Maria Tsabat

Ada saat dimana saya kesulitan mengerti tentang apa yang sedang saya baca. Jika sudah seperti itu, saya akan kembali mengingat perkataan seorang sahabat, yang disampaikan pada saya beberapa tahun silam --saya tidak yakin dia masih ingat pernah menyampaikan hal tersebut.

"Biarkan buku itu yang bercerita. Lupakan segala ekspektasi orang tentangnya. Nikmati saja, baca saja sampai selesai. Hingga nanti pada akhirnya kamu akan mengerti bagaimana kisahnya, bahkan sebelum kamu menyadarinya..."

Kejadian seperti itu tidak hanya sekali saya alami, tapi tidak juga selalu mengalaminya. Hanya beberapa kali, pada beberapa buku yang berbeda, dan buku yang sedang saya bahas ini adalah salah satunya.

Mungkin, saya memang bukan pembaca yang baik. Dengan penuh keegoisan saya mengabaikan alur cerita. Saya hanya membaca, membaca, dan membaca. Membalik halaman demi halaman, menikmati setiap monolog yang disajikan. Ada kalanya saya paham dengan satu paragraf utuh yang bisa jadi menghabiskan berpuluh-puluh baris, kemudian terkaget dengan belokan alur yang terlampau ekstrem, hingga pada detik berikutnya saya kembali mengerutkan dahi.

Ada banyak 'aku' dalam buku ini, begitu juga dengan 'saya', 'kamu', apalagi 'dia'. Perselisihan enam--atau tujuh--tokoh didalamnya mewarnai setiap lembar kisah yang terpotong menjadi beberapa kepingan puzzle. Dan yah, kesimpulannya singkat saja, saya sangat menikmatinya--dalam bentuk potongan-potongan kisah, bukan dalam satu paket buku sebanyak tiga ratus delapan puluh enam halaman.
 
Sudah sampai di akhir, saatnya kembali ke awal lagi. Mengijinkan beberapa endorsements untuk masuk ke ruang pikir, yang pastinya tak akan terlalu banyak menyita keputusan saya untuk menyukai buku ini. :)
 

Jadi, kalau saya memutuskan untuk jadi penggemar seorang Herlinatiens hanya karena satu buku ini, tidak masalah bukan? Sungguh sama sekali tidak membuat saya kapok mengerutkan dahi karenanya. Bahkan sudah terbersit keinginan, bahwa ingin juga saya menikmati kisah-kisah suram darinya yang lain. Yang ternyata sudah ada sejak beberapa tahun silam, namun saya tak pernah menghiraukannya. Tapi, boleh jadi memang saya tidak bohong, saat saya katakan bahwa 'Herlinatiens' bukanlah nama yang asing buat saya. Well, satu lagi karya sastra Indonesia yang bisa saya nikmati. Terimakasih ya :)

Sebenarnya, saya ingin menyampaikan satu atau dua kalimat yang paling saya suka dari buku ini, seperti yang terdahulu. Namun ternyata, semakin saya pilah-pilah, semakin saya bingung. Saya menyukai setiap kalimatnya, setiap rangkaian katanya, setiap titik-komanya. Di masing-masing halaman yang terbaca, disana pula dengan mudah saya temukan keindahan-keindahan itu. Bukan dalam satu tumpukan cerita, melainkan bait-bait kata setiap jiwa. Perindu, yang mencinta. Yang bukan hanya sekadar kisah antara dua manusia.
 
...jadilah penikmat buku, yang lebih dari sekadar mengkhatamkannya.
Happy reading, kawans...
:)

Comments

  1. maria oh maria.... (sepertinya dulu ada juga lagu itu yaa hehe)
    tiga ratus delapan puluh enam halaman ?? wuih tebel bangets tuh ya.. tapi kalo bisa dinikmati setiap kisahnya sih asik juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak juga,.. tapi untuk sebuah karya sastra, ku kira iya sih, lumayan tebal. Dan lumayan panjang juga waktu yang ku habisnya untuk membacanya :)

      Delete
  2. Pernah baca buku Herlinatiens pas kuliah dulu, yg Garis Tepi Seorang Lesbian.
    Kata-katanya bagus, tapi...terus terang aku gak ngerti ceritanya, agak bias antara novel atau essai atau semacam catatan harian
    Setelah itu kayaknya dia vakum cukup lama ya.Hmmm...ini karya terbarunya kah Mae?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yapp,.. buku ini sebenarnya memiliki setting Indonesia era reformasi, tapi baru diterbitkan sekitar tahun 2012. Dan setelah baca sana sini, jadi tau kalo selama menulis buku ini, Herlinatiens tidak mengeluarkan karya apapun lainnya.

      Delete
  3. sebenarnya banyak penulis indonesia yang menghasilkan karya yg enak dinikmati saat membacanya, nggak kalah dengan penulis-penulis dari negara lain...namun terkadang kita merasa lebih bangga bila bisa menghabiskan satu buah buku asing dibandingkan buku hasil karya anak bangsa sendiri...., semoga saja keadaan seperti itu bisa berubah.....keep reading and keep happy blogging always...salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya penyuka keduanya. Namun kenapa semakin banyak yang suka baca buku terjemahan? saya kira para pembaca kita sudah semakin cerdas, dan bisa membedakan mana buku yang patut dibaca mana yang tidak :)

      Delete
  4. Wah aku belum pernah baca karya-karya Herlinatiens Mae, malah baru kali ini denger namanya hehe
    Tapi kalo emang membaca itu sudah menjadi hobi, biasanya kita itu jadi gampang jatuh cinta dengan buku-buku yang kita baca, karena tentu saja kita kan udah selektif dulu buku apa yang akan dibaca, Happy Reading juga deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selektif yaa?? Padahal ini salah satu buku yang aku pilih tanpa ada rekomendasi dari siapapun sama sekali mas. Dan seperti biasa, terkadang hal itu sangat terbantu, seenggaknya dalam pembentukan ekspektasi yang terkadang gak sesuai dengan apa yang disampaikan orang lain.

      Delete
  5. Sudah lama menjadi sebuah tanda tanya pada diriku "Kenapa setiap pembaca yang tidak mengerti akan tulisan orang lain justru karya itu semakin digemari. Apakah buku-buku bermutu letaknya searah dengan bahasa atau latar cerita yang memang sulit dimengerti kebanyakan orang...?" Entahlah.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kukira bergantung dari sebagai siapa pembaca itu, apakah penikmat alur cerita saja, atau juga menyukai penulisan dengan bahasa bersayap yang rumit :)

      Delete
  6. Pinjem bukunyaaaa rieeeeeee.... ^_~ #ngarepppp

    ReplyDelete
  7. Replies
    1. Berat bukunya sama dengan buku-buku lain kok :D

      Delete
  8. Replies
    1. Kalau yang judulnya ini, buku baru. Semoga ketemu yah :)

      Delete
  9. emang selain buku ini karya nya apa lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf, saya tidak hafal semua karyanya. Tapi setau saya, ini sudah karya Herlinatiens yang kesekian :)

      Delete
  10. baik judulnya maupun penulisnya sama asing bagi saya. Tapi karena baca ini jadi ingin kenal juga. boleh pinjam? :D
    anyway, have a nice day!

    ReplyDelete
    Replies
    1. di toko buku rasanya masih banyak, buku baru kok ini :D

      Delete
  11. aku blm pernah baca buku karangan Herlinatiens ini :)

    nemuin buku yg kata2nya berat dan bikin berkerut udh sering..tp kalo udh gitu, biasanya aku tutup dulu bukunya... cari waktu yg pas bsk hari, krn kalo dipaksain bakal ngerusak konsentrasi ;p..walopun ada jg sih buku yg kata2nya udh berat bgt, mw dibaca pas waktu luang sekalipun ttp puyeng, ya sudlah, biasanya ga dilanjutin lagi :D..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. emang tiap orang punya cara tersendiri untuk menyelesaikan bacaannya ya. Yang penting tetap menikmati, dan bisa mengambil manfaat dari bahan bacaan tersebut.
      Gak perlu dipaksakan mbak. Masih banyak deretan buku lain yang lebih mudah untuk dibaca. Tapi tentunya sensasinya juga beda donk. :D

      Delete

Post a Comment

Speak Up...!!! :D

Popular Posts