribu meter diatas permukaan laut (Gunung Arjuno, 2009) |
Pilihlah gunung yang hendak didaki
Jangan terpengaruh omongan orang-orang. “Gunung yang itu
lebih indah”, atau “Gunung yang itu lebih mudah.” Banyak daya upaya dan
semangat mesti dikerahkan untuk mencapai tujuan Anda, dan Anda satu-satunya
yang bertanggung jawab atas pilihan Anda, jadi hendaknya Anda betul-betul yakin
dengan apa yang akan Anda lakukan.
Pelajari cara
mencapai gunung tersebut
Sering kali Anda bisa melihat gunung itu dari
kejauhan—indah, menarik, penuh tantangan. Tetapi ketika Anda berusaha
mencapainya, apa yang terjadi? Ternyata gunung itu dikelilingi banyak jalan;
ada bentangan-bentangan hutan di antara Anda dan sasaran Anda tersebut; jalur
yang kelihatan gampang dipeta, pada kenyataannya jauh lebih rumit. Maka Anda
harus mencoba semua jalan setapak dan rute-rutenya, hingga akhirnya suatu hari Anda
berdiri di hadapan puncak yang ingin Anda daki.
Belajarlah dari orang
yang sudah pernah sampai ke sana
Mungkin Anda mengira hanya Anda seorang yang ingin sampai ke
sana, tetapi selalu ada orang lain yang pernah memiliki impian yang sama, dan
orang lain ini telah meninggalkan petunjuk-petunjuk yang bisa memudahkan
pendakian Anda: di mana tempat terbaik untuk mengikatkan tali, jalan-jalan
setapak yang bisa dilalui, ranting-ranting yang telah dipatahkan supaya
jalurnya lebih gampang diterabas. Ini memang pendakian Anda, tanggung jawab Anda
juga, tetapi jangan lupa bahwa belajar dari pengalaman-pengalaman orang-orang
lain selalu bermanfaat.
Bahaya-bahaya,
setelah dilihat dari dekat, bisa dikendalikan
Saat Anda mulai mendaki gunung impian Anda, perhatikan
lingkungan sekitarnya. Sudah pasti ada tebing-tebing curam. Rekahan-rekahan
yang nyaris terlewat dari pandangan. Batu-batu yang telah tergerus angin dan
hujan sehingga menjadi selicin es. Tetapi jika Anda tahu tempat yang Anda
pijak, akan Anda lihat jebakan-jebakan itu dan bisa menghindarinya.
Lanskapnya
berubah-ubah, jadi manfaatkanlah sebaik-baiknya
Anda harus fokus pada tujuan Anda—yakni mencapai puncak, itu
sudah pasti. Tetapi, sambil mendaki, pemandangannya tentu berubah-ubah, dan
tidak ada salahnya Anda berhenti sesekali untuk menikmatinya. Semakin tinggi Anda
mendaki, semakin jauh Anda bisa melayangkan pandangan, maka sisihkan waktu
untuk menemukan berbagai hal yang belum pernah Anda lihat.
Hormati tubuh Anda
Pendakian ini hanya bisa berhasil jikalau Anda memperhatikan
kesejahteraan tubuh Anda. Hidup ini telah menganugerahi Anda dengan sekian
banyak waktu, maka jangan menuntut terlalu banyak pada tubuh Anda. Kalau melangkah
terlalu cepat, Anda menjadi lelah dan baru setengah jalan sudah menyerah. Kalau
melangkah terlalu lambat, malam akan turun dan Anda bakal tersesat. Nikmati pemandangan,
minumlah dari mata air yang sejuk, makanlah buah-buahan yang ditawarkan Alam dengan
murah hati kepada Anda, tetapi jangan berhenti berjalan.
Hormati jiwa Anda
Jangan terus-terusan berkata, “Akan kulakukan.” Jika Anda
sudah tahu itu. Yang perlu dilakukan jiwa Anda adalah memanfaatkan perjalanan
panjang ini untuk bertumbuh, untuk menggapai hingga ke cakrawala, menyentuh
langit. Sekadar obsesi tidak akan membawa Anda ke mana-mana, dan pada akhirnya
malah akan merusak kegembiraan dalam mendaki. Di lain pihak, jangan
terus-menerus berkata, “Ternyata lebih sulit daripada yang kukira,” sebab ini
akan melemahkan semangat Anda.
Bersiaplah untuk
berjalan lebih jauh
Jarak menuju puncak gunung selalu lebih jauh daripada yang
Anda perkirakan. Ada saatnya jarak yang kelihatannya sudah dekat itu ternyata
masih sangat jauh. Tetapi tentunya ini bukan rintangan, berhubung Anda sudah
siap untuk berjalan lebih jauh.
Bersukacitalah
sesampainya di puncak
Menangislah, tepuk tangan, berteriaklah keras-keras bahwa
Anda sudah berhasil. Biarkan angin (sebab di atas sana anginnya selalu kencang)
memurnikan pikiran Anda, menyejukkan kaki-kaki Anda yang kepanasan dan letih,
mencelikkan mata Anda, dan meniup debu-debu yang melekat di hati Anda. Apa yang
dulu sekadar impian, visi yang dipandang-pandang dari kejauhan, kini telah menjadi bagian dari hidup Anda. Anda
berhasil meraihnya, bagus sekali.
Ikrarkan
Sekarang Anda tahu bahwa di dalam diri Anda ternyata
tersimpan kekuatan itu, maka katakan pada diri sendiri bahwa kekuatan ini akan
Anda gunakan selama sisa hidup Anda; ikrarkan juga pada diri sendiri untuk menemukan
gunung lain, lalu bangkitlah untuk menjalani petualangan itu.
Ceritakan kisah Anda
Ya, ceritakanlah. Jadilah contoh bagi orang-orang lain.
Ceritakan pada setiap orang bahwa itu bisa dilakukan, supaya orang-orang lain
juga menemukan keberanian untuk mendaki gunung-gunung mereka sendiri.
Dikutip tanpa perubahan sedikitpun.
Pedoman Mendaki Gunung, dalam buku “Seperti Sungai yang
Mengalir” karya Paulo Coelho
(Cetakan ke 3, Januari 2013)
Sedikit catatan dari saya,
Mungkin inilah salah satu pedoman mendaki gunung yang
menurut saya paling bijak. Sangat jauh dari kesan angkuh maupun ambisius, namun
lebih kepada memandang kegiatan ‘mendaki gunung’ sebagai satu fase hidup yang
seharusnya tiap orang lalui. Membacanya, dari ketinggian sekian puluh ribu meter
diatas permukaan laut dalam perjalanan dari Bima ke Denpasar, telah berhasil
memaksa saya memutar otak, membuka kembali ingatan-ingatan terdahulu, merenungi
setiap nasihat-nasihat sederhananya. Ada beberapa bagian yang sudah seringkali
saya terapkan, ada juga yang kadang terlupakan, namun beberapa bagian yang lain
kerap pula terabaikan. Well, semoga
kesalahan-kesalahan itu tak akan lagi terulang dalam perjalanan-perjalanan hati
selanjutnya.
Harapan terakhir saya terkait tulisan ini, semoga kita punya
pemikiran yang sama dalam mendefiniskan kegiatan 'mendaki gunung'... ;)
di atas ketemu sama edward cullen gak eh hehehe
ReplyDeleteEngngnggg... gak ngarep deh mbak Lid, ngeri jadinya. Hehe
DeleteKabutnya tebal banget, Mae.. Agak-agak serem jugak nih jadinya.. Wkwkwk.. :D
ReplyDeleteIya Beb,. kalo pas kabut naik, jarak pandang jadi terbatas banget. Makanya itu duduk aja sambil foto2, sambil nunggu kabut ilang :D
DeleteHahah.. Iya jugak yah.. Ngga bisa dipaksain buat lanjut kan ^^
DeleteBetul banget. Prinsipnya tetep safety first :D
DeleteTerima kasih pedomannya Mba Armae,,,
ReplyDelete