Memiliki Kehilangan
Perpisahan.
Salah satu kata dalam bahasa Indonesia yang cukup menyebalkan bukan?
Yeah,
setidaknya ini yang ada di kepala saya, beberapa waktu yang lalu. Dulu tepatnya,
saat diri ini merasa belum terbiasa dengan perpisahan, hingga menganggap hal
tersebut termasuk salah satu yang paling menyebalkan di dunia. Padahal kalau diingat-ingat lagi, seharusnya saya
sudah terbiasa dengan perpisahan semenjak kecil, namun entah kenapa
sepertinya diri ini baru bisa bersahabat dengan kata itu semenjak terlepas dari
bangku putih-abu-abu.
Dulu,
setiap kali akan ‘ditinggalkan’ oleh seseorang—entah siapapun itu, pasti diri
ini secara refleks akan menghindar. Saya yakin bahwa tidak hanya saya yang
memiliki pemikiran ‘lebih baik saya yang
meninggalkan orang lain, daripada saya harus ditinggalkan oleh orang lain’,
karena memang pada kenyataannya lebih menyebalkan berada pada posisi
‘ditinggalkan’ daripada ‘meninggalkan’. Jika perpisahan itu hanya terjadi
sekali dua kali, mungkin masih bisa ditoleransi. Namun jika perpisahan itu
harus dilakukan berkali-kali, berpuluh-puluh kali, bahkan beratus-ratus kali,
bukankah akan sangat melelahkan untuk menghindarinya terus-menerus? Apalagi
jika pada kenyataannya, usaha untuk menghindar itu hanya sebuah kamuflase, yang
pada akhirnya tetap berujung pada, saya yang ditinggalkan oleh mereka.
Hingga
pada akhirnya diri ini mulai belajar untuk bersahabat dengan perpisahan.
Terlalu bersahabat, kalau boleh saya bilang, hingga yang tampak dari luar
adalah suatu bentuk ‘mati rasa’ saat menghadapi perpisahan itu. Tapi jangan
khawatir kawan, itu hanya yang nampak pada luarnya saja. Ya, saya lebih suka
menikmati bagaimana menyebalkannya perpisahan dalam diam, dalam kesendirian,
seperti pagi ini.
…karena
lagi-lagi perspisahan menunjukkan keakrabannya pada saya. Hingga akhirnya ia
bersedia nampak, beberapa kali dalam kehidupan yang belum genap lima bulan di
Dompu, bersama keluarga baru saya disini.
Selama
hampir lima bulan ini, sudah ada lima orang ‘anggota keluarga’ saya yang pergi
meninggalkan saya. Pertama, pak Nasrul, Program
Unit Administration Coordinator (PUAC). Beliau pindah ke Plan Country Office Jakarta, untuk kemudian
menjadi staff finance disana. Kedua,
pak Yamin, salah satu bapak security,
yang kalau saya tidak salah dengar, pindah ke Papua. Selanjutnya ada pak Eka, Program Unit Manager (PUM), yang tahun
ini sudah waktunya rolling PUM dan
berpindah ke kantor Plan di Sikka, NTT. Juga ada mas Roni, Water and Sanitation Hygiene (WASH) Facilitator, yang pindah ke kantor Plan di Nagekeo, NTT, dan yang
terakhir adalah om Zen, Building
Relationship Coordinator (BRC), yang pindah ke perusahaan lain di luar pulau.
Ijinkan
saya bercerita sedikit tentang mereka ya, kawan. Tapi saya tidak akan
menceritakan dua yang pertama, karena kepergian mereka terlampau cepat, hingga
belum banyak kisah yang patut untuk diceritakan, serta hati yang masih belum
terlalu mengenal satu dengan yang lainnya.
Saya
dan Ulil sering menyebut beliau sebagai ‘Dompu 1’, karena beliau ini merupakan orang
nomor satu di Plan PU Dompu. Sosok yang sangat, apa ya? Keren kalau boleh saya
bilang. Dengan penampilan yang selalu stylish
dan ‘anak muda banget’, namun sama sekali tidak mengurangi kewibawaannya
sebagai seorang manajer. Bapak dengan tiga orang anak yang sangat luar biasa
ini, dimata saya merupakan sosok yang sangat sederhana, berkarisma, ramah,
bijaksana, ambisius, juga tegas.
Pak
Eka, begitu saya memanggilnya, terhitung pernah dua kali mengajak saya dan Ulil
untuk makan di luar. Ya, kami sama-sama perantauan, keluarga beliau tinggal di
Bima, dan di Dompu ini statusnya tidak jauh beda dengan saya: anak kos. Momen
makan bersama beliau menjadi satu hal yang cukup berharga untuk saya, karena
pada saat itu banyak sekali hal-hal berharga yang beliau sampaikan pada saya.
Selain itu, saya kira ini merupakan momen yang cukup langka. Seorang manajer, mengajak
kami makan, meminta kami untuk memilih menu makanan, menjadi supir untuk kami,
serta membayari kami makan pula, hmmm… saya tidak yakin bisa menemukan manajer
macam beliau di tempat kerja yang lain. Luar biasa. Hehehe… B-)
Ada
satu hal, juga tentang perpisahan, yang pernah beliau sampaikan saat kesempatan
pertama mengajak saya beserta beberapa orang staf untuk makan bersama diluar.
Hal itu terjadi tidak lama setelah pak Nasrul meninggalkan Dompu. Kurang lebih
seperti ini yang beliau sampaikan,
“Kalau itu baik untuk karir mereka kedepannya, mengapa harus ditahan? Saya pincang tanpanya (pak Nasrul—PUAC.red), tapi jika dia pergi, dia akan jauh lebih berkembang..."
…karena
pada kenyataannya, seorang PUM memiliki hak penuh untuk memberikan ijin atau
tidak kepada staffnya untuk pindah. Namun itulah yang menjadi pilihan beliau.
Alhamdulillah,
sekalipun saat ini sudah terpisah tiga kali perjalanan transportasi udara,
namun sosok beliau serasa masih tetap hadir ditengah-tengah kami. Lewat sapaan
via skype yang hampir setiap hari—yang
belakangan sering membicarakan tentang pengalaman beliau berpuasa di daerah berpenduduk
mayoritas non muslim, hingga sapaan lewat obrolan di FB saat tengah malam
dilihatnya saya masih online, sekedar
mengingatkan untuk sahur—walau seringkali mengingatkannya terlalu cepat, juga
saling lempar komentar atau sapaan di FB maupun twitter. Hingga beberapa hari yang lalu, obrolan singkat via FB itu
kembali terjadi, dan salah satu mimpi, harapan, serta doa kembali terucap.
Semoga
suatu saat saya memiliki kesempatan untuk kembali bertemu juga bekerja sama
dengan Bapak. Entah di Sikka, di Ende, di Maluku, di Papua, atau ditempat
lainnya yang hingga saat ini belum pernah terbayang sedikitpun di benak saya.
Ngemper bareng pak Eka, foto punya om Joe |
Belakangan
baru saya mengetahui, bahwa ternyata beliau adalah salah satu orang yang menginterview saya dalam proses seleksi saya
masuk di Plan. Satu pertanyaan terakhir yang masih saya ingat hingga saat ini, “Dari angka 1-10, seberapa besar keinginan
anda untuk bisa mencapai target yang sudah ditentukan…?”, dan saya
membutuhkan beberapa detik untuk menjawabnya, masih dalam keragu-raguan.
Mas Roni, foto punya om Joe, Sewaktu acara Update Renkon 2012 |
Bapak-bapak
gaul, kalau boleh saya bilang. Seorang ayah dari dua orang anak, yang pada
awalnya sama sekali tidak terlihat seperti sudah berkeluarga. Yeah, seandainya
saya tidak menyambangi blognya, Catatan Roni Untuk Dunia
(silakan klik disini) mungkin saya tidak akan mengetahui tentang hal itu.
Karena sungguh, penampilannya sangat ‘anak muda’, dengan sosok yang tinggi
besar, berkostum kaos lengan pendek berwarna cerah, celana jeans, serta sepatu kets dengan warna yang senada, yang menjadi stylenya sehari-hari.
Bersama
mas Roni, berapa banyakpun waktu yang ada tidak akan habis candaan ia
munculkan. Segala apa yang terlihat bisa jadi satu hal yang konyol, lucu, dan
menyenangkan. Seringkali kami satu kantor dibuat heboh olehnya, dengan
aksi-aksi gilanya, termasuk salah satunya dengan membuat video gaje (gak jelas)
kemudian diunggah di youtube serta menshare
linknya ke seluruh staff di kantor. Hingga dari tempat yang berbeda di masing-masing
meja kerja kami, terdengar suara tawa yang tiba-tiba mengudara.
Satu hal
yang membuat saya agak kaget, terlepas dari hal ini nyata atau hanya joke
belaka, beberapa hari yang lalu mas Roni menyapa saya lewat obrolan di whatsapp. Sederhana
saja yang ia sampaikan, tapi hal itu berhasil membuat diri ini sedikit berpikir,
dan terdiam.
“Miss you all,.
Gila Rie, homesick saya…”
Hmmm… Saya
selalu kesulitan bereaksi jika mengahadapi hal yang seperti ini. Karena saya
sendiri yakin bahwa sebenarnya mas Roni lebih tau apa yang harus ia lakukan
untuk mengatasinya. Tapi dengan ia bercerita, secara tidak langsung saya merasa
bahwa, saya harus melakukan sesuatu. Apapun itu. Hingga pada akhirnya, saya
memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
Actually, we miss you too mas
Ron… :-*
Belum
genap dua puluh empat jam om Zen meninggalkan kami. Kemarin sore (3.8.2012),
saat sedang meeting rutin di kantor,
beliau berpamitan. Satu persatu dari kami bersalaman dengan beliau, hingga pada
akhirnya rapat terhenti sejenak untuk menyaksikan kepergiannya. Semua staff
mengantar hingga didepan kantor, kecuali saya yang masih tetap berada dibalik
meja, mencoba meyibukkan diri dengan bercengkrama dengan si greyss. Bukan tanpa
alasan saya melakukan hal itu.
Om Zen,
sosok yang hampir selalu ada setiap malam saat saya dan Ulil singgah di kantor
selepas makan malam. Ingat om Zen, pasti ingatnya film, karena salah satu
kegemaran beliau adalah berdiam diri di kantor hingga tengah malam hanya untuk
mendownload film-film, mulai dari yang paling lama hingga yang paling baru.
Mungkin, jika dibandingkan dengan rental VCD dan DVD, koleksi film om Zen di harddisknya yang berkapasitas sekian
ratus giga itu lebih lengkap. Saking banyaknya koleksi filmnya. Ahh,.. Saya
jadi ingat kalau sudah mengcopy
beberapa film dari beliau, tapi ada beberapa yang belum saya tonton.
Hemmmm…
Saya kehilangan partner untuk belajar bahasa inggris sekarang, biasanya kalo
bingung dengan bahasa yang satu itu, tanyanya ke om Zen. Kalau setelah ini,
kalau bingung-bingung lagi tanyanya kemana ya…? Hihi… :D
*
Salam
perpisahan, perlukah itu? Saya rasa tidak, karena dengan begitu, setidaknya
saya jadi bisa berharap bahwa suatu saat kita bisa bertemu lagi, dilain
kesempatan yang tentunya lebih baik dari beberapa bulan yang sudah kita lalui
bersama. Biarlah salam perpisahan itu berubah menjadi doa dan harapan, yang
mengiringi perjalanan kawan-kawan semua ditempat yang baru.
![]() |
Mataram, 14 Juni 2012, captured and edited by om Joe |
Belum terlalu lama waktu yang
saya habiskan bersama dengan mereka, namun sayangnya, suatu keakraban tidak
bisa dinilai dari seberapa lama kamu mengenal seseorang.
It is not about quantity, it is
about quality
-mae-
*Judul postingan ini saya sadur
dari salah satu judul lagu band Letto (salah
satu band Indonesia favorit saya) dalam album “Truth, Cry, and Lie”. Memiliki kehilangan,.. Semacam, mengingatkan
saya bahwa tidak ada satu halpun di dunia ini yang bisa dimiliki manusia,
selain rasa kehilangan itu sendiri, karena pada kenyataannya, segala kerumitan
hidup hanya berakhir pada satu kata sederhana: perpisahan*
adan pertemuan ada juga perpisahan ya biasaya perpisahan itu terasa berat dibanding pertemuan. maaf ya aku baru bisa berkunjung lagi keisni
ReplyDeleteHihi.. Dimaafkan mbak Lid. Saya juga belakangan agak jarang BW :D
DeleteBener kata, Mbak. Berpisah dengan siapapun memang selalu menyedihkan diawalnya, tapi kalo sering mengalami, kita malah jadi terbiasa. :D Tapi walaupun berpisah, yang penitng komunikasi masih bisa tetap terjaga. :)
ReplyDeleteMemang harus dibiasakan, karena siapapun dari kita pasti pernah merasakan perpisahan itu.
DeleteInsyaAllah komunikasi selalu terjaga. Makasiii Akmal :)
Semoga suatu saat bertemu lagi yaa mbak =)
ReplyDelete*keep smile
Aaamiiin... Kalau smile selalu doonkk.. Makasii Giaa.. :D
Deletetidak hilang, hanya terpisah ruang dan waktu... :)
ReplyDeleteSetuju...!!! :-bd
Deletedan selanjutnya rie dipindah ke jakarta kan :p
ReplyDeleteHiiiyyy.. Mas Ario ini kenapa siii kok pengen banget saya ke Jakartaaa... :-/
Deleteyah soalnya blogger lain kalau dipindah ke jakarta senang gitu :D
DeleteTapi tidak dengan saya mas Ario.. B-)
DeleteYa, saya izinkan ... (menjawab pertanyaan di paragraf 7)
ReplyDeleteSesungguhnya perpisahan di zaman sekarang tidak sebegitu pedih dibanding zaman 90-an, berkat Twitter, Skype, dan Whatsap! :D
Dan saya tidak akan tanya anda siapa B-)
DeleteYappp,.. Tapi terkadang bukan cuma komunikasi yang kita perlukan, kehadirannya, tanpa sepatah katapun terucap juga penting.. :D
Itu kata-katanya WOW, Mae ... :D
DeleteTrus saya harus bilang 'whaow' juga, begitu??? :))
DeletePerpisahan saat ini sebanding dengan berkembangnya teknologi,,, Mario Koplak
ReplyDeleteDasar koplak.. :))
DeleteNgomongin perbandingan.. Pasti sambil belajar math nih.. :p
ngomong - ngomong soal perpisahan, saya jadi ingat teman2 waktu masih sekolah apalagi temen2 SD yang sudah puluhan tahun berpisah, tau kan... jaman dulu belum ada yg namanya FB, twitter, apalagi skype... :(
ReplyDeleteSamaaa mas Zan,. Tapi sudah ada yg beberapa bisa ketemu berkat FB, twitter, dan kawan-kawan. Coba dicari juga, siapa tau ada ;)
Deletekalo jodoh pasti akan ketemu lagi dengan mereka mbak..
ReplyDeleteAaamiiin... :D
Deletelike it
ReplyDeleteThanks
DeletePerpisahan memang selalu menyedihkan, terutama dengan yang sudah kita kenal baik, baik sekali, sampai ada rasa separuh jiwa ini ada yang hilang, biasanya aku berdoa "mudah2an beliau selamat dimanapun beliau berada dan sukses selalu".
ReplyDeleteAamiin....
DeleteGa sampe separuh jiwa hilang sii,. karena masih banyak hal yang harus diselesaikan, dan ga boleh terpaku hanya sampai disini saja :D
Pertemuan dan perpisahan, selalu datang dan bergantian, bahkan perpisahan tak akan terjadi tanpa diawali pertemuan. Karenanya, bagaimanapun pedih rasa di jiwa, janganlah tertetes air mata. Walupun dalamnya luka dan duka, upayakan selalu riang dan gembira.
ReplyDeleteInsyaAllah.. Makasi yaaa :D
DeleteAiss, pasti gak enak banget ya mbak, berpisah ama temen yang udah deket dan nyaman banget di hati ..
ReplyDeletesemoga waktu mempersatukan kalian semua lagi .. amin :D
btw, salam kenal mbak .. hehe
Berusaha untuk di enak-enakin mbak. Hehe..
DeleteSalam kenal jugaaa :D
:')
ReplyDelete:)
Deletemengingatkan saya waktu teman kantor dulu yang sudah akrab perlahan-lahan harus berpisah karena diluar kantor sana ada yang lebih baik untuk mereka :D...
ReplyDeleteYapp,.. Semoga memang begitu, dengan mereka pergi, itu merupakan satu hal yang baik untuk mereka :)
Deletehe he berbicara mengenai rekan yang pindah meninggalkan kita, juga sering saya alami. Udah tidak terhitung lagi berapa teman yang sudah meninggalkan kantor saya sekarang. Kebanyakan mereka melanjutkan sekolah ke luar negeri. Tapi tetap saja rasanya berat juga. Tapi semua akan menjadi normal kembali karena akan ada orang yang baru yang akan mengisi kebersamaan-kebarsamaan selanjutnya.
ReplyDeleteNote penting : Mbak Mae tolong link saya diganti yang ini yah. Soalnya sekarang saya dah beli domain sendiri he he.
-fifin coffee break-
Iyaaaa.. Cuma bisa berdoa supaya pengganti-pengganti mereka tidak kalah menyenangkan. Hihi..
DeleteKu kira cuma di tempatku bekerja saja yang dinamikanya cukup tinggi, ternyata di tempat lain juga yaaa. Baru tau. :D
Selamaaaatt untuk domain barunyaaa mas Fin :D
Perpisahan memang menyakitkan :'(
ReplyDeleteTapi harus dibiasakan :D
Deletehampir saya berkaca2 mae... hehehe..
ReplyDeletepake acara tangis2an ga tuh ?
Enggak pakeeeeeeek.. Ga boleh mas. Harus pake senyumm :)
Deleteada pertemuan berarti siap ketika waktu berpisah itu tiba..
ReplyDeletenamun ketika perpisahan harus bertandang, maka persiapkanlah rindu yang dalam ketika hendak berjumpa nanti.. :)
Hihi,. Iya, itu salah satu hal yang patut untuk dinikmati dan disyukuri. Rasa rindu,.. Kalo ga pas berpisah lama, trus kapan lagi?? :D
Deletepun ketika pada akhirnya kau dan aku harus berpisah,hal itu sudah bisa diramalkan sejak kali pertama mata kita bertemu dan tangan kita berjabat.maka anggap saja pertemuan kita ibarat irisan antara himpunan hidupku dan hidupmu. yang berarti kau dan aku akan memiliki sebagian kenangan yang sama dalam hidup kita. menarik bukan?
ReplyDelete[http://cahyasidratulmuntaha.blogspot.com/2011/12/bertemu-perpisahan.html]
Sangat menarikk.... :-bd
Deleterasa kehilangan akan sangat menyakitkan jika kita pernah merasa memiliki.
ReplyDeletentah benda atau orang.
Saya sedang menikmati rasa kehilangan itu, semoga tidak menyakitkan :)
Deletejejejeje.
Deleteiya, dinikmatin aja.
:D
Harus donkk.. :D
Deletekata Bandung Mawardi, esais dari Solo itu "sesuatu yang pernah kita miliki dan hilang tak boleh disesali larut2, tapi justru harus berpikir bahwa begitu berharganya karena kita pernah memiliki mereka dan mereka itu adalah anugerah"
ReplyDeleteWhaowww.. Mantab. Ijin catat yaaaa.. ?@_@?
DeleteGak mau komen apa2 disini :(
ReplyDeleteokeee.. :D
DeleteWah sepertinya Arie sudah menyatu dengan keluarga baru...
ReplyDeleteseneng baca ceritanya..., pertemuan dan perpisahan hal yang wajar.. enjoy aja...
Yapp.. Sudah sewajarnya. Siap ketemu juga musti siap pisah :D
Deleteterkadang perpisahan adalah suatu cara untuk kita, agar bisa menjadi sosok yang lebih dewasa :D #MySelfExp
ReplyDeleteBoleh juga nih... Thanks sharenya mas ;)
Deletemas ? tua amat --'
DeleteTrus apa donk? Om??? :))
DeleteLama-lama mendengar kata Dompu membuat telinga saya semakin familiar, ya? Walau kunjungannya menyusul ke situ :D
ReplyDeleteHihihi.. Semoga dengan begitu, semakin membukakan jalan untuk main ke Dompu mbak. Ditunggu kunjungannyaaaa :D
Deletemenghadap perpisahan emang suka gak enak awalnya, tap semoga ada jodoh utk bisa ketemu lagi ya :)
ReplyDeleteAamiiinn... :D
DeleteSemoga suatu saat nanti bisa bertemu mereka kembali. Momen-momen kebersamaan yang pernah ada pasti akan selalu teringat. Itulah indahnya persahabatan.
ReplyDeleteEmang indah bangett.. :)
Deletesatu saat pasti bisa jumpa lagi dengan mereka yang karena kerja harus berpisah dengan kita ya Mae :)
ReplyDeleteIya mbak.. Semoga :)
Deletekata yg paling berat memang "perpisahan". seolah setiap orang memang tidak siap dengan kata itu termasuk saya. tapi, perpisahan itu membuat kita belajar dr masa lalu agar kebaikannya terus ada sampai nanti.
ReplyDeleteBetul banget mbak. Berat, tapi mau tidak mau harus di biasakan :D
Deletepertemuan dan perpisahan, dua pasangan yang mewarnai pelangi kehidupan manusia
ReplyDelete:-bd
DeleteMbak mae, ini bisa lho blog nya, gag masalah kan :D
ReplyDeletePerpisahan aah sebel kaalu denger kata itu tapi yaa mau gimana pasti akan ada perpisaahaan di ujung dari pertemuan yang penting itu pertemuan yang berkualitas :D
:o Emangnya saya pernah bilang ga bisa ya?? Kapan yaa..? Lupa. :D
DeleteYapp,. kualitas pertemuan. Itu yang penting :-bd
selalu ada yang datang dan pergi .. :D semoga nanti bertemu lagii :D :D
ReplyDeleteAamiin :D
DeleteWaktu itu aku pernah diskus di twitter tentang kehilangan dengan mu yaa chi masih ingatkah kamu?
ReplyDeletehihihi kaya judul lagunya lett* Memiliki Kehilangan
Iyaaa kakaaak.. :D
DeleteLaahh,. emang judul lagunya Letto. Itu kan aku tulis di bagian bawah. Isshh.. Ketahuan ga baca sampai selesai nihh :P
aku suka bagian terakhirnya..
ReplyDelete"kerumitan hidup hanya berakhir pada satu kata sederhana: perpisahan"
aku juga aku juga :D
Delete